,

Harimau Sumatera juga Butuh Perlindungan

Bagaimanakah kondisi harimau sumatera saat ini? Usaha apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkannya? Pertanyaan inilah yang coba didiskusikan dalam seminar “Indonesian Tiger Conference 2014” yang berlangsung di Bogor, 11-13 Desember 2014.

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan subspesies yang masih tersisa di Indonesia. Dua subspesies lainnya yang pernah ada yaitu harimau jawa dan harimau bali telah dinyatakan punah sebelumnya. Tahun 1940-an untuk harimau bali dan 1980-an untuk harimau jawa.

“Jumlah harimau sumatera saat ini mengalami penurunan. Bila dibandingkan tahun 1970-an yang jumlahnya sekitar 1.000 individu, tentunya akan berbeda saat ini. Sekarang, diperkirakan sekitar 350 individu,” ucap Bambang Dahono Adji, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam presentasinya, Kamis (11/12/2014).

Apa yang menyebabkan harimau sumatera terus menyusut? Bambang melanjutkan penjelasannya. Tidak dipungkiri bila berkurangnya luasan hutan yang merupakan habitat alami harimau sumatera menjadi perkebunan maupun peruntukan lainnya, perburuan, serta konflik antara manusia dengan harimau, menjadi penyebab menurunnya populasi kucing besar ini.

Sebagaimana yang terjadi dengan harimau jawa dan harimau bali yang telah dinyatakan punah, Bambang pun berharap kejadian serupa tidak terulang kembali. “Pertambahan penduduk di Sumatera dan perkembangan industri merupakan faktor penting yang harus diperhatikan terhadap kelestarian harimau sumatera,” lanjutnya.

Apa yang dilakukan pemerintah? Menurut Bambang, kebijakan yang telah dilakukan PHKA saat ini adalah membangun konservasi ex situ yaitu usaha pelestarian harimau sumatera yang berada di luar habitat aslinya. Tujuannya, agar populasi harimau sumatera ini terjaga, dan mandat ini telah diwajibkan pula pada kebun binatang yang ada di Indonesia.

Hal lain, sebagai satu-satunya negara pemilik subspesies harimau sumatera, Pemerintah Indonesia juga akan melindungi rumah harimau sumatera yaitu habitat alaminya berupa hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut yang ada di Sumatera saat ini. Dengan terpeliharanya habitat alami tersebut tentunya target perlindungan dan peningkatan populasi harimau sumatera di bentang alamnya dapat diwujudkan tahun 2022 nanti. ”Pembuatan peta persebaran harimau sumatera harus dilakukan agar dapat diketahui berapa jumlahnya dan dimana saja persebarannya.”

Bagaimana penegakan hukum? Harimau sumatera merupakan satu dari 25 spesies yang harus dijaga dari kepunahan. Sudah tentu harus diperhatikan keberadaannya. Pemerintah tentu saja memerangi perdagangan satwa ilegal. Penegakan hukum dan pertukaran informasi antar-negara yang memiliki harimau maupun negara yang menjadi tujuan perdagangan harimau telah dilakukan. “Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) saat ini telah memiliki nota kesepahaman terkait perdagangan satwa ilegal. Pelakunya akan kita tangkap meski berada di luar negeri,” tegas Bambang.

Harimau Sumatera yang mati di lokasi konsesi perkebunan di Riau. Foto: WWF-Indonesia

Upaya penyelamatan

Dolly Priatna, Ketua Forum HarimauKita, mengatakan bahwa penyelamatan harimau sumatera harus dilakukan. Memang, upaya tersebut telah ada dalam Strategi dan Rencana Aksi Pelestarian Harimau Sumatera 2007-2017. Namun, pelaksanaannya harus dikawal bersama agar intervensi konservasi yang dilakukan sesuai harapan.

“Semua pihak harus terlibat dalam penyelamatan harimau sumatera. Pemerintah, pihak swasta, NGO, peneliti, maupun masyarakat harus memiliki pandangan yang sama dalam penyelamatan raja hutan yang hanya ada di Sumatera ini,” ujar Dolly.

Mengapa harimau sumatera harus diselamatkan? Begini argumen Dolly. Pertama, harimau merupakan pemangsa puncak dalam rantai makanan yang perannya sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam. Bila salah satu elemen ekosistem ini terganggu, maka keseimbangan ekosistem alam juga akan tidak seimbang. Kedua, bagi masyarakat Sumatera, harimau sumatera memiliki nilai budaya yang tinggi, baik sebagai inspirasi seni bela diri maupun sebagai maskot. “Inilah pandangan menyeluruh yang kita rangkum di masyarakat, diluar kajian para peneliti tentunya.”

Dolly melanjutkan, strategi konservasi dengan melindungi habitat harimau yang berada di luar kawasan konservasi harus dilakukan. Karena, sekitar 70 persen habitat harimau memang berada di luar kawasan konservasi seperti taman nasional dan cagar alam.

