,

Kukang Memang Patut Kita Sayang

Mata Marwah terbelalak kala melihat kukang. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya bakal bertemu primata imut tersebut dalam jarak dekat. Ketakjuban siswi kelas 5 SD Al-Azhar 20 Cibubur ini pun makin bertambah ketika dijelaskan bahwa kukang sangat menyukai buah-buahan yang matang secara tekstur dan manis di lidah.

Tidak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Zakaria, sang keeper kukang, pemilik nama lengkap Fauziyah Marwah Mahirah ini pun langsung melongok ke dapur tempat makanan kukang diracik. Di dapur sederhanan ukuran 2 x 2 meter itu, Marwah melihat langsung tumpukan buah dalam keranjang seperti yang disebutkan Zakaria tadi. “Itu semua untuk kukang?” Tanya Marwah sembari menunjuk keranjang buah.

Zakaria, lelaki yang sudah enam tahun menjadi perawat kukang ini menuturkan, bahwa kukang memang menyukai buahan yang manis. “Kukang itu pintar. Ia hanya akan makan buahnya, sementara kulitnya dibuang.”

Marwah yang ditemanai Zakaria begitu antusias saat melihat kukang. Foto: Rahmadi Rahmad
Marwah yang ditemani Zakaria begitu antusias saat melihat kukang. Foto: Rahmadi Rahmad

Apa yang membuat Marwah melawat ke kandang kukang milik Yayasan IAR Indonesia (YIARI) di Ciapus, Bogor, Jawa Barat? Marwah merupakan pemenang pertama lomba Create and Act for Kukang Competition. Hadiahnya adalah Weekend Tour with YIARI yaitu melihat kukang langsung di kandang rehabilitasi dan habituasi YIARI, pada 18-19 Oktober 2014.

Marwah tidaklah sendiri. Ada juga Zahrah P. Aulia dan Zahara Amanda,  pemenang kedua dan ketiga di kompetisi yang sama yang ternyata pula, mereka berasal dari sekolah yang sama.

Nama-nama kukang di sini lucu. Ada Ronie, Mendung, Santai, Cola, Soda, dan Sola. “Kukang itu satwa yang dilindungi. Sudah sepantasnya ia hidup di hutan,” ucap tulus Zahrah Aulia saat melihat kukang secara langsung.

Sementara, komentar tidak kalah manis diberikan Zahara Amanda yang menurutnya kukang merupakan satwa yang patut kita sayangi. Bagaimana cara menyayanginya? Biarkan ia hidup di hutan karena hutan merupakan rumahnya.

Para pelajar cilik ini terlihat riang kala mengikuti Weekend Tour with YIARI . Foto: YIARI
Para pelajar cilik ini terlihat riang kala mengikuti Weekend Tour with YIARI . Foto: YIARI

Satwa pemalu

Kukang merupakan primata berukuran kecil antara 20-30 cm yang memiliki kebiasaan tidur sepanjang hari dan pada malam hari beraktivitas. Untuk melihat kukang di kandang rehabilitasi ini ada aturannya. Tidak boleh berisik serta harus menggunakan pencahayaan redup warna merah sekitar lima watt. Di atas ukuran tersebut, dipastikan kukang akan sangat terganggu.

Richard Moore, Advisor Programme Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) menyatakan, di Pusat Rehabilitasi YIARI Ciapus terdapat sekitar 165 individu kukang. Semuanya itu, berasal dari hasil sitaan perdagangan ilegal ataupun dari para pemilik kukang yang menyerahkan langsung. “Saat ini kami sudah kewalahan, karena sudah melebihi kapasitas yang ada.”

Terhadap perburuan kukang yang terjadi di Indonesia, Richard menuturkan kondisi ini berbeda dengan di Kamboja dan Thailand yang digunakan untuk obat tradisional. Di Indonesia, selain diburu untuk dipelihara, kemungkinan kukang juga dijadikan tumbal untuk membangun jalan atau jembatan.

“Mitos ini masih berkembang di masyarakat. Padahal, kukang merupakan satwa yang seharusnya disayang. Di alam, ia memakan serangga dan madu pada bunga, tanpa membuat kerusakan. Sudah pasti, kukang penting bagi keseimbangan ekosistem,” ujar Indah Winarti, Koordinator Program Konservasi Kukang YIARI.

