,

Yuk, Kita Daur Ulang Kertas Usang

Kita menebang pohon untuk menghasilkan selembar kertas, dan di atas kertas kita menulis: Dilarang Menebang Pohon!

Ada majas ironi (sindiran) di balik selarik kalimat di atas yang pernah dipopulerkan Deny Chandra dalam Indonesia Lawak Klub (ILK), edisi September 2014. Ironi tentang kebutuhan kertas yang kian menggunung, di tengah upaya keras melindungi pohon dari aktivitas penebangan.

Namun demikian, sekelompok anak muda dari berbagai perguruan tinggi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mencoba meretas ironi-ironi itu dengan sentuhan kreativitas. Di bawah payung Gerakan Earth Hour (EH) Pontianak, mereka berkomitmen tak ingin terjebak Menyelesaikan Masalah Tanpa Solusi sebagaimana slogan ILK.

“Selalu ada solusi di balik masalah yang kita hadapi. Dan, beginilah cara kami mengatasinya,” kata Ratna, salah seorang aktivis Gerakan EH Pontianak, Selasa (6/1/2015) di Pontianak.

Mahasiswi Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura ini tidak bergerak sendiri. Dia bersama puluhan mahasiswa dari Universitas Tanjungpura dan IKIP PGRI Pontianak, secara sukarela mengumpulkan kertas-kertas bekas untuk kemudian diolah menjadi kertas baru dan siap pakai.

Gerakan ini sudah dilakoni sejak 2012. Tidak hanya memproduksi kertas daur ulang, EH Pontianak bahkan mendemonstrasikan keterampilan dan kekompakan mereka di sekolah-sekolah dampingan.

“Kadang kita mendemonstrasikan cara mendaur ulang kertas di sekolah. Tujuannya, mendidik pelajar agar mereka dapat mengolah kertas yang sudah tidak dipakai menjadi kertas siap pakai,” ujar Ratna.

Kertas bekas yang sudah menyerupai bubur ini ditampung dalam satu wadah sebelum dicetak. Foto: Andi Fachrizal
Kertas bekas yang sudah menyerupai bubur ini ditampung dalam satu wadah sebelum dicetak. Foto: Andi Fachrizal

Komitmen hemat energi

Menapaki awal 2015 ini, EH Pontianak kembali menyusun serangkaian aksi. Seperti biasa, langkah awal yang mereka lakukan adalah mendaur ulang kertas. Tidak ada garis komando. Semua berjalan atas inisiatif masing-masing individu.

Pemandangan itu terekam pada Selasa (6/1/2015) sore. Puluhan mahasiswa bergerak dalam irama yang konstan. Kertas-kertas bekas, baik koran maupun kardus dikumpulkan dalam satu wadah. Selanjutnya diolah menyerupai bubur nasi sebelum dicetak menjadi kertas baru berbagai varian.

Abu Khoir Ridwan, mahasiswa Universitas Tanjungpura, mengatakan komitmen EH Pontianak tetap solid mengampanyekan penghematan energi. “Usai menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa di kampus, kami berkumpul untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan,” katanya.

Dalam pandangan Abu, ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari gerakan semacam itu. Di antaranya, selain tali silaturahmi antar-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Pontianak ini tetap terjaga, juga dapat belajar sekaligus berbagi ilmu lingkungan.

“Tidak harus yang berat-berat. Langkah kecil bisa kita mulai dari perilaku sehari-hari seperti tidak membuang sampah sembarangan. Terutama plastik. Lalu memanfaatkan kembali kertas-kertas bekas seperti kami lakukan sekarang,” urainya.

Abu menjelaskan, cara tersebut mungkin sangat sederhana. Tapi, ini salah satu jawaban yang bisa membantu menekan laju kerusakan lingkungan akibat lonjakan kebutuhan kertas saban hari.

Proses akhir dari daur ulang kertas adalah mencetak dalam ukuran tertentu, kemudian dikeringkan. Foto: Andi Fachrizal
Proses akhir dari daur ulang kertas adalah mencetak dalam ukuran tertentu, kemudian dikeringkan. Foto: Andi Fachrizal

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,