,

Tiga Tugas Menanti Menko Kemaritiman Dan Menteri Kelautan

Presiden Joko Widodo telah mengumumkan dan melantik para menteri dalam kabinet yang dia beri nama Kabinet Kerja.  Sesuai keinginannya memajukan sektor kelautan di Indonesia, Jokowi membuat pos menteri baru yaitu Menteri Koordinator Kemaritiman yang membawahi Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Untuk pos Menteri Koordinator Kemaritiman ini, Jokowi memilih Indroyono Soesilo. Dan untuk Menteri Kelautan dan Perikanan, dipilih pemilik maskapai penerbangan Susi Air, Susi Pudjiastuti.

Dunia kelautan, tidak asing bagi Indroyono Soesilo, karena dia pernah menjabat sebagai Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan untuk periode 2001-2008. Kemudian dia menjadi Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Direktur Sumberdaya Perikanan dan Akuakultur  Food and Agricultural Organization (FAO) sejak 2012.

Menurut Agus Supangat, Koordinator Divisi Peningkatan Kapasitas Penelitian dan Pengembangan di Dewan Nasional Perubahan Iklim,  Indroyono cocok dan mumpuni ditunjuk sebagai Menko Kemaritiman karena telah berpengalaman di dunia kelautan.

Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo. Foto : Wikimedia
Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo. Foto : Wikimedia

Menurutnya, ada tiga tugas penting yang menanti Menko Kemaritiman, yaitu pertama, segera menyelesaikan batas-batas maritim dengan negara tetangga termasuk landas kontinen.

“Menjaga dan menyelamatkan seluruh kekayaan  laut di Indonesia. Wilayah perairan nusantara sangat luas, perlu pengawasan yang kuat dan konsekuensinya kalau pengawasan lemah dapat menyebabkan banyak kekayaan laut kita yang dicuri,” kata Agus yang pernah menjadi peneliti di Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

Tugas ketiga yaitu mengoptimalkan berbagai potensi laut yang ada. “Dari ikan, wisata bahari, harta karun, benda muatan kapal tenggelam, lingkungan, mangrove dan padang lamun sebagai penyerap CO2, blue carbon, keanekaragaman hayati laut, biofarmakologi, perindustrian, perdagangan hingga pertambangan,” kata peneliti pertama Indonesia yang pernah ke Antartika.

Pengamat kelautan yang juga Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, Arief Satria juga mengatakan Indroyono cocok menjabat sebagai Menko Kemaritiman karena pengalaman kerjanya yang dekat dengan dunia kelautan.

Arief mengatakan tugas berat menanti Menko Kemaritiman karena harus bisa menerjemahkan pemikiran dan keinginan Presiden Jokowi untuk membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia.

“Menko harus bisa mengatasi konflik lintas sektoral yang terjadi di laut. Dia harus mampu mendayagunakan potensi sektor maritim dan membangun sinergi antar sektor kelautan,” katanya.

Salah satu prioritas kerjanya adlah melakukan akselerasi proses percepatan penataan ruang kelautan. “Tata ruang merupakan dasar bagai kita untuk membanguns esuatu. Alokasi ruang laut Indonesia harus jelas pemanfaatannya, misalnya untuk perdagangan, pariwisata, perikanan. Ketika tata ruang sudah dilakukan, maka konflik akan teratasi,” katanya.

Pemberdayaan masyarakat pesisir dan nelayan juga penting dilakukan.  “Pemberdayaan masyarakt pesisir dengan nelayan yang merupakan mayoritaasnya, dengan cara penyediaan BBM bagi nelayan. Tersedianya sistem logistik untuk menstabilkan harga. Seperti penyediaan lemari pendingin (cold storage) agar harga ikan stabil,” katanya.

Sedangkan Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), Abdul Halim mengatakan sektor maritim merupakan hal yang penting bagi Indonesia.

“Bicara tentang maritim, tidak terlepas soal pelayaran dan perdagangan dilaut. Ini penting bagi Indonesia,” katanya.

Dia melihat untuk pelayaran, masyarakat Indonesia akan dimudahkan dalam urusan mobilitas, termasuk soal pertukaran jasa dan barang, akan lebih mudah dan murah.

Untuk industri sektor kelautan di Indonesia, didominasi oleh perusahaan asing. “Investasi di bidang kelautan dan perikanan di dominasi oleh perusahaan PMA (penanaman modal asing) sampai dengan lebih dari 90 persen. Ini memprihatinkan bila pelaku dalam negeri tidak diberi ruang, termasuk nelayan tradisional dalam anggaran pemerintah,” katanya.

Beri Kesempatan

Mengenai dipilihnya Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Agus Supangat dan Arief Satria mengatakan agar dia diberi waktu dan kesempatan untuk menunjukkan kerjanya.

Agus Supangat berharap pengalaman Susi sebagai pengusaha perikanan laut bisa diterapkan dalam kebijakan di level teknis di kementeriannya. “Kuncinya dia  harus bisa cari Sekjen dan Dirjen yang dirty workers and fighters, yang paham isu sosial ekonomi kelauatan nan mumpuni,” katanya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto : Wikimedia
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Foto : Wikimedia

Senada dengan itu, Arief Satria melihat Susi sebagai pelaku usaha dibidang perdagangan dan pengolahan perikanan. “Semoga pengalamannya bisa diaplikasikan di kementerian karena dia pelaku perdagangan,” katanya.

Dia melihat nelayan memang harus diberdayakan, dengan meningkatkan kemandirian dan produksi perikanan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,