, ,

Suarakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa, dari Seni Musik hingga Mural

Ratusan anak metal, penggemar rockabilly, dan punker berkumpul pada Sabtu (6/9/14) di Lingkar Art, ruang kreatif, Denpasar. Mereka berdendang, moshing, dan berdonasi untuk gerakan Bali Tolak Reklamasi di Teluk Benoa. Inilah aksi bertajuk Musik Bergetar. Dana hasil bantingan Rp.5000 terkumpul lebih Rp10 juta.

Ada sedikitnya 15 band tampil. Ada Ciminal Asshole, The Bullhead, NatterJack, The Dissland, Mom Called Killer, Goldvoice, dan lain-lain.

Puluhan dari mereka menambah donasi membeli kaos “Bali Tolak Reklamasi” Rp100.000.  Ada lagi, bonusn newsletter edukasi penuh penjelasan ilmiah Teluk Benoa.

“Tanah kita diinjak-injak, janji tinggal janji dan omong kosong,” kata Oddie Girindra, rapper band Golvoice juga mengisi di lagu anthem propaganda “Bali Tolak Reklamasi.”

Nyoman Angga, personil Nosstress, band akustik ini tak kalah seru. “Saya bukan pengusung musik distorsi tapi bicara reklamasi, saya yakin otak saya dan otak kalian terdistorsi.” Dia kerab mencipta lagu jenaka tetapi sarkas.

“Teman saya bilang percuma melawan karena begitu besar kuasa lawan. Gerakan ini sama sekali tak percuma. Seandainya tak ada mungkini kini Teluk Benoa sudah diurug.”

Jayak, personil Criminal Asshole, band punk Bali, salah satu penggerak Musik Bergetar. “Saya pernah semobil dengan anak Manado. Dia cerita warga senang karena dikasi fasilitas bagus di lahan reklamasi. Pas hujan deras, Manado banjir besar karena teluk yang direklamasi tak bisa menampung limpasan air.”

Dia berpikir, mencegah hal sama di Bali dengan music. Jayak dan beberapa teman termasuk aktivis ForBALI mengajak rekan musisi. Bahkan, ada yang tak bisa tampil karena keterbatasan waktu.

Barisan artis di aksi Forbali-Lapangan Renon, Denpasar, menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Foto: Luh De Suriyani
Barisan artis pada aksi Forbali di Lapangan Renon, Denpasar, menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Foto: Luh De Suriyani

Ini bukan konser musik kampanye sekaligus penggalian dana pertama. Sebelumnya, sudah beberapa serial musik ForBALI melibatkan beragam genre termasuk band-band  dengan lagu berbahasa Bali seperti Johny Agung and Double T, Bintang. Juga ada barisan band folk dan grunge seperti Dialog Dini Hari dan Navicula.

Seni visual

Seniman visual juga menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Sekitar 130 baliho dibuat kelompok muda dan banjar di sudut desa dan kota.

Hampir semua mencetak visual dramatic namun estetik, tangan ombak menangkap eskavator yang mengurug laut. Desain asli dibuat Alit Ambara, pengelola web progresif, Indoprogress.com.

Di Yunani, street art Bali asal Nusa Penida, membuat mural raksasa di tembok Unversitas Polytechniupoli Athena. Mural ini berpesan jelas. Terlihat ombak tinggi berbentuk tangan menangkis mesin pengeruk.

“Suatu hari, lewat sosial media saya sempat dikontak kawan, bahwa di Bali lagi ramai rencana reklamasi di Tanjung Benoa,” katanya.

Dia membaca informasi media dan diskusi di forum-forum sosmed.  “Saya menolak proyek-proyek megah pariwisata mengatasnamakan pelestarian budaya Bali, ternyata sama sekali tidak melestarikan alam Bali,” kata WD, alias Wild Drawing, nickname artis jalanan ini.

Pelukis lain, I Wayan Damai, juga melelang lukisan berjudul “Pasar” untuk dana kampanye. Dalam karya realis di atas kanvas ini terlihat dua orang, laki dan perempuan berkursi roda berbelanja di pasar. Ada gambar toilet dengan undakan tak bisa dilalui kursi roda. Keduanya termenung di depan toilet.

Ada juga dua lukisan Yayasan Anak Tangguh. Lukisan floral ini dibuat anak-anak sanggar belajar alternatif di Desa Guwang, Sukawati. Ada juga t-shirt, foto, instalasi dari Komunitas Pojok.

Dewa Keta, pegiat Komunitas Pojok melelang lukisan berjudul Bulung. Bulung (rumput laut) merupakan sumber penghasilan masyarakat pesisir Bali, Nusa Penida, dan sekitar. “Akan makin banyak petani bulung mati kalau Bali tak memedulikan pesisir.”

Aksi The Bullhead di gawe Musik Bergerak untuk menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Foto: Luh De Suriyani
Aksi The Bullhead di gawe Musik Bergerak untuk menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa. Foto: Luh De Suriyani
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,