Bencana Longsor Banjarnegara, BNPB : 52 Tewas, 57 Dalam Pencarian

Pencarian dan evakuasi terhadap korban bencana longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada Senin (15/12/2014), pukul 15.30 WIB untuk sementara dihentinkan. Hal ini disebabkan hujan dan kondisi cuaca tidak mendukung maka operasi pencarian korban longsor dihentikan sementara.  Sebanyak 51 korban tewas telah ditemukan oleh Tim Sar gabungan sehingga masih ada 57 jiwa korban yang masih dalam pencarian.

Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, pada Senin kemarin tim gabungan berhasil menemukan 12 jenasah. Dari 51 korban tewas 45 sudah diidentifikasi dan 6 jenasah belum dapat diidentifikasi.

“Pencarian korban akan dilanjutkan besok pagi (Selasa, 16/12/2014). Lebih kurang 2.000 personil tim gabungan terus bekerja mencari korban. 12 alat berat dari Kementerian PU Pera dikerahkan membersihkan longsoran jalan. Ruas jalan Banjarnegara-Pekalongan masih belum bisa dilalui,” kata Sutopo.

Ia menambahkan, dari rekonstruksi pemetaan longsor, daerah yang terlanda longsor sekitar 17 hektar. Jarak luncuran longsor dari mahkota longsor hingga titik akhir panjangnya sekitar 1,2 km. Material meluncur kurang dari 5 menit dan menimbun 43 rumah.

Adapun penyebab longsor  yakni material penyusun Bukit Telagalele adalah endapan vulkanik tua yang sudah lanjut dan lapuk. Kemudian kemiringan lereng lebih dari 60 persen dan pada 10 – 11 Desember 2014 turun hujan deras sehingga tanah jenuh air dan timbul retakan di punggung bukit dan saat kejadian longsor hujan hanya gerimis. Selain itu, budidaya pertanian di Bukit Telalalele tidak menerapkan konservasi tanah dan air.

Saat ini fokus tim pada pencarian korban dan pembersihan jalan. BNPB perlu memberikan apresiasi kepada relawan yang semangat membantu atas panggilan kemanusiaan. Pengungsi dipenuhi kebutuhan dasarnya.

“BNPB akan berkolaborasi dengan kementerian/lembaga menentukan skema bantuan. Kajian kerugian dan kerusakan longsor sedang disusun. Kebutuhan pemulihan juga dirumuskan. Lahan untuk relokasi yang aman sedang dikaji bersama para ahli,” kata Sutopo

Berdasarkan data Posko Basarnas di lokasi bencana, Dusun Jemblung, Desa Sampang,Kecamatan Karangkobar ada 34 instansi dan organisai SAR. Adapun Tim SAR gabungan terdiri atas Basarnas, TNI, POLRI, BPBD, Tagana, PMI, Wanadri, relawan serta organisai  SAR lainnya.

Aktivitas Tim SAR melakukan evakuasi korban longsor di Banjarnegara. Foto : Dok BASARNAS
Aktivitas Tim SAR melakukan evakuasi korban longsor di Banjarnegara. Foto : Dok BASARNAS

Sementara itu menurut On Scene Comander (OSC), Nyoto selaku Koordinator Tim SAR  gabungan mengatakan, proses evakuasi korban yang berada di dalam mobil memerlukan peralatan khusus dan tenaga rescuer yang benar-benar mempunyai keahlian. Terkait dengan banyaknya minat relawan yang ingin bergabung melakukan pencarian, ia menghimbau supaya bekerja aman.

Menurutnya pada saat mengevakuasi medan khusus yang sulit, relawan harus mempunyai kualifikasi rescuer. Kalau memang dia belum mempunyai kualifikasi rescuer maka tidak diperkenankan melakukan pencarian di medan sulit itu, dikarenakan kondisinya sangat berbahaya.

“Kami tidak mengharapkan nantinya akan berakibat buruk ketika temen-temen relawan yang tidak mempunyai kualifikasi tersebut memaksa terjun ke lokasi yang berbahaya itu,” kata Nyoto.

Tahun 2014, Longsor Penyebab Korban Meninggal Terbanyak

Sepanjang tahun 2014 di Indonesia ada 248 jiwa orang yang meninggal dunia akibat bencana longsor. Data tersebut berdasarkan catatan sementara dari BNPB pada Minggu, 14 Desember 2014.

“Jumlah ini hampir dua per tiga dari korban tewas akibat bencana di Indonesia selama 2014,” kata Sutopo Purwo Nugroho.

Ia menambahkan, bencana longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara harusnya makin menyadarkan masyarakat untuk lebih menaruh perhatian lebih serius terhadap ancaman longsor. Bencana tanah longsor selalu berulang setiap tahun dan di Indonesia ada sekitar 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar bahaya longsor sedang hingga tinggi. Masyarakat terpapar adalah masyarakat beserta perumahan, sistem atau elemen lain yang berada pada zona bahaya dan berujung pada potensi kerugian.

“Bertambahnya jumlah penduduk meningkatnya degradasi lingkungan, dan curah hujan yang makin ekstrem menyebabkan risiko longsor makin tinggi,” tambahnya.

Berdasarkan catatan BNPB, pola longsor setiap tahun sesungguhnya sudah dikenali. Data kejadian longsor memiliki korelasi positif dengan pola hujan, dimana sebagian besar bulan  Januari adalah puncak kejadian longsor. Wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak bencana longsor. Daerah yang berulang mengalami longsor adalah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya, Purbalingga, Banjarnegara, Karanganyar, Wonosobo, Temanggung, Cilacap, Grobogan, Pemalang, Brebes, Pekalongan, Pacitan, Ponorogo, Malang, Jember dan lainnya.

Masyarakat yang terpapar longsor umumnya tidak memiiki kemampuan memproteksi diri dan lingkungan dari longsor. Sistem pertanian subsisten diolah di lereng-lereng perbukitan tanpa diikuti konservasi tanah yang baik. Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat perlu terus ditingkatkan.

“Tata ruang benar-benar ditegakkan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yang intinya meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus lingkungan setempat,” kata Sutopo.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,