,

Hujan Tanpa Henti, Aceh Dihantam Longsor dan Banjir

Hujan yang mengguyur Aceh dari Jum’at hingga Minggu mengakibatkan terjadinya longsor di Gunung Paro, Kabupaten Aceh Besar. Arus lalu lintas Banda Aceh-Calang (Aceh Jaya) putus total. Kondisi terparah terjadi Minggu (2/11/2014) sekitar pukul 06.00 WIB.

Gubernur Aceh, Zaini Abdullah, Senin pagi langsung terbang ke Jakarta. “Saya di Jakarta mungkin sampai enam hari untuk bertemu dengan Pemerintah Indonesia yang baru,” kata Zaini.

Zaini akan menyampaikan bencana longsor yang sudah ditetapkan sebagai bencana provinsi ini kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dan Wakilnya Jusuf Kalla.

Penetapan Bencana Longsor sebagai Bencana Provinsi Aceh ini disampaikan Zaini, Minggu malam, dalam pertemuan bersama Unsur Muspida Plus, Pemerintah Aceh Besar dan Instansi terkait. Pelaksanaan tanggap darurat berlaku Senin (3/11/2014) sampai selesai.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Said Rasul mengatakan ada 12 titik lokasi longsor di Gunung Paro. “Badan jalan ada yang amblas dan ada yang tertutup lumpur. Air deras turun dari tebing-tebing bagaikan air terjun, kawasan Gunung Paro ini terparah,” kata Said yang hadir pada pertemuan dengan Gubernur Aceh itu.

Menurut Said, posko bencana dibangun di tiga tempat. Posko pusat berada di Kantor BPBA di Jalan T. Nyak Arief dengan pelayanan 24 jam. Pemerintah juga membangun posko dan dapur umum di Kawasan Lhokseudu, Aceh Besar, dan di Kaki Gunung Geureutee, Kabupaten Aceh Jaya hingga tanggap darurat selesai.

Sementara, Bupati Aceh Besar, Mukhlis Basyah, mengatakan bencana longsor Gunung Paro ini adalah bencana terparah pasca-tsunami di Aceh. Bencana ini mengakibatkan jalur Banda Aceh-Calang putus total dan perlu penanganan serius. Warga di Kecamatan Lhoong juga terisolir dan terkurung banjir.

Senin (3/11/2014), hujan masih mengguyur kawasan yang pernah megah dengan tanaman cengkeh itu. Dandim 0101/BS, Agus Budi, mengatakan ada tujuh desa di Kecamatan Lhoong terisolir dan terkurung banjir.

“Kondisi tanah di Gunung Paro itu labil. Kalau dikeruk pakai beko (alat berat) akan turun lagi. Kalau hujan lagi akan ada tambahan longsor. Kita segera mungkin membuka akses untuk membantu masyarakat yang terisolir. TNI terus bekerja keras agar bisa tembus ke kawasan yang terisolir,” kata Dandim yang juga hadir dalam pertemuan di pendapa tersebut.

Agus menjelaskan bahwa guyuran hujan yang begitu lebat sempat menghambat proses evakuasi yang dilakukan oleh Prajurit TNI Kodim 0101/BS, Batalyon Kavaleri Lhoknga, serta Tim SAR. Namun, tim terus bekerja hingga akses jalan dapat dilalui dan masyarakat dapat ditolong.

Wahanan Lingkungan Hidup (WALHI) Aceh mensinyalir adanya alih fungsi hutan yang luas di kawasan Gunung Paro, Kabupaten Aceh Besar, menyebabkan longsor terjadi.

“Pasca tsunami, ada kepentingan bisnis di kawasan tersebut. Bukan saja soal pencurian kayu, tapi ada ruang yang sudah dibagi-bagi untuk beberapa kepentingan,” ujar Direktur Walhi Aceh, Muhammad Nur, Senin (3/11/2014).

Struktur tanah Gunung Paro labil. Sebelum kejadian, banyak jalan-jalan kecil yang dibuka untuk akses perkebunan yang seharusnya dilarang dan tidak boleh dilakukan. Pasca-tsunami, pihak asing (Amerika) pernah merencanakan ingin membuat jalan baru di Gunung Paro. Ini urung dilakukan tanahnya labil dan mudah tergerus air. Walhi menilai, Pemerintah Daerah lalai, karena tidak melakukan evaluasi dan pengecekan pada ruas-ruas jalan yang berpotensi longsor secara rutin,” ujar Nur.

