,

Mengenaskan! 40 Butir Peluru Ditemukan Bersarang di Tubuh Orangutan Ini

Konflik antara industri perkebunan kelapa sawit dengan satwa liar kembali terjadi di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah. Kali ini, menimpa seekor orangutan betina dewasa yang nyawanya tidak bisa diselamatkan. Dari tubuh orangutan malang tersebut, ditemukan sekitar 40 butir peluru yang bersarang di tubuhnya.

Monterado Fridman, Koordinator Komunikasi dan Edukasi Nyaru Menteng Borneo Orangutan Survival Foundation (Yayasan BOS), dalam rilisnya yang diterima Mongabay Indonesia menyatakan bahwa orangutan malang tersebut diterima Tim BOS Nyaru Menteng Kamis, 4 Desember 2014, sekitar pukul 03.00 dini hari. Saat diterima, kondisinya cukup mengenaskan: kedua kaki dan lengannya patah.

Menurut Monterado, tim medis BOS Nyaru Menteng yang segera melakukan penanganan menemukan kondisi yang benar-benar memprihatinkan akan kondisi orangutan betina tersebut. Kaki kanan bagian paha atas patah, tangan kiri membusuk, tulang lengan kiri atas patah dengan luka terbuka digerogoti belatung, serta tubuhnya kurus akibat malnutrisi.

Tim medis memperkirakan bawa luka yang diderita orangutan ini sudah lebih tiga hari. Hasil x-ray juga menunjukkan adanya 18 peluru bersarang di kaki dan panggul kanan, 10 peluru di kepala, 8 peluru di kaki dan panggul kiri, serta 6 peluru di dada dan tangan kanan.

Monterado melanjutkan, atas izin BKSDA Kalimantan Tengah, tim media segera melakukan operasi dan mengamputasi lengan kiri orangutan itu yang telah membusuk. Kaki kanannya juga dibersihkan dan dijahit karena ada bagian yang robek dan tulang yang keluar. Namun, upaya maksimal ini tidak mampu menolong orangutan malang tersebut yang tepat pukul 18.07, Kamis 4 Desember 2014, menghembuskan nafasnya yang terakhir. “Kejadian ini menambah lagi angka kematian akibat konflik antara industri perkebunan dan satwa liar serta praktik eksploitasi alam yang tidak berkelanjutan,” tuturnya.

Kondisi orangutan ini sebelum dioperasi cukup mengenaskan. Kedua kaki dan lengannya patah. Foto: Yayasan BOS Nyaru Menteng
Kondisi orangutan ini sebelum dioperasi cukup mengenaskan. Kedua kaki dan lengannya patah. Foto: Yayasan BOS Nyaru Menteng
Kondisi tulang lengan yang patah. Foto: Yayasan Bos Nyaru Menteng
Kondisi tulang lengan yang patah. Foto: Yayasan Bos Nyaru Menteng

Kronologis

Berdasarkan lembar kronologi yang dibuat dan ditandatangani pihak perusahaan yaitu Arifin Susilo, Seno, dan Nyoto Suroso, orangutan malang tersebut sebelumnya ditemukan dalam kondisi lemah dan terluka pada Rabu, 3 Desember 2014, sekitar pukul 06.30 pagi di Blok F 37 – Afdeling 7 oleh Seno, karyawan perawatan yang sedang bekerja. Lokasi penemuannya berada di areal PT. Surya Inti Sawit Kahuripan (SISK), perusahaan kelapa sawit yang merupakan anak perusahaan Makin Group.

Penemuan ini selanjutnya dilaporkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah yang kemudian mengevakuasi dan menyerahkannya kepada Yayasan BOS di Nyaru Menteng, esok harinya. “Orangutan tersebut diantar dan diserahkan kepada Yayasan BOS oleh Bapak Nandang dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah,” jelas Monerado.

Terkait jumlah orangutan yang berasal dari areal perkebunan milik Makin Group, Yayasan BOS sendiri memiliki catatan yang cukup lengkap yaitu sekitar 166 individu. Menurut Monerado, saat ini, sekitar 100 individu sudah berhasil ditranslokasikan ke hutan-hutan sekitar yang relatif aman dan 47 individu masih dalam perawatan di Nyaru Menteng.  Namun, dari 100 individu yang telah ditranslokasikan tersebut sekitar 19 individu mati, termasuk orangutan betina terakhir ini yang diserahkan ke Yayasan BOS.

Sementara, dari 47 orangutan yang masih dalam perawatan tersebut, hanya 3 individu saja yang tidak dapat dilepasliarkan alias harus tetap dirawat seumur hidup di Yayasan BOS Nyaru Menteng.

Tantangan utama yang dihadapi Yayasan BOS Nyaru Menteng untuk melepasliarkan kembali orangutan ke habitat aslinya adalah sulitnya untuk menemukan hutan yang benar-benar layak dan aman untuk dijadikan tempat tinggal orangutan.

Foto rotgen kepala yang jumlah pelurunya mencapai 10 butir. Foto: Yayasan BOS Nyaru Menteng
Foto rontgen kepala yang jumlah pelurunya mencapai 10 butir. Foto: Yayasan BOS Nyaru Menteng
Hasil rontgen perut. Foto: Yayasan BOS Nyaru Menteng
Hasil rontgen perut. Foto: Yayasan BOS Nyaru Menteng

Terancam

Jamartin Sihite, CEO Yayasan BOS, sebelumnya saat acara #ClimbForOrangutan, awal November 2014, mengatakan bahwa penebangan liar, kebakaran hutan, alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit, hingga perburuan membuat “jiwa” orangutan terancam. Dampaknya adalah banyak orangutan yang mati atau juga menjadi binatang peliharaan.

Menurut Jamartin, orangutan hanya ada di Kalimantan dan Sumatera. Di Kalimantan, keberadaan orangutan borneo (Pongo pygmaeus) yang jumlahnya sekitar 54 ribu individu berada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Sementara, orangutan sumatera (Pongo abelii) yang jumlahnya diperkirakan sekitar 6.500 individu tersebar di kawasan Leuser.

Jamartin menjelaskan, saat ini sekitar 750 orangutan berada di pusat rehabilitasi Yayasan BOS. Sekitar 530 individu berada di Program Reintruduksi Orangutan Kalimantan Tengah (Nyaru Menteng) dan 220 individu berada di Program Reintroduksi Orangutan Kalimantan Timur (Samboja Lestari). Untuk merehabilitasi satu individu orangutan, waktu yang dibutuhkan sekitar tujuh tahun.

Orangutan merupakan satwa yang dilindungi Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Upaya pelestariannya juga telah disusun dalam Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017 saat Konferensi Perubahan Iklim di Bali, Desember 2007. Poin penting yang perlu digarsibawahi dalam rencana aksi tersebut adalah paling lambat, tahun 2015, semua orangutan di pusat rehabilitasi sudah dikembalikan ke habitatnya.

Bila kondisinya seperti ini, akankah target tersebut tercapai?

Operasi medis dilakukan untuk menyelamatkan orangutan betina malang tersebut. Foto: BOS Nyaru Menteng
Operasi medis dilakukan untuk menyelamatkan orangutan betina malang tersebut. Foto: BOS Nyaru Menteng
Sampel peluru yang berada di tubuh orangutan malang ini. Pertolongan medis telah dilakukan, namun nyawa orangutan betina ini tidak dapat diselamatkan. Foto: Bos Nyaru Menteng
Sampel peluru yang berada di tubuh orangutan malang ini. Pertolongan medis telah dilakukan, namun nyawa orangutan betina ini tidak dapat diselamatkan. Foto: Bos Nyaru Menteng
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,