Pelajar di Nunukan Penasaran Gajah Borneo

Tidak banyak yang tahu bila di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, terdapat populasi gajah borneo (Elephas maximus borneensis). Termasuk para pelajar Nunukan, yang  “terperangah” saat disebutkan nama gajah yang merupakan subspecies terpisah dari gajah sumatera dan daratan Asia. Kondisi ini terungkap saat digelarnya “Workshop Jurnalisme Lingkungan: Setapak Goes to School” yang diselenggarakan Mongabay Indonesia bekerja sama dengan WWF (World Wildlife Fund) di SMK Negeri 1 Nunukan, belum lama ini.

Dalam workshop tersebut, para pelajar tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang gajah tetapi juga mengenai lingkungan dan pemanfaatan media sosial untuk mengkampanyekan kelestarian lingkungan.

Ade Fadli, selaku pembicara, mengatakan bahwa duta lingkungan SMK Negeri 1 Nunukan dapat menjadi kader lingkungan yang handal sehingga bisa memberikan manfaat bagi manusia dan alam sekitar. “Acara ini merupakan upaya memperluas minat publik untuk mendokumentasikan dan mengangkat cerita lingkungan hidup di Indonesia, salah satunya dengan cara memanfaatkan media sosial,” terangnya.

Arman Anang dari WWF Indonesia meramaikan suasana workshop dengan mengajak peserta bermain tentang ekosistem. Sepuluh pelajar diminta membuat lingkaran rapat, yang diumpamakan lingkungan, dengan kedua tangan berhubungan di pundak. Masing-masing pelajar diberi nama dari alam seperti hutan, sungai, dan satwa. Bila salah satu nama disebutkan maka yang disebutkan itu harus mengangkat kedua kakinya, sementara sembilan lainnya menopang. Dari permainan tersebut dapat disimpulkan bahwa keseimbangan ekosistem sangat dibutuhkan, antara satu dengan lainnya selalu berkaitan.

Selesai permainan, Arman menjelaskan tentang gajah borneo yang populasinya mengkhawatirkan. Diperkirakan, jumlah gajah kerdil ini antara 30 hingga 80 individu yang tersebar di Sebuku dan Sembakung. IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengklasifikasikan Borneo pygmy elephant ini dalam kategori Genting (Endangered) atau dua langkah menuju kepunahan di alam.

Putri, salah satu pelajar, begitu tertarik untuk melihat langsung gajah borneo. Menurutnya, ia hanya tahu gajah adanya di Sumatera dan Thailand. “Saya lahir di Nunukan, tetapi baru tahu bila ada gajah di sini. Saya akan mencari referensi untuk menghilangkan rasa penasaran ini,” tuturnya.

Hal senada diungkapkan Haris yang juga ingin melihat gajah imut tersebut. “Selama ini saya hanya mendengar ceritanya saja. Mudah-mudahan gajah ini tetap lestari dan menjadi kebanggaan Indonesia,” jelasnya.

Selain mendapatkan informasi seputar lingkungan, para pelajar juga memperoleh materi tentang jurnalistik yang disampaikan pegiat lingkungan asal Samarinda, Yustinus Sapto. Harapannya adalah, pelajar ini akan membuat tulisan lingkungan, terlebih SMK Negeri 1 Nunukan berpredikat sebagai sekolah berwawasan lingkungan.

Pada sesi ini, para peserta dikenalkan dengan berbagai media yang dapat digunakan untuk mempublikasikan tulisannya. “Dengan memanfaatkan media yang ada terutama media sosial diharapkan timbul kecintaan pelajar terhadap alam Indonesia,” jelas Yustinus.

Selain SMK Negeri 1 Nunukan, kegiatan serupa juga dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tarakan dan SMK Negeri Malinau. Dipilihnya tiga sekolah ini karena telah melaksanakan Program Adiwiyata, yaitu program Kementerian Lingkungan Hidup guna mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Pelaksanaan Program Adiwiyata juga berdasarkan norma kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Suasana workshop di SMA Negeri 1 Nunukan. Para pelajar diajak bermain sekaligus belajar akan pentingnya ekosistem. Foto: Sofyan
Suasana workshop di SMA Negeri 1 Nunukan. Para pelajar diajak bermain sekaligus belajar akan pentingnya ekosistem. Foto: Sofyan

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,