, ,

Mangrove Pantai Oesapa Kupang, Riwayatmu Kini

Yustinus Besudharma warga Kupang berjalan pelan menyusuri hutan mangrove di pesisir Pantai Oesapa, Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Matanya tertuju pada batang-batang pohon mangrove yang terpotong dan mati mengering. Sampah-sampah plastik berserakan di bibir pantai, ada juga yang tersangkut di akar mangrove dan kepiting kecil berjalan di sekitar pepohonan mangrove yang masih tumbur subur.

“Ini banyak mangrove mati. Ada juga yang di tebang. Beberapa tahun lalu, mangrove terjaga baik dan subur, namun sekarang tidak,” kata Yustinus yang akrab disapa Dharma.

Ia menjelaskan pemerintah Kota Kupang dan pemprov NTT melalui dinas kelautan dan perikanan sudah beberapa kali menanam mangrove. Tapi, Dharma melihat ada tumpang tindih pekerjaan antara dinas kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup Daerah dalam pengelolaannya. Belum lagi, banyak kegiatan menanam mangrove yang salah musim tanamnya.  Seharusnya tanam mangrove tidak pada saat musim pasang naik, karena berdampak bibit mangrove terkikis oleh ombak, sehingga tidak hidup.

“Jika ingin tanam mangrove harus melihat kondisi musim dan lokasi yang baik untuk ditanam. Libatkan juga masyarakat sekitar pesisir dalam pengelolaan mangrove agar sama-sama menjaganya,” tambah Dharma.

Kondisi Hutan Mangrove di pesisir Pantai Oesapa, Kupang, NTT. Foto : Tommy Apriando
Kondisi Hutan Mangrove di pesisir Pantai Oesapa, Kupang, NTT. Foto : Tommy Apriando

Wali Kota Kupang, Jonas Salean melakukan penanaman mangrove  di pesisir Pantai Oesapa, Kupang pada Jumat (14/11/2014) lalu. Kepada wartawan ia mengatakan, warga sekitar diharapkan mengambil peran dan aktif menanam dan menjaga mangrove yang sudah ditanam dan terus dilakukan di sepanjang pesisir Pantai Oesapa.

“Penanaman mangrove sebagai salah satu upaya mengatasi risiko bencana terutama bencana abrasi,” kata Jonas.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang Ade Manafe mengatakan hutan mangrove berfungsi mencegah ancaman abrasi yang sering terjadi di pesisir Pantai Oesapa. Secara geografis Kota Kupang terletak di pesisir pantai dan memiliki garis pantai yang cukup panjang, yang terbagi di tiga kecamatan.

“Warga harus menjaga dan memelihara mangrove. Semua dilakukan ini untuk kurangi risiko bencana,” kata Ade.

Ia menambahkan, penduduk Kota Kupang kurang lebih 5.100 orang berprofesi sebagai nelayan, baik nelayan penuh, nelayan sambilan utama, nelayan sambilan tambahan dan sebagai buruh nelayan.

Melky Nahar dari Divisi Kampanye Walhi Kupang kepada Mongabay mengatakan, Pemkot Kupang sebetulnya tidak punya komitmen untuk menanam dan memilihara Mangrove di pesisir Pantai Oesapa. Ketidakseriusan Pemkot ketika mangrove yang sudah ditanam di pesisir Oesapa dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya pemeliharaan berkelanjutan. Selain itu, Pemkot tidak pernah melibatkan warga pesisir  Pantai Oesapa untuk menanam dan merawat mangrove. Akibatnya setiap kali ada penanaman mangrove selalu tidak terawat.

“Mangrove di sekitar pesisi Oesapa sangat penting untuk menahan laju abrasi pantai, serta kepentingan ekonomis warga,” kata Melky Nahar.

Abdul Halim selaku Sekjen KIARA ketika dihubungi Mongabay mengatakan, secara fungsi mangrove sangat bermanfaat. Pertama, tanaman mangrove adalah lokasi berkembang biak ikan dan biota laut lainnya. Kedua, tempat penangkal bencana, terutama abrasi. Ketika, tanaman mangrove bisa digunakan untuk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik.

“Perlu ada sosialisasi dan pelibatan masyarakat sekitar dalam menjaga dan memanfaatkan tanaman mangrove secara bijak sehingga bernilai ekonomi bagi masyarakat sekitar pesisir,” tambah Halim.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,