, ,

Suara Bersama Freedom for Orangutans

Kalo yang gak peduli orangutan itu harus ditanya kemanusiaannya,” kata Oppie Andaresta, sebelum membawakan lagu pada acara Freedoms for Orangutans yang digagas para relawan Centre for Orangutan Protection (COP) di  Rolling Stone Cafe Jakarta, Sabtu (18/10/14). Oppie yang melejit lewat lagu “Cuma Hayalan” ini memang banyak membawakan lagu kritik-kritik sosial.

Hari itu, penyanyi dengan salah satu hits “Single Happy” ini menjadi salah satu artis pendukung acara penggalangan dana COP. COP tengah membangun pusat rehabilitasi di Labanan, Kalimantan Utara mulai September  2014.

Dalam kegiatan ini, tak hanya panggung musik, ada pameran foto tentang orangutan yang direhabilitasi dan penjualan beragam suvenir COP dari kaos, tas dan lain-lain.  Ratusan pengunjung tampak menikmati musik yang disuguhkan dan membeli sekaligus berdonasi buat pusat rehabilitasi yang akan dibangun.

Oppie Andaresta kala membawakan lagu Rumah Orangutan pada acara Freedom for Orangutans. Foto: Sapariah Saturi
Oppie Andaresta kala membawakan lagu Rumah Orangutan pada acara Freedom for Orangutans. Foto: Sapariah Saturi

Acara ini didukung berbagai pihak, antara lain, Suryomurcito & Co, Orangutan Outreach, Animals Indonesia, Wildlife Undercover of Indonesia, Juragan Gelang, Arena Madya Wisesa, Mongabay Indonesia, Trax Magz, Cosmo Girl, Indonesia Expat, Cleo, Mustang Radio, dan Dagelan.

Oppie membawakan lagu baru dia berjudul Rumah Orangutan. Dia mengatakan, lagu ini terinspirasi kala melihat kondisi miris orangutan dari berbagai pemberitaan. “Orangutan ini juga seperti manusia. Mereka punya hati. Ketika mereka merasa luka, mereka menangis. Kala rumah mereka diacak-acak, mereka sedih.”

Rumah Orangutan ini, katanya, sebenarnya lagu buat anak-anak. Oppie ingin anak-anak sejak dini sudah mencintai mahluk hidup termasuk orangutan. Dia juga membawakan lagu Rumah Harmoni, yang diciptakan bersama Bim Bim Slank. “Intinya harmoni, hidup bersama, keseimbangan dalam hidup, dan alam.”

Pengunjung tengah memilih dan membeli kaos COP. Foto: Sapariah Saturi
Pengunjung tengah memilih dan membeli kaos COP. Foto: Sapariah Saturi

Selain dia, musisi pendukung lain, antara lain Payung Teduh, J-Flow, Monkey to Millionaire, Banda Neira, Miskin Porno, dan Earia dan Melanie Subono sebagai MC. Earia sambil bernyanyi diselingi dengan membacakan fakta-fakta mengenai orangutan.

Perlu dana sekitar Rp 2 miliar

Hardi Baktiantoro, direktur COP mengatakan, di pusat rehabilitasi seluas 7.900 hektar di hutan Tababan ini, akan menjadi pusat penelitian, pendidikan penyadaran dan pengamanan kawasan. “Jadi bisa bikin ranger, kayak Polhut swasta,” katanya ditemui di sela-sela acara hari itu.

Di sini, akan dibangun mes, kandang karantina, klinik, sampai tempat sosialisasi orangutan. Saat ini, katanya, baru membangun prasarana air. “Sediakan jaringan air. Ini nomor satu. Bangun pipa-pipa, tower air. Setelah itu mes para ranger. Lalu kandang karantina, klinik dan seterusnya.”

Dia berharap, akhir Desember 2014, pembangunan tahap pertama, sudah selesai meliputi mes dan kandang karantina. Dana yang diperlukan buat pembangunan ini, sekitar Rp 2 miliar. “Maka itu perlu dukungan berbagai pihak untuk peduli perlindungan dan penyelamatan orangutan ini.”

Hardi mengatakan, kondisi hutan di sana bagus, meskipun ada beberapa perambahan. Kawasan ini, katanya, hampir tak tersentuh pengawasan dari pemerintah. “Tak ada  ranger, tak ada pos, tak ada penjagaan pemerintah.”

Kelompok band Earia sambil bernyanyi diselingi dengan membacakan fakta-fakta mengenai orangutan. Foto: Sapariah Saturi
Kelompok band Earia sambil bernyanyi diselingi dengan membacakan fakta-fakta mengenai orangutan. Foto: Sapariah Saturi

Untuk itu, COP akan membangun pos terlebih dahulu untuk menempatkan pengawas. “Ada patroli, ada papan-papan peringatan, atau pemberitahuan hingga orang mau masuk juga segan,” katanya.

Menurut dia, kawasan hutan seakan tak tersentuh pemerintah ini menyebabkan proteksi lemah hingga perlu menyiapkan penjaga hutan. “Jadi dari hulu ke hilir. Orangutan diselamatkan, disekolahkan lalu dilepasliar di situ. Lalu bikin ranger buat pengamanan. Tak hanya orangutan yang selamat, kawasan juga dapat pengamanan,” ucap Hardi.

Apa ancaman lain hutan sekitar? “Banyak tambang batu bara.” Salah satu ancaman besar hutan di Kaltara, yakni tambang batubara. Terlebih, ini provinsi baru bakal berusaha mengembangkan daerah. “Kalau di sana banyak batubara, ya hutan akan jadi sasaran. Saat ini, kita berpacu dengan waktu, dengan perusahaan. Kita harus ekspansi banyak-banyak juga kan, salah satu dengan pendekatan ke pemerintah daerah.”

So, ingin ikut membantu penyelamatan orangutan? Bisa langsung hubungi email ke:[email protected].

Pengunjung mendapat gelang tangan, sebagai tanda telah ikut meramaikan acara sekaligus berdonasi buat pembangunan rehabilitasi COP. Foto: Sapariah Saturi
Pengunjung mendapat gelang tangan, sebagai tanda telah ikut meramaikan acara sekaligus berdonasi buat pembangunan rehabilitasi COP. Foto: Sapariah Saturi
Pameran foto orangutan yang tengah menjalani rehabilitasi COP. Foto: Sapariah Saturi
Pameran foto orangutan yang tengah menjalani rehabilitasi COP. Foto: Sapariah Saturi
Beragam suvenir yang dapat dibeli guna mendukung kegiatan COP. Foto: Sapariah Saturi
Beragam suvenir yang dapat dibeli guna mendukung kegiatan COP. Foto: Sapariah Saturi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,