,

Roadmap Kebun Sawit Berkelanjutan bagi Petani Mandiri, Seperti Apa?

Greenpeace dan Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) membangun peta jalan (roadmap) menuju kebun sawit tani mandiri berkelanjutan. Caranya,  dengan efesiensi, hingga peningkatan produksi tanpa ekspansi agresif pada hutan dan lahan gambut. Demikian bahasan workshop bertajuk “Membangun roadmap pekebun sawit mandiri berkelanjutan menuju nol deforestasi,” di Jakarta, Senin (10/11/14).

Achmad Saleh Suhada, koordinator solusi kampanye hutan Greenpeace Indonesia, mengatakan, strategi ini bisa meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) pekebun sawit mandiri hingga 36 juta ton per hekter per tahun. “Caranya, efisiensi lahan tanpa ekspansi agresif hingga peningkatan produktivitas pengembangan ekonomi dan penyelamatan lingkungan berjalan seiring,” katanya.

Industri minyak sawit global, katanya, sedang bertransformasi, termasuk pekebun mandiri skala kecil. Mereka, sebagai poros potensial mendorong industri sawit yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.  Pekebun sawit mandiri,  bisa menjadi pemangku kepentingan utama dalam konteks sosial, ekonomi dan lingkungan.

Data Ditjen Perkebunan 2013, memperlihatkan, lahan pekebun skala kecil 5,8 juta hektar, rincian 4 juta hektar kebun mandiri dan 1,8 juta plasma. Dengan rata-rata kepemilikan dua hektar per keluarga. Untuk produksi CPO pekebun sawit mandiri, 2012 sebesar 8,78 juta ton (33,13%) dari total produksi nasional 26,5 juta ton.

“Peningkatan produksi hanyalah satu fokus dari lima strategi bersama. Ada pemetaan prioritas langkah-langkah dalam pengembangan inovasi pertanian, pupuk organik dan mengurangi ketergantungan pestisida kimia.”

Fokus penting lain dalam roadmap itu, seperti penghormatan pekerja dan pekebun sawit, pelatihan teknis pemupukan, penyemprotan hingga pemanenan. Dengan begitu, pekerja lebih efektif, efisien dan tepat guna.

Dia menceritakan, sejak 2010 Greenpeace sudah membantu petani kecil di Dosan, Kabupaten Siak, Riau dalam menerapkan konsep-konsep perkebunan berkelanjutan. Mulai dari mengurangi pupuk kimia, sampai tidak membuka lahan lagi. Di sana ada kawasan konservasi bernama Danau Nagasakti. Mereka membuat peraturan desa. “Area 300 hektar tidak dibuka,” kata Achmad.

Saat ini, katanya, permintaan pasar global CPO dari produk bersih alias bukan penyebab deforestasi.  “SPKS punya komitmen sama. Kita satukan komitmen. Tidak terjadi dorongan tanpa mempunyai komitmen sama. Di Indonesia tools petani sawit mandiri belum ada. Namun, isu kerakyatan pemerintahan Jokowi sangat kuat, jadi kita dorong. Harapannya roadmap ini bisa diadaptasi Kementerian Pertanian yang baru.”

Achmad merasa,  Kementan belakangan terlihat inkonsisten dalam melakukan fungsi menyeluruh. Untuk itu, mengingatkan kementerian lewat pembuatan roadmap sangat penting. “Bentuk dan target pekebun sawit mandiri akan lebih jelas.”

Sebenarnya, ucap Achmad, roadmap ini sederhana. Pertama,  soal nilai konservasi dengan mendorong nol deforestasi. Petani tidak membuka hutan dan gambut. Kedua, nilai-nilai dasar yang belum ada di struktur seperti kelembagaan, kemudahan investasi juga perlu dipikirkan. “Ini coba kita formulasikan.”

Longgena Ginting, kepala Greenpeace Indonesia mengatakan,  kolaborasi membuat roadmap ini sangat menarik, sejalan dengan arah transformasi pemerintahan baru.

“Kita sedang bertransformasi pada era lebih baik. Transparansi, partisipasi sedang terjadi. Ini keharusan. Ekonomi masa depan adalah berkelanjutan. Tidak mungkin menggunakan bussines as usual. Sumber daya alam sangat terbatas,” ujar dia.

Pertumbuhan ekonomi, katanya,  bisa sejalan dengan pelestarian lingkungan dan sosial.  “Perkebunan terutama sawit, penyumbang devisa terbesar. Sawit sebagian dikelola petani kecil dan plasma. Mereka memegang peranan penting. Asal ada kemitraan dan keberpihakan pemerintah baru kepada mereka, potensi bisa meningkat.”

Jika petani kecil bangkit dan mampu meningkatkan produktivitas maka target menaikkan CPO bisa berjalan tanpa membuka hutan dan lahan gambut baru. “Kesejahteraan petani meningkat, tapi hutan tetap terjaga.”

Menurut Mansuetos Darto Alsyanu, koordinator SPKS, mendorong petani skala kecil bisa kontribusi besar pada produksi CPO. “Petani plasma punya perusahaan. Petani swadaya sulit. Kita lihat mereka punya potensi signifikan. Untuk berkontribusi dalam pembangunan lingkungan lebih baik, jadi tantangan bersama,” katanya.

Dia berharap, roadmap dapat meraih respon positif dari pasar hingga transformasi utuh bisa mewujudkan akses langsung antara pekebun dan pembeli.

Deklarasi bersama

Pada hari itu juga ada deklarasi petani sawit mandiri dalam menerapkan praktik berkelanjutan. Mereka berkomitmen memenuhi aspek legal, pendekatan free and prior informed consent (FPIC), menghormati hak pekerja. Juga berkomitmen tidak membuka pada kawasan hutan bernilai konservasi tinggi dan berkarbon tinggi.

Mereka bertekad mengembangkan inovasi pertanian untuk meningkatkan produksi termasuk penggunaan pupuk organik sekaligus mengurangi ketergantungan pada pestisida.

“Kontribusi berkelanjutan bisa oleh siapa saja. Kami yakin, ke depan petani tidak ada lagi konversi lahan, dan membuka lahan gambut, mulai hari ini petani memulai,” kata Darto.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,