M. Mur menjelaskan pula adanya perubahan alih fungsi hutan menjadi non-hutan di kawasan Gunung Paro, menyebabkan hutan tidak lagi menjadi sebagai penyangga. Ilegal logging tidak banyak, tapi pembukaan kebun dilakukan di kawasan itu.”

Mursyid, warga Lhoknga, Aceh besar yang dijumpai di Leupung, Minggu (2/11/2014), menyatakan bahwa intensitas penebangan kayu di Kawasan Gunung Paro, Aceh Besar masih ringan. “Penebangan kayu dilakukan hanya untuk membuka kebun non-sawit dan bukan untuk bisnis. Sedangkan kebun-kebun masyarakat di Gunung Paro memang ada,” katanya.

Terkait bencana ini, Mongabay Indonesia berusaha menghubungi Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Besar, Ir. Junaidi, yang nota bene bersentuhan langsung dengan masyarakat Aceh Besar. Namun, hingga  berita ini diturunkan, belum ada jawaban meski telah berulang kali dihubungi baik melalui telepon maupun pesan singkat.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Aceh, Husaini Syamaun mengatakan bahwa curah hujan yang terjadi ini memang tinggi. “Gunung Paro itu adalah kawasan lindung. Kerusakan hutan di gunung tersebut bukan karena pengalihan untuk hak guna usaha (HGU). Memang ada sedikit perambahan masyarakat untuk buka kebun,” jelasnya.

Husaini menambahkan bahwa hutan Aceh dipertahankan di atas 50 persen. “Bahkan Kemenhut, sebelum dilebur dengan Kementerian Lingkungan Hidup, mempertahankan hutan Aceh sampai 62 persen termasuk perairan,” jelasnya.

Akibat longsor yang terjadi di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, jalur transportasi darat ke wilayah barat Aceh putus total sejak Minggu (2/11). Foto: Junaidi Hanafiah
Akibat longsor yang terjadi di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, jalur transportasi darat ke wilayah barat Aceh putus total sejak Minggu (2/11). Foto: Junaidi Hanafiah

Lintas Banda Aceh-Calang dialihkan

Sementara ini jalan lintas Banda Aceh-Calang dialihkan melalui jalur Geumpang, Kabupaten Pidie. Agus, salah seorang supir angkutan mengatakan lintas Geumpang sudah mulai ramai dilalui kenderaan angkutan dan mobil pribadi.

“Jalan alternatif ini juga rawan bencana longsor, pemerintah sebaiknya menyiapkan alat berat di lokasi yang rawan,” pinta Agus sembari mengatakan tarif angkutan di wilayah barat ini naik Rp50.000 per orang.

Kepala Dinas Bina Marga Aceh, Anwar Ishak, mengatakan bahwa di lintas Geumpang, hanya ruas jalan di Kubu Aneuk Manyak yang masih sempit dan harus berhati-hati.

“Pemerintah akan menyediakan alat berat pada lokasi yang rawan longsor di lintas Tutut (Aceh Barat)- Geumpang,” kata Anwar Ishak.

Pantai Barat Aceh terancam

Bencana longsor tidak hanya melanda Kabupaten Aceh Besar. Kepala BPBD Aceh Jaya, Amren Sayuna mengatakan longsor batu juga terjadi di Gunung Geureutee, Minggu (2/11/2014) pagi.

Selain itu banjir dan lumpur juga merendam ratusan rumah warga di Kecamatan Jaya dan Indra Jaya. “Kita sudah membangun dapur umum dan posko bencana di Kecamatan Indra Jaya,” kata Amren Sayuna saat mendampingi Bupati Aceh Jaya, Azhar Abdurrahman meninjau lokasi bencana.

Banjir juga menerjang Kabupaten Nagan Raya. “Sedikitnya ratusan rumah warga tergenang air di Kecamatan Darul Makmur dan Tripa Makmur sejak, Sabtu (1/11/2014),” kata Kepala Desa Alu Kuyun, Suwardi.

Jalur transportasi darat Banda Aceh-Calang, saat ini alihkan ke Geumpang, Pidie. Foto: Junaidi Hanafiah
Jalur transportasi darat Banda Aceh-Calang, saat ini alihkan ke Geumpang, Pidie. Foto: Junaidi Hanafiah

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,