,

Yuk, Kenal Bekantan Lebih Dekat di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan

Ingin tahu lebih jauh tentang bekantan? Datanglah ke Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) yang berada di Jalan Gajah Mada, Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Di sini, kita dapat melihat langsung tingkah lucu satwa bernama ilmiah Nasalis larvatus yang sekaligus ikon pariwisata Kota Tarakan.

Monyet hidung panjang dengan rambut coklat kemerahan yang merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal Nasalis ini ternyata menyukai pucuk daun bakau (Rhizophora racemosa)  yang tumbuh subur di KKMB. Selain itu, setiap pukul 08.00 WITA petugas juga memberikan makanan tambahan berupa pisang sanggar.

Saat menyantap makanan tambahan inilah bekantan memiliki tradisi unik, yaitu membiarkan anggota kelompok kecilnya makan terlebih dahulu. Sementara, ketua kelompoknya mengawasi keadaan sekitar guna memastikan tidak ada gangguan.

Ada dua kelompok bekantan di KKMB ini yang jumlah setiap kelompoknya antara 15 sampai 18 individu. Kelompok pertama dipimpin oleh Jhon yang memiliki tubuh paling besar diantara bekantan yang lain. Sedangkan kelompok kedua dikomandoi oleh Maikel.

Syamsul, salah seorang pengelola KKMB, mengatakan bahwa bekantan yang hidup alami di sini ada juga “sumbangan” masyarakat yang secara tidak sengaja menangkapnya di permukiman. Pembangunan pesat di Kota Tarakan membuat habitat bekantan terganggu, sehingga tidak jarang warga menemukan bekantan berkeliran di perkampungan.

“Bekantan merupakan hewan pemalu, sehingga saat di pemukiman penduduk mudah ditangkap. Warga yang sadar akan keberlangsungan hidup satwa dilindungi ini biasanya akan menyerahkan kepada kami. Sebelum dilepas bersama kawanan yang sudah hidup alami di KKMB, akan dikarantina dahulu agar menyesuaian dengan lingkungannya yang baru,” terangnya.

Menurut Syamsul, larinya bekantan ke pemukiman dikarenakan tempat hidupnya di mangrove mulai dibuka untuk tambak dan alih fungsi lainnya. Akibatnya, ketersediaan makanan yang minim membuat monyet belanda ini mendatangi permukiman penduduk.

Letak KKMB berada di Jalan Gajah Mada, Kota Tarakan  yang bersanding dengan pusat perbelanjaan. Foto: Sofyan
Letak KKMB berada di Jalan Gajah Mada, Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Foto: Sofyan

Upaya pelestarian

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan merupakan bentuk upaya pelestarian bekantan yang dilakukan Pemerintah Kota Tarakan. Awalnya, luasannya hanya tiga hektar, kini bertambah menjadi 22 hektar dengan jumlah bekantan sekitar 30 an individu. Pengelolaan KKMB ini berada di bawah koordinasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Tarakan.

“Dulu, kalau mau lihat bekantan di KKMB tidak selalu bisa. Kini, lama-kelamaan, bekantan mulai berani menampakkan diri. Terutama, pagi hari saat makan pisang di meja yang telah disiapkan. Kita dapat melihatnya dari jarak maksimal lima meter,” imbuh Syamsul.

Sebelumnya, bekantan-bekantan ini sering meninggalkan KKMB. Beruntung, setiap kali “kabur” berhasil diselamatkan warga dan diserahkan kembali ke pengelola. Seiring waktu, bekantan mulai betah tinggal. “Fasilitas dan makanan tambahan yang tersedia, serta keamanan yang terjamin, membuat bekantan merasa nyaman,” jelas Syamsul.

Di Indonesia Bekantan dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 pasal 21 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap orang dilarang untuk menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 21 ayat 2 tersebut dapat dipidana dengan ancaman kurungan paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp100 juta.

Bekantan juga masuk dalam daftar CITES Apendix I atau tidak boleh diperdagangkan baik secara nasional maupun international. International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat, pada 1987 jumlah bekantan sekitar 260 ribu ekor yang tersebar di kantong-kantong habitatnya di Pulau Kalimantan. Namun, Mangrove Forest Balikpapan tahun 2008 menyebutkan populasi bekantan sekarang diperkirakan sekitar 25 ribu ekor.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,