Membangun kesadaran generasi muda, khususnya pelajar, terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya, dengan mