,

Sumatera Selatan Provinsi Ketiga Rawan Kebakaran di Indonesia

Sumatera Selatan merupakan provinsi ketiga di Indonesia yang rawan kebakaran, setelah Riau dan Sumatera Utara. Kemudian disusul Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi. Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) merupakan daerah yang paling rawan kebakaran di Sumatera Selatan (Sumsel) karena banyak lahan gambut.

Hal tersebut disampaikan Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B. Panjaitan, kepada Mongabay Indonesia di kantor pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) di Kayuagung, Selasa (11/11/2014).

Katanya, Kabupaten OKI merupakan daerah yang rawan kebakaran karena sebagian besar wilayah di kabupaten ini adalah hutan, khususnya lahan gambut. Untuk itu, pihaknya menghimbau kepada pemerintah untuk melakukan upaya pecegahan agar kebakaran hutan ini tidak terjadi lagi.

Berdasarkan pemantauan titik api mulai 1 Januari sampai dengan 31 Agustus 2014 lalu di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi terdapat titik api sebanyak 15.300 titik. Toleranasi titik api pada Januari – Juni 2014 adalah 10.298 titik, sehingga terdapat kelebihan jumlah titik api sebanyak 5.002 titik dari batas toleransi.

Sebaran titik api tersebut di Sumatera 8.594 titik (56,2%), Kalimantan 6.204 titik (40,5%) dan Sulawesi 502 (3,3%). “Kawasan non-hutan sebanyak 11.074 titik atau 72,4 persen, yakni perkebunan 544 titik, dan areal penggunaan lain atau lahan masyarakat 10.530 titik. Kawasan hutan sebanyak 4.226 titik atau 27,6 persen, berupa kawasan hutan konservasi 767 titik, kawasan hutan lindung 282 titik, dan kawasan hutan produksi 3.177 titik,” katanya.

Dijelaskannya, pihak kementerian telah melakukan berbagai upaya dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Antara lain adalah menyebarluaskan peta rawan kebakaran hutan dan lahan tingkat provinsi, menghimbau Gubernur se-Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi agar bersiap siaga menghadapi kebakaran hutan dan lahan 2014 dan upaya antisipasi menghadapi El Nino, serta mengadakan simulasi, bimbingan teknis dan patroli pemadaman kebakaran hutan di berbagai provinsi rawan kebakaran.

Menurutnya, terkait kebakaran lahan yang terjadi di Kabupaten OKI sejauh ini pihaknya melihat pemerintah daerah telah berupaya melakukan penanganan kebakaran lahan ini. Akan tetapi kata dia, musim kemarau kali ini cukup panjang sehingga penanganannya kurang maksimal.

“Tadi Pak Bupati (Iskandar) sudah menjelaskan kepada kita bahwa pola masyarakat di sini guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan membuka lahan pertanian yaitu dengan melakukan pembakaran. Ini yang harus dihindari kedepan,” katanya.

Kalau kebakarannya di tanah mineral, kata dia, pemadamannya cukup mudah, misalnya menggunakan alat berat. Tapi jika lahan gambut yang terbakar, dan lokasinya cukup sulit. Itu diperlukan teknologi untuk melakukan pemadaman. “Saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sedang merancang teknologi atau alat yang bisa untuk memadamkan kebakaran di lahan gambut,” jelasnya.

Beri kompensasi

Ke depan, guna mencegah kebakaran hutan ini pihaknya merekomendasikan kepada pemerintah untuk memberikan kompensasi kepada masyarakat yang berada di daerah hutan dan hutan rawa gambut serta diberikan sosialisasi cara membuka lahan tanpa melakukan pembakaran.

Disamping itu, kata dia harus disediakan alat dan teknologi kepada masyarakat yang ingin melakukan pembukaan lahan dengan demikian kebakaran hutan dapat dicegah.

Ditambahkannya, pihaknya akan melakukan evaluasi pasca-kebakaran dan akan dilihat hutan yang terbakar tersebut kalau itu hutan produksi, atau hutan konservasi langsung di bawah kementerian. “Makanya kita akan melakukan evaluasi terlebih dahulu,”jelasnya.

Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten OKI, Rosyidi mengatakan, sejauh ini pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk memadamkan kebakaran hutan tersebut. Namun banyak kendala di lapangan karena medannya tidak memungkinkan.

Menurut Rasyidi, bencana kabut asap di Kabupaten OKI dalam beberapa hari terakhir sudah berkurang karena sudah berapa kali diguyur hujan. “Meskipun belum sepenuhnya hilang, ini cukup membantu mengurangi kabut asap,” jelasnya.

Kedepan kata dia, pemerintah OKI dalam hal ini dinas kehutanan akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan khususnya hutan rawa gambut agar tidak terjadi lagi seperti saat ini.

Sebelumnya Bupati OKI Iskandar sudah menggerakkan RKDT (Regu Kebakaran Desa Terlatih). RKDT ini terdiri 58 regu yang tersebar di Kecamatan Jejawi, Air Sugihan, Pampangan, Pangkalan Lampan, Tulung Selapan, Cengal, Mesuji, Mesuji Makmur, Lempuing Jaya, Teluk Gelam, Pedamaran dan Pedamaran Timur.

Pihak yang diinstruksikan menggerakkan RKDT adalah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan Dinas Kehutanan OKI.

Iskandar juga menginstruksikan seluruh camat dan kepala desa (kades) yang masuk dalam kawasan pantauan titik api tinggi seperti di wilayah Pampangan, Pangkalan Lapam, Air Sugihan, Cengal dan Tulung Selapan.

Upaya lainya berupa pengawasan aktivitas masyarakat yang mempunyai kebiasaan membakar lahan untuk perladangan. Tindakan preventif sangatlah perlu. “Bila perlu, saya akan membuat program khusus tahun 2015, agar masyarakat yang punya kebiasaan membakar lahan memiliki kegiatan lain seperti dihimpun dalam kelompok peduli api, sehingga akan lebih efektif.”

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,