, ,

Kala Abrasi Rusak Keindahan Pantai-pantai Bali

Sejak, 15 tahun lalu, pantai di sisi selatan Kabupaten Gianyar, terkenal dengan warung-warung penyaji menu khas ikan laut. Akhir 1990-an, warga lokal menjual menu seperti sate lilit, sup kepala ikan, nasi sela, nasi campur singkong. Kini, tak ada lagi warung-warung  yang menghadap ke laut.

Satu daya tarik Pantai Lebih ini landai. Meskipun pasir hitam dan kasar, warung-warung makan membuat pantai menjadi tujuan wisata. Apalagi letak di tepi Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, jalan besar penghubung Bali bagian timur dengan bagian selatan.

Pantai kini makin terancam. Makin hari, warung-warung di pantai makin terdesak abrasi.

Pekan lalu, tidak ada sama sekali warung menghadap ke pantai. Kini berpindah sekitar 10 meter dari tempat sebelumnya. Sebagai ganti, kini pantai dipasangi batu pelindung (krib) agar tidak terkena ombak yang terus menghantam pantai.

“Dulu, pasir pantai sampai di tengah. Mungkin sampe 1,5 km,” kata Made Budi, seorang warga. Sore itu, Made duduk di satu balai bersama dua teman.

Budi tidak tahu persis apa penyebab abrasi pantai parah. “Mungkin benar karena perubahan iklim. Saya baca-baca di koran atau lihat di televisi begitu. Yang jelas, permukaan laut terus naik dan pantai kami makin tenggelam.”

Kenaikan air laut dan ombak keras membuat abrasi Pantai Lebih kian parah. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bali 2011, dari tiga km pantai Lebih, 2,5 terkena abrasi.

Pantai lain di Gianyar tak jauh beda. Dari total 18 km pantai, 6,5 km terkena abrasi. Mereka dua km di Pantai Gumicik, satu km di Pantai Saba, dan satu km di Pantai Siyut.

Tahun sama, panjang pantai di Bali mengalami abrasi 102,5 km dari total 437,7 km. Buleleng daerah dengan pantai terpanjang kena abrasi, 30,56 km. Kerusakan paling parah di Pantai Singaraja dan Air Sanih. Adapun Denpasar menjadi kota paling parah kerusakan pantai karena dari 10 km pantai, semua abrasi seperti di Sanur, Padanggalak, dan Serangan.

Kepala Dinas PU Bali Nyoman Astawa Riadi, mengataan, pantai terkena abrasi hingga 2013, bertambah menjadi 187,7 km. Hingga 2013, dikutip dari Pos Bali, pantai di Bali kena abrasi dan ditangani 93,35 km. Masih ada 88,3 km belum ditangani.

Anak-anak bermain di tepian pantai yang terus mengalami abrasi. Foto: Anton Muhajir
Anak-anak bermain di tepian pantai yang terus mengalami abrasi. Foto: Anton Muhajir

Penyebab abrasi di Bali karena beragam alasan. Menurut Made Mangku, Sekretariat Kerja Pelestari dan Penyelamat Lingkungan Hidup (SKPPLH) Sanur, mengatakan, sebagian besar abrasi karena perubahan arus akibat pembangunan fisik.

Mangku mencontohkan, abrasi pantai parah di Denpasar, seperti Serangan, Sanur, dan Padanggalak dampak reklamasi Pulau Serangan.

Pada dasarnya, karakter pantai dibagi dua yaitu pantai primer dan pantai sekunder. Pantai primer ini berupa tebing atau struktur keras. Misal, bentangan tebing sisi selatan Bali, seperti Uluwatu, atau sisi timur, terutama di Karangasem.

Adapun pantai sekunder merupakan pantai struktur pasir lebih labil, misal, di Sanur atau Kuta.

Saat ini, banyak terjadi perubahan tipe pantai dari sekunder menjadi primer akibat pembangunan krib atau batu-batuan pelindung pantai. Contohnya,  di Candi Dasa, Karangasem. Pantai-pantai Candi Dasa dilindungi krib hingga tipe menjadi primer, dulu hanya pasir.

“Pembangunan krib Candi Dasa menyebabkan kerusakan parah pantai-pantai sekunder di sekitar,” katanya yang meneliti isu pesisir sejak 1990-an awal.

Mangku mencontohkan, paling parah perubahan karakter pantai adalah reklamasi Pulau Serangan, Denpasar. Semula, luas pulau hanya 110 hektar. Oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID), direklamasi lebih 400 hektar.

Tepi pantaipun dilindungi dengan batu-batu besar hingga menjadi pantai primer. Akibatnya, terjadi abrasi parah di Sanur dan Nusa Dua. “Pengamatan saya, selama 10 tahun satu meter krib menghabiskan empat meter pantai sekunder.”

Selain pembangunan, abrasi juga akibat aktivitas manusia, seperti penambangan pasir atau batu sikat. Di Jembrana, penambangan pasir ilegal memperparah kerusakan di Pengambengan. Di Klungkung, pengambilan batu sikat massal membuat abrasi makin cepat di Pantai Watuklotok. Ironisnya, pemerintah Bali justru banyak membangun krib untuk melindungi pantai dari eksploitasi.

Batu-batu penahan abrasi di Watuklotok, Bali. Foto: Anton Muhajir
Batu-batu penahan abrasi di Watuklotok, Bali. Foto: Anton Muhajir
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,