, ,

Walabi, Minyak Kayu Putih dari Taman Nasional Wasur

Kala memasuki Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, tampak beberapa rumah penyulingan minyak kayu putih. Warga hilir mudik membawa karung berisi daun kayu putih yang baru dipetik. Begitulah kesibukan warga kampung yang masuk dalam Taman Nasional Wasur ini.

Pemandangan unik pun terlihat saat melalui kawasan ini. Ribuan “candi” berjejer. Lebih unik lagi karena si pembuat adalah semut, dalam bahasa Marind Anim disebut musamus. Semut itu membangun rumah dengan menggumpal tanah hinggi setinggi bubungan rumah. Candi ini dalam bahasa Marind Anim disebut bomi.

Mata pencaharian utama warga kampung ini memang menyuling minyak kayu putih jenis Asteromyrthus symphyocarpa dan melaleuca sp. Dua jenis  kayu putih ini memang banyak tumbuh di kawasan TN Wasur.

Yayasan Wasur Lestari, yang membina warga penyuling minyak kayu putih ini. Mereka bekerja sama dengan WWF Indonesia, Balai Taman Nasional Wasur dan Lembaga Masyarakat Adat Kawasan TN Wasur.

Kearifan lokal yang kuat  hingga pohon kayu putih terjaga baik. Tetua adat melarang warga menebang, tak boleh memetik daun sampai habis. Lokasi pengambilan daunpun digilir.

Walabi, begitu nama minyak kayu putih produksi warga. Nama itu berarti kangguru, bahasa Marind disebut Walabi. Kadar minyak bisa mencapai cineol 60%, sesuai standar nasional. Alhasil, minyakpun kental tetapi tak lengket ke kulit.

Liberata Mbanggu, warga kampung mengatakan, bahan baku penyulingan, yakni daun kayu putih mudah diperoleh, karena tumbuhan ini banyak sekali. Daun kayu putih dipetik, masukkan ketel lalu direbus. “Daun dianginkan hingga warna hijau daun menjadi coklat, baru direbus.”

Setiap hari, Mbanggu memetik daun sebanyak tujuh karung ukuran 15 kg untuk diproses menjadi minyak kayu putih dan dijual.

Yulius Gelambu, kepala Kampung Yanggandur menuturkan, kampung dengan penduduk 37  keluarga atau 97 jiwa ini mayoritas bertani minyak kayu putih. Hasil produksi mereka dipasarkan ke Yayasan Wassur Lestari, dan didistribusikan ke PT Sumber Alam Solo. Yayasan ini menyediakan dua botol kemasan minyak kayu putih dalam dua kemasan, 300 ml dan 120 ml.

Gelambu mengatakan, pohon kayu putih ini bak isteri bagi laki-laki dan suami bagi perempuan. Sebab, ialah yang menjamin masa depan generasi muda jika terpelihara baik “Buat masa depan anak cucu. Pendidikan sangat penting. Dengan minyak kayu putih, pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi bisa terjamin.”

Meicy Sarbunan dari Yayasan Wasur Lestari mengatakan, warga Kampung Yanggandur harus menjaga pohon kayu putih dengan baik. “Pohon yang ditanam jangan ditebang. Ini jadi andalan warga Marind Kanume dan Marind Marori Menggey.”

Pohon kayu putih banyak tumbuh di kampung dan sekitar kawasan itu. Foto: Agapitus Batbual
Pohon kayu putih banyak tumbuh di kampung dan sekitar kawasan itu. Foto: Agapitus Batbual
Ribuan candi seperti ini akan ditemui kala melewati kampung Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, yang masuk Taman Nasional WAsur. Candi ini dibangun oleh semut. Foto: Agapitus Batbual
Ribuan candi seperti ini akan ditemui kala melewati Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, yang masuk Taman Nasional Wasur. Candi ini dibangun oleh semut. Foto: Agapitus Batbual
Minyak kayu putih produksi warga yang diberi nama Walabi. Foto: Agapitus Batbual
Minyak kayu putih produksi warga yang diberi nama Walabi. Foto: Agapitus Batbual
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,