Sang Raja Troides Helena, Kupu-Kupu Yang Butuh Diselamatkan

Kupu-kupu, bagi sebagian orang mungkin tidak terlalu diperhitungkan. Namun satwa ini memiliki peran penting dalam ekosistem yaitu sebagai pollinator atau penyerbuk sehingga alam ini lebih seimbang.  Kupu-kupu memiliki sensitifitas tinggi karena tergantung pada habitat penyerbukan tanaman, termasuk juga pada kawasan karst di Gunungkidul, Yogyakarta. Salah satu jenis kupu-kupu yang menarik adalah kupu-kupu raja Troides helena.  Satwa ini dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, tercantum dalam Lampiran II CITES, dan status dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List (pada 2008 belum dimasukkan/data deficient). Kabupaten Gunungkidul terkenal dengan kawasan karst dan salah satu kawasan karst tropis yang memiliki  nilai-nilai geologi dan keanekaragaman hayati unik. Beberapa lokasi kecamatan di Gunungkidul memiliki kawasan karst yang berpotensi sebagai hidrologi dan fungsi ekologis dan sudah terdaftar dalam perencanaan tata ruang (Perda No.6 / 2011 Kabupaten Gunungkidul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul). Disebutkan bahwa pembentukan untuk melindungi fungsi kelestarian lingkungan yang mampu beradaptasi terhadap dampak risiko bencana termasuk mempertahankan dan melestarikan ekosistem unik dan endokarst / formasi eksokarst dan sinkronisasi dilindungi geologi pengelolaan kawasan sebagai perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pariwisata warisan dunia Untuk mengetahui keberadaan kupu-kupu raja tersebut, peneliti muda dari -Kanopi Indonesia Jogja dan Pemuda Pecinta Alam Gunungkidul melakukan survey beberapa bulan ini di berbagai tempat di kecamatan Gunungkidul, antara lain di Tepus, Patuk, Wonosari, Ponjong, Paliyan, Karangmojo, Semin, Nglipar, Panggang, Tanjungsari, Semanu, Girisubo, Playen, Purwosari.

Kupu-kupu Troides Helena jantan. Foto : Agustinus Wijayanto
Kupu-kupu Troides Helena jantan. Foto : Agustinus Wijayanto

Menurut tim peneliti dari Yayasan Kanopi Indonesia, Arif Nurmawan, penelitian ini penting kerena sudah jarang ditemukan kupu-kupu raja Troides helena di Gunungkidul sebagai satwa eksotik.  “Kupu-kupu raja Troides helena, merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia dan keberadaannya di Gunungkidul sangat terbatas. Kawasan Gunung api purba di Nglanggeran-Patuk, Gunungkidul merupakan salah satu habitatnya yang cukup aman,” katanya. Survey ini mendapat dukungan dari MBZ Species Conservation-Dubai. Sebuah lembaga konservasi yang peduli terhadap pelestarian satwa liar di dunia. Fakta lapangan menunjukkan bahwa dari sekian banyak lokasi yang diteliti, hanya  hanya di Patuk, yaitu di Nglanggeran dengan jumlah rata-rata 25 individu sedang di lokasi lain hanya ditemukan 1 individu. Sirih hutan (Aristolochia sp.)  sebagai pakan inang dari Troides helena hanya ditemukan di bukit Nglanggeran dengan populasi rata-rata 22 individu dengan dominasi anakan (seedling). Di beberapa lokasi kecamatan yang telah disurvey tersebut menunjukkan ancaman yang tidak ringan yaitu penambangan kapur dimana kawasan tersebut merupakan habitat dari Troides helena dan Aristolochia sp. “Habitat kupu-kupu raja mendapat ancaman antara lain penambangan batu kapur, kompetitor alami, serta datang dari para peneliti yang cenderung menangkap banyak kupu-kupu untuk dikumpulkan menjadi spesimen” ungkap Arif. Lebih lanjut bahwa hasil penelitian ini penting untuk memberikan masukan kepada pengelolaan kawasan di wilayah habitat kupu-kupu raja Troides helena. “Kami meneliti kupu-kupu raja ini dengan menangkap menggunakan swipnet kemudian kami identifikasi jantan atau betina dan kami lepaskan kembali ke alam, agar keseimbangan dan dinamika populasinya tetap terjaga”ungkap Arif. Kondisi populasi kelangsungan hidup Troides helena dan Aristolochia sp, menjadi tanggung jawab semua pihak. Secara khusus, Nglanggeran-Patuk, yang merupakan salah satu lokasi wisata alam perlu diperhatikan lebih serius karena dengan adanya wisata masal akan berpengaruh negatif terhadap keberadaan Troides helena dan Aristolichia sp tersebut.

Tanaman Sirih Hutan Aristolochia sp merupakan pakan inang kupu-kupu raja. Foto : Agustinus Wijayanto
Tanaman Sirih Hutan Aristolochia sp merupakan pakan inang kupu-kupu raja. Foto : Agustinus Wijayanto

Pengelola Ekowisata di Nglanggeran mengapresiasai langkah yang dilakukan untuk mengetahui Troides helena dan pakannya tersebut. “Kami sangat berterima kasih karena ada penelitian terkait kupu-kupu raja Troides helena yang selama ini tidak kami ketahui bahwa jenis tersebut dilindungi di Indonesia”, ungkap Heru selaku anggota Pengelola Ekowisata Nglanggeran. Upaya-upaya yang dilakukan terhadap kelestarian ini tidak hanya berupa penelitian atau survey, namun perlu langkah nyata.  Salah satunya melalui pengembangbiakan secara alami Aristolochia sp dan perlindungan Troides helena. Kegiatan tersebut selain untuk memperbaiki lingkungan dan melindungi Troides helena, juga dapat digunakan sebagai wahana pendidikan lingkungan” ungkap Arif. Hal tersebut diamini juga oleh Heru selaku pelaku Ekowisata Nglanggeran, karena memiliki nilai tambah ekowisatanya yaitu pengenalan kupu-kupu raja Troides helena dan Aristolochia sp. Untuk itu, upaya nyata bagi penyelamatan kupu-kupu raja selain perlindungan habitat dan pengembangbiakan secara alami adalah mendorong Pemerintah Daerah Gunungkidul agar lebih memperhatikan kawasan-kawasan karst, terutama habitat Troides Helena dan Aristolochia sp di kawasan Gunungapi purba Nglanggeran sebagai lokasi ekowisata sekaligus lokasi penyelamatan habitat Troides helena dan Aristolochia sp. Penyadartahuan kepada masyarakat luas terhadap keberadaan kupu-kupu dan pakan alam tersebut agar mendorong kepedulian masyarakat untuk ikut melindungi sebagai upaya penyelamatan bersama agar tidak punah di kemudian hari.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,