,

Positif, Ikan yang Mati di Pidie dan Aceh Jaya Akibat Keracunan

Ribuan ikan yang mati di sepanjang sungai (Krueng) Meriam, Kabupaten Pidie hingga Krueng Teunom, Aceh Jaya, positif karena keracunan. Penjelasan ini disampaikan langsung Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Raihannah, usai sampel ikan-ikan itu diuji di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala (Unsyiah).

Ciri-ciri ikan yang mati hatinya bengkak, jaringan kulit mengalami pendarahan. “Kondisi ikan yang demikian disimpulkan mati karena keracunan. Jika dikonsumsi menyebabkan gatal dan bila digaruk akan meresap ke otot dan menyebar ke seluruh tubuh,” kata Raihanah, seperti dikutip Harian Serambi Indonesia, Rabu, (06/08/2014).

Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Selasa kemarin menegaskan, matinya ribuan ikan ini tidak boleh dibiarkan. “Ini masalah serius. Masyarakat hendaknya tidak lagi menambang emas tanpa izin,” kata Zaini di Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

Sebelumnya, Pemerintah Aceh telah memberlakukan moratorium tambang tertama pada galian emas dan bijih besi. Hal ini sebagai bentuk komitmen Pemerintah Aceh dalam menjaga lingkungan yang di beberapa lokasi telah rusak, terlebih pertambangan yang menggunakan merkuri.

Kepala DKP Aceh Jaya Ridwan Yusuf, secara terpisah mengatakan, pihaknya telah menghimbau warga di Aceh Jaya untuk sementara waktu menghentikan kegiatan di sungai. Pasalnya, beberapa warga Teunom yang mengkonsumsi ikan tersebut mengalami mual, pusing hingga muntah.

Sungai di sana sentral bagi masyarakat. Selain dipakai untuk mandi dan mencuci, masyarakat juga mengambilnya untuk air minum. “Ikan-ikan yang mati segera dikubur agar tidak mencemari udara,” jelasnya.

Direktur Walhi Aceh Muhammad Nur menilai, aktivitas pertambangan di Geumpang yang dekat  daerah aliran sungai (DAS) menjadi persoalan serius. Sungai merupakan sumber rezeki masyarakat, pembuangan limbah tambang yang bersinggungan langsung dengan air yang dikonsumsi warga merupakan kesalahan besar. “Terlebih, menggunakan merkuri sebagai cairan pemisah emas,” ucapnya.

Persoalan lingkungan hidup bukan saja tentang alam, tapi juga manusia. “Masyarakat dan pemerintah diharapkan memikirkan bersama kelestarian alam dan tidak merusak alam demi kepentingan sesaat,” jelas Muhammad Nur.

Ribuan ikan mati di aliran sungai di Pidie hingga Aceh Jaya, Aceh, ini terjadi sejak 26 Juli. Ikan-ikan itu mengapung terbawa arus sungai. Warnanya putih pucat, insang pecah, daging pecah, sisik memerah, mata bengkak, dan kelamin di perut melepuh. Di Teunom, sebanyak 43 warga yang mengkonsumsi ikan kerling dari sungai tersebut mengalami pusing dan dibawa ke puskesmas terdekat.

Imum Mukim Leutung, Kemukiman Mane, Pidie, Sulaiman, menyebutkan, pertambangan di Geumpang, diduga tidak hanya menggunakan merkuri. Karbon, soda, obat tetes hingga beberapa cairan berbahaya lainnya juga dipakai. “Mereka pakai sianida, protas, kostik dan tetes,” kata Sulaiman.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,