,

Luas Kawasan yang Terbakar di Sumatera Selatan Mencapai Seribu Hektar

Luas kawasan yang terbakar di Sumatera Selatan (Sumsel) sepanjang Juli hingga September 2014 sekitar seribu hektar. Rinciannya adalah sekitar 322,25 hektar terjadi di hutan dan seluas 615,05 hektar berada di areal perkebunan atau non-hutan. Dari luasan yang terbakar tersebut, yang berhasil dipadamkan adalah 146,2 hektar di kawasan hutan dan seluas 274,95 hektar di wilayah non-hutan.

Demikian penjelasan Sony Partono, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan, saat rapat koordinasi Pemerintah Provinsi Sumsel dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), di Griya Agung, Jalan Demang Lebar Daun, Palembang, Jumat (19/09/2014).

Terkait kecemasan akan munculnya kabut asap saat pembukaan MTQ Internasional yang akan digelar mulai 23 September 2014, Sekretaris Daerah Sumsel Mukti Sulaiman, meminta BNPB turut membantu mengatasi kebakaran yang terjadi.

“Kita berharap, tidak ada kabut asap yang menghambat jadwal penerbangan, atau mengancam kesehatan peserta musabaqah tilawatil quran (MTQ) yang diikuti 40 negara,” katanya.

Palembang diguyur hujan

Setelah sebulan lebih tidak diguyur hujan, Jumat sekitar pukul 16.00 WIB, hujan menguyur sebagian Palembang sekitar 30 menit yang disertai angin kencang.

Agus Santosa, dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) SMB II Palembang, kepada wartawan menjelaskan hujan yang mengguyur sebagian Palembang merupakan dampak perubahan angin. “Dua hari ini memang ada potensi hujan sekitar utara Palembang hingga ke perbatasan Jambi. Ini dampak perubahan angin, dari tenggara ke timur,”.

Menurut Agus, perubahan arah angin dikarenakan hilangnya badai tropis. Namun, saat ini muncul lagi badai tropis, sehingga diperkirakan angin akan kembali bertiup dari tenggara untuk tiga hari ke depan.

Hadi Jatmiko, Direktur Walhi Sumsel, menilai turunnya hujan tersebut merupakan pertanda baik untuk mengurangi kabut asap yang melanda Palembang. “Tapi hujan tersebut belum tentu memadam semua titik api yang terjadi di Sumsel. Upaya pemadaman harus terus dilakukan baik darat maupun udara,” katanya.

Terkait soal kebakaran hutan dan bukan hutan, Hadi menilai itu membuktikan jika perusahaan perkebunan dan pemerintah tidak mampu mengantisipasi kebakaran.

Tangkap pemimpin perusahaan

Sampai saat ini, kepolisian telah menangkap sejumlah warga yang melakukan pembakaran lahan. Misalnya, tiga warga yang tengah membakar area perkebunan milik sebuah perusahaan di kawasan Sungai Menang, Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir).

Ketiganya dinilai tidak mengindahkan imbauan aparat kepolisian dan pemerintah untuk tidak membakar lahan. Mereka kini diperiksa di Polres OKI. Demikian keterangan yang diberikan Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Djarod Padakova.

Barang bukti yang diamankan berupa korek api, empat bilah senjata tajam, serta speedboat. Speedboat diperkirakan sebagai kendaraan yang digunakan pelaku menuju lokasi.

Mengenai dua pegawai PTPN VII Ogan Ilir yang tertangkap di lokasi kebakaran, statusnya masih sebagai saksi. Polda Sumsel akan melakukan konfrontir dengan pihak PTPN VII. “Kita lihat penyebab kebakaran lahan tersebut apakah kelalaian, kesengajaan, atau ulah orang lain,” katanya.

Terhadap penangkapan petani dan karyawan tersebut, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sumsel berharap kepolisian jangan berhenti pada tindakan tersebut. “Polisi harus fokus pada perusahaan. Mereka melakukan itu pasti karena perintah. Penangkapan tersebut merupakan pintu masuk untuk mengusut perusahaan. Jangan petani yang dikorbankan. Tangkap pemimpin perusahaan yang lahannya terbakar,” kata Rustandi Adriansyah, ketua BPH AMAN Sumsel.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,