Keberadaan kukang di alam akan terus dipantau lewat radio collar yang dipasangkan di lehernya dan dideteksi melalui receiver. Foto: Rahmadi Rahmad
Keberadaan kukang di alam akan terus dipantau lewat radio collar yang dipasangkan di lehernya dan dideteksi melalui receiver. Foto: Rahmadi Rahmad

Berdasarkan ekologi dan persebarannya, di Indonesia terdapat tiga kukang yang terbagi dalam tiga spesies. Kukang jawa (Nycticebus javanicus), kukang sumatera (Nycticebus coucang), dan kukang kalimantan (Nycticebus menagensis).

Menurut Richard, untuk melihat perbedaan ketiganya dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dari berat badan yaitu kukang jawa beratnya sekitar 900 gram, sementara kukang sumatera sekitar 700 gram, dan kukang kalimantan kira-kira 600 gram.

Bila dilihat dari cirinya, kukang jawa memiliki punuk terang yang lebih indah bila dibandingkan dengan kukang sumatera dan kalimantan yang berwarna coklat keabu-abuan.

Berdasarkan data IUCN (International Union for Conservation of Nature), kukang jawa masuk dalam status Kritis (Critically Endangered/CR) atau satu langkah menuju kepunahan di alam. Sementara kukang sumatera dan kukang kalimantan statusnya adalah Rentan (Vulnerable/VU) atau tiga langkah menuju kepunahan di alam.

Lepas liar

Berapa waktu yang diperlukan untuk melepasliarkan kukang ke alam? Robithotul Huda, Koordinator Survey Release & Monitoring (SRM) Program YIARI menuturkan, minimal satu tahun waktu yang dibutuhkan. Namun, ini hanya gambaran saja yang tidak bisa dijadikan acuan baku.

Menurut Huda, kukang yang baru datang biasanya harus dikarantina dahulu. Bila dinyatakan sehat baru akan dipindahkan ke kandang rehabilitasi. Di kandang inilah kukang akan diberi makan dan dipantau perkembangannya. Bila hasil pemantauan menunjukkan baik maka kukang sudah bisa dilepasliarkan di alam.

Pelepasliaran bukanlah akhir pekerjaan, tapi merupakan awal. Karena, kukang yang akan dilepaskan harus menjalani proses habituasi (adaptasi) di kandang terbuka di hutan yang lamanya sekitar satu bulan. Di sini, kukang akan terus dilihat perkembangannya, andai telah beradaptasi dengan baik maka akan dilepasliarkan untuk hidup di alam.

Selesaikah? Belum. Perilaku kukang setelah keluar kandang habituasi akan terus dipantau tim SRM selama setahun. Kemana kukang pergi akan diikuti melalui radio collar yang dipasang di leher kukang yang dapat diketahui melalui receiver. “Selama setahun, gerak-gerik kukang akan diawasi,” tutur Huda.

Inilah komik buatan Zahrah yang menceritakan pengalamannya selama melihat kukang. Foto: YIARI
Inilah komik buatan Zahrah yang menceritakan pengalamannya selama melihat kukang. Foto: YIARI

Namrata, relawan asal India yang tergabung dalam tim SRM mengatakan, dalam sehari, ia bersama anggota tim yang berjumlah tiga orang harus berjalan delapan jam untuk memantau kukang yang telah dilepaskan di Gunung Salak.

Takutkah ia? Gadis 25 tahun ini menyatakan bahwa menembus gelapnya malam guna mencari keberadaan kukang adalah pekerjaan menyenangkan. “Saya jatuh cinta pada kukang karena primata ini unik. Hidup di malam hari. Hanya di Indonesia saya melihat tiga jenis kukang. ”

Terkait pelepasliaran tersebut, Richard menjelaskan bahwa sudah pasti kukang akan dilepaskan sesuai habitatnya. Kukang jawa akan dilepaskan di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat dan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Untuk kukang kalimantan akan dilepaskan di kalimantan yang berada di wilayah YIARI Ketapang, Kalimantan Barat.

Sementara, kukang sumatera akan dilepaskan di Hutan Lindung Batutegi, Tanggamus, Lampung. Di Batutegi ini ada tiga kandang habituasi yaitu Talang Rindai, Air Jernih, dan Wai Rilau. “Sekitar 26 individu telah dilepaskan di Batutegi dengan rincian 11 jantan dan 15 betina, pada 19 Oktober 2014,” tutur Richard.

Kukang memang patut disayang. Marwah, Zahrah Aulia, dan Zahara Amanda berjanji akan menunjukkan rasa kepeduliannya pada kukang melalui cerita bergambar. Mereka akan menunjukkan hasil karyanya itu kepada seluruh temannya di sekolah. Akankah kita?

Kukang memang patut kita sayang. Foto: YIARI
Kukang memang patut kita sayang. Perburuan untuk dijadikan peliharaan telah membuat kehidupan kukang terancam. Foto: YIARI
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,