Untuk itu, pendekatan landskap atau bentangan alam yang dinamakan Tiger Conservation Landscape (TCL) harus dilakukan. Meski saat ini, pengelolaannya belum dijalankan. “Lima prioritas TCL adalah Leuser-Ulu Masen, Kerinci Seblat-Batanghari, Bukit Barisan Selatan-Bale Rejang, Berbak-Sembilang, dan Kampar-Kerumutan.”

Sunarto, peneliti harimau dari WWF Indonesia mengatakan, harimau sumatera dapat ditemukan di hutan bakau pesisir pantai, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah, juga hutan pegunungan. Diperkirakan, di areal blok hutan yang luasnya di atas 50 ribu hektar harimau akan masih bisa dilihat.

Terkait perbedaan penafsiran jumlah harimau sumatera, ada yang menyebutkan 300 individu atau 400 individu, menurut Sunarto sah-sah saja. Karena, angka perkiraan yang belum baku itu bisa saja didasarkan dari pengamatan kamera jebak.

Kamera jebak ini juga ada yang berdurasi lama atau pula yang pendek. Nah, gambar harimau yang tertangkap kamera jebak inilah yang diakumulasi. Kelemahannya adalah, bila dalam perjalanan waktu ada harimau yang mati dan kita tidak tahu, maka jumlahnya masih terhitung. Sementara di sisi lain, kamera jebak ini juga belum representatif dipasang di semua tempat. “Jadi, untuk menjawab berapa jumlah pasti populasi harimau sumatera memang agak sulit saat ini.”

Menurut Sunarto, hal terpenting yang harus dilakukan adalah habitat harimau sumatera yang ada harus dijaga dengan melibatkan kerja sama semua pihak.

Kondisi hutan di Riau. Foto: Rhett A. Buttler
Kondisi hutan di Riau. Foto: Rhett A. Buttler

Pendekatan agama

Fachruddin Mangunjaya, Wakil Ketua Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional, di acara yang sama Jum’at (12/12/2014) menuturkan, pelestarian satwa termasuk harimau sumatera, melalui pendekatan agama dapat dilakukan. Agama merupakan sektor terbesar di dunia yang merupakan masyarakat terorganisir. Tahun 2010, sekitar 6,9 miliar manusia menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama atau keyakinan tertentu.

Menurut Fachruddin, pelibatan agama dalam kegiatan konservasi tentu saja penting karena pemeluk agama maupun keyakinan yang ada di bumi ini adalah pemilik kawasan sekitar 7-8 persen di bumi ini. Termasuk juga 5 persen hutan yang ada di bumi. Selain itu, para pemeluk agama ini juga memiliki pengaruh sekitar 15 persen terhadap hutan yang dinyatakan keramat.

Untuk Indonesia, menurut Fachruddin, yang mayoritas penduduknya muslim maka agama memiliki pengaruh yang sangat kuat. Kekuatan Agama Islam disini terlihat dari kelembagaannya yang permanen seperti adanya organisasi, masjid/musholla, pesantren/madrasah, hingga perguruan tinggi. “Untuk potensi pesatren saja, berdasarkan data Kementerian Agama 2009, terdapat sekitar 21.521 pesantren dengan total santri 3.818. 469 orang.”

Hal penting lain menurut Fachruddin adalah dengan adanya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 4/2014 tentang Perlindungan Satwa Langka untuk Keseimbangan Ekosistem, 22 Januari 2014, merupakan hal yang menggembirakan.

Keputusan penting fatwa tersebut adalah membunuh, menyakiti, menganiaya, memburu, dan/atau melakukan tindakan yang mengancam kepunahan satwa langka hukumnya haram kecuali ada alasan syar’i seperti melindungi dan menyelamatkan jiwa manusia. Demikian juga bila melakukan perburuan dan/atau perdagangan ilegal satwa langka yang hukumnya haram.

“Tentunya, sosialisasi tentang fatwa tersebut harus terus dilakukan, baik melalui khutbah Jum’at atau juga pelatihan para dai dan guru. Selain itu, pelibatan semua lapisan mulai dari tokoh agama, aktivis lingkungan, pemerintah, swasta, sekolah, dan masyarakat guna penyadaran pentingnya penyelamatan harimau sumatera, harus dilakukan,” ujar Fachruddin.

Harimau sumatera yang berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature) berstatus Kritis (Critically Endangered/CR) ini, memang harus dilindungi. Jangan sampai, statusnya yang selangkah lagi menuju kepunahan di alam, benar-benar terjadi.

Tabel Penurunan Jumlah Harimau Sumatera berdasarkan beberapa penelitian. Desain: Mongabay Indonesia, Foto latar: Lili Rambe
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,