Ribuan tahun lalu pernah berkembang kebudayaan megalitik Pasemah di Bukit Barisan, Sumatera. Bukti kebesarannya berupa situs megalitik masih ditemukan. Wilayah yang paling banyak ditemukan situs megalitik Pasemah ini berada di Lahat dan Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Selain itu, Bukit Barisan merupakan hutan yang kaya dengan flora dan faunanya, sehingga pemerintah Indonesia menetapkan sebagian wilayah Bukit Barisan sebagai taman nasional. Salah satunya Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan N0. 192/Kpts-II/1996 luasnya mencapai 1.386.000 hektar. Wilayahnya sebagian besar berada di Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat. Sejak 2004, UNESCO menjadikannya warisan dunia.
Ironisnya, hutan yang diklaim sebagai rumah bagi 4.000 jenis flora dari 63 famili, serta 42 jenis mamalia dari 19 famili, seperti badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), macan dahan (Neophelis nebulosa), harimau loreng sumatera (Panthera tigris sumatrae), kucing emas (Catopuma termminckii), tapir (Tapirus indicus), kambing hutan (Capricornis sumatraensis) dan beruang madu (Helarctos malayanus); kemudian 10 jenis reptilia, 6 jenis amphibia, 6 jenis primata, serta 306 jenis burung dari 49 famili, kondisinya kian memburuk.
Diduga sebagian wilayah TNKS menjadi perkebunan sawit, konsensi penambangan batubara, penambangan batu, penambangan emas, serta dirambah sebagai lahan perkebunan rakyat atau penebangan liar. Kemudian satwa endemik seperti gajah dan harimau diburu oleh pemburu liar.
Pada masa kolonial Belanda, kekayaan TNKS tersebut sudah dilindungi. Tahun 1921, Belanda menetapkan hutan di Indrapura dan Bayang di Pesisir Selatan Solok seluas 205.550 hektar sebagai cagar alam, dan hutan di Merangin Alai di Bungo Tebo and Sarolangun, Jambi, sebagai hutan lindung. Beberapa tahun kemudian Belanda menetapkan hutan lindung di Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat.
Di masa Indonesia, pada 1979 hutan di Rawas Ulu Lakitan di Sumatera Selatan ditetapkan sebagai cagar alam. Kemudian suaka margasatwa bagi hutan Bukit Kayu Embun dan Bukit Gedang di Bengkulu Utara dan Rejang Lebong pada 1980 dan 1981.
Tahun 1982 Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 menetapkan semua wilayah itu menjadi satu kawasan dengan nama Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang luasnya mencapai 1.484.650 hektar. Tapi saat ditetapkan Menteri Kehutanan pada 1996, luasnya menciut 1.386.000 hektar.
Bagaimana caranya menikmati keindahan TNKS? Salah satunya dengan mengunjungi berbagai objek wisatanya. Berikut sejumlah objek wisata yang dikeluarkan Balai Besar TNKS pada 2013 lalu.
Wisata burung
TNKS merupakan wilayah Important Bird Area (IBA) atau Daerah Penting bagi Burung. Di TNKS ditemukan sekitar 306 jenis burung dari 49 famili. Dari 306 jenis burung itu ada yang masuk kategori langka, endemik, dan dilindungi. Lokasi pengamatan burung di TNKS antara lain Bukit Tapan, Rawa Ladeh Panjang, Gunung Kerinci, Muara Emat, Danau Gunung Tujuh, Tandai, Rawa Bento, Bukit Sulap, Sungai Ampuh dan Gunung Masurai.
Burung yang ada di TNKS antara lain elang-alap besra (Accipiter virgatus), elang kelelawar (Macheiramphus alcinus), cekakak batu (Lacedo pulchella), belibis kembang (Dendrocygna arcuata), pergam gunung (Ducula badia), poksai mantel (Garrulax palliatus), tiong emas (Gracula religiosa), dan julang emas (Aceros undulatus).
Wisata gunung dan bukit
Gunung Kerinci. Merupakan gunung tertinggi di Sumatera, dan gunung berapi aktif di Indonesia, yakni mencapai 3.805 m dpl. Suhu di puncaknya 5-10 derajat celcius. Guna mencapai puncaknya dapat melalui pos jaga 10 di Desa Kersik Tuo, Kayu Aro. Sudah ada jalan setapak menuju puncak yang ditandai petunjuk jalan dan interpretasi di beberapa lokasi.
Gunung Masurai. Ketinggiannya mencapai 2.720 meter di atas permukaan laut (m dpl). Pendakian dapat melalui Dusun Sungai Lalang, Desa Nio Dingin, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Bangko, Jambi.
Gunung lainnya seperti Gunung Seblat (2.382 mdpl) di Bengkulu, kemudian Gunung Nilo, serta Bukit Tapan dan Bukit Sulap. Bukit Sulap terletak di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Bukit ini dipenuhi beragam jenis burung dan panorama alam. Pada bukit ini terdapat makam Bujang Kurap, merupakan tokoh masa lalu yang sangat terkenal di Bukit Barisan karena kesaktiannya. Dia dikenal sebagai salah satu panglima Kerajaan Sriwijaya.
Wisata danau dan rawa
Danau Gunung Tujuh di Jambi. Danau vulkanik akibat aktivitas purba gunung berapi. Ketinggian 1.996 m dpl, panjang sekitar 4,5 kilometer, lebar sekitar 3 kilometer. Danau ini dikeliling tujuh gunung dengan puncak tertinggi 2.732 m dpl.Aksesibilitas dari Sungai Penuh yang jaraknya sekitar 60 kilometer. Desa terdekat lokasi danau yakni Desa Ulu Jernih.
Danau Pauh. Terletak di Desa Pulau Tenga, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin. Ketinggian 1.225 m dpl dengan luas 52 hektar.
Rawa Bento. Merupakan hutan rawa air tawar yang sebagian besar permukaannya ditumbuhi rumput bento (Leesia hexandra). Terdapat sungai yang mengalir di bawah rawa, yakni Sungai Rumpun dan Sungai Sangir. Merupakan habitat burung-burung migran dan rawa. Berada di ketinggian 1.375 m dpl dengan luas sekitar seribu hektar.
Rawa Ladeh Panjang. Berada di ketinggian 1.950 m dpl. Berada di kaki Gunung Melenggok, anak Gunung Kerinci, Jambi. Merupakan rawa gambut tertinggi di Sumatera yang luasnya mencapai 150 hektar.
Wisata air terjun dan gua
Air terjun Telun Berasap. Terletak di Leter W Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi. Dari Sungai Penuh jaraknya berkisar 60 kilometer.
Air Terjun Lumpo. Terletak di Desa Lumpo Timur, Kabupaten Painan, Sumatera Barat. Jaraknya dengan pantai sekitar 11 kilometer. Menuju air terjun ini dari Padang-Desa Sago-Desa Lumpo Timur-Air Terjun.
Gua Kasah. Gua ini merupakan habitat kelelawar dan berbagai jenis burung. Goa ini berada di ketinggian 1.400 m dpl dengan ukuran 15 m x 8 m dengan ketinggian 15 meter, berada di Desa Renah Kasah, Kecamatan Kayu Aro. Letaknya tak jauh dari Rawa Bento.
Gua Napal Licin. Gua yang paling banyak dikunjungi para arkeolog maupun peneliti sejarah, dan wisatawan ini terletak di Desa Napal Licin dan Koto Tanjung, Kecamatan Rawas Ulu, Kecamatan Musirawas, Sumatera Selatan. Selain alamnya yang indah, juga ditemukan sejumlah peninggalan manusia purba.
Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio