,

Habitat Terusik, Buaya Kembali Sambangi Permukiman Warga

Dalam dua tahun terakhir, sedikitnya ada empat kasus buaya “bertandang” ke permukiman masyarakat di Kalimantan Barat (Kalbar). 

Pertama, Juni 2013, di Desa Pematang Gadong, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, warga menangkap buaya yang diduga telah memangsa anak berusia sembilan tahun. Tidak disebutkan, jenis buaya yang ditangkap itu dan bagaimana nasibnya.

Kedua, Oktober 2013. Warga Sungai Udang, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, menangkap seekor buaya muara (Crocodylus porosus) sepanjang empat meter. Buaya seberat sekitar 300 kilogram itu sempat menjadi tontonan warga sebelum petugas BKSDA Kalbar, mengevakuasi ke Sinka Zoo, Kota Singkawang.

Ketiga, Mei 2014. Syarifdi, Warga Sungai Nipah, Dusun Arjo Binangun, Desa Madura, Teluk Pekedai, terluka akibat serangan buaya. Buaya yang berhasil ditangkap itu, empat kakinya itu diikat dengan sebuah kayu yang diletakkan di atas tubuhnya.

Keempat, Oktober 2014. Seekor buaya senyulong (Tomistoma Schlegeli) ditemukan dalam kondisi lemah di Kelibuntu, Desa Sungai Awan Kanan, Muara Pawan, Ketapang. Tidak jelas, apa yang menyebabkan buaya ini masuk ke permukiman. Petugas BKSDA kemudian melepasliarkan buaya tersebut, beberapa hari setelah dievakuasi dari tempat ditemukannya.

Kasus terbaru, seekor buaya senyulong ditemukan warga di Danau Tampang Keladi, Kabupaten Landak, Sabtu (11/10/14). Buaya tersebut sempat diamankan warga Desa Mandor Gunung Keladi, sebelum akhirnya mati dan dibawa ke Pontianak. Pemprov Kalbar membentuk tim untuk melakukan nekropsi, yaitu melakukan otopsi untuk mengetahui apa penyebab kematiannya. Tim terdiri dari dokter hewan Dinas Peternakan dan Hewan, peneliti WWF, serta petugas BKSDA.

Proses nekropsi dilakukan di belakang kantor Dinas Peternakan dan Hewan Provinsi Kalimantan Barat. “Kami memutuskan, hewan ini diawetkan. Nantinya, akan dijadikan sarana untuk penyadartahuan masyarakat,” kata Sudaryanti, petugas BKSDA Kalbar, Senin (13/10/14).

“Kita belum mengetahui apa penyebab kematiannya. Saat ini kita meneliti organ-organ dalam buaya tersebut. Buaya ini diperkirakan telah mati lebih dari 12 jam,” kata Hubert, dokter hewan Dinas Peternakan dan Hewan.

Dari susunan gigi geligi, diperkirakan hewan tersebut masih remaja. “Gigi atas buaya tersebut berjumlah 20 buah dan gigi bawah ada 19 buah. Terdapat dua gigi yang baru tumbuh di bagian belakang mulut,” tutur Dwi Suprapti, dokter hewan dari WWF.

“Panjangnya 3,85 meter, rentang kaki depan 1,24 meter, dan rentang kaki belakang 1,55 meter. Panjang ekor mencapai 1,88 meter,” papar Dwi.

Habitat terusik

Adi Rachman, aktivis lingkungan hidup di Kabupaten Ketapang menyatakan, buaya tersebut masuk ke pemukiman lantaran habitatnya sudah terusik, atau makanan alaminya punah. “Ada kaitannya dengan pembukaan lahan secara masif untuk pertambangan dan sawit.”

Adi mengatakan, muara sungai di Kalimantan Barat merupakan habitat buaya. Di Cilincing, Ketapang, sebuah jalan beraspal melewati habitat buaya. Masyarakat kerap melihat sekumpulan buaya berjemur pagi.

Sudaryanti mengatakan, terdapat dua jenis buaya di Kalimantan Barat yaitu buaya muara (crocodylus porosus) dan buaya senyulong. Khusus buaya senyulong moncongnya relatif sempit, dan memanjang. “Senyulong tidak akan menyerang manusia jika tidak diganggu. Makanannya adalah ikan-ikan kecil,” ujarnya.

Buaya senyulong dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. IUCN (International Union and Conservation Nature) memasukkan statusnya pada kategori Genting (Endangered/EN).

Hayunieta dari BKSDA Kalbar mengatakan, pihaknya sudah membentuk satuan tugas penanggulangan konflik satwa dengan manusia. Untuk itu, perlu kerja sama multi pihak agar mata rantai persoalan ini dapat diselesaikan dengan baik.

Berdasarkan data BKSDA Kalbar, selama kurun waktu Juli-September 2014, aparat sudah melakukan penyelamatan satwa yang dilindungi sebanyak 15 individu. Satwa itu terdiri dari tujuh individu orangutan, tiga buaya muara, satu buaya senyulong, satu bekantan, satu binturung, satu penyu hijau, dan satu beruang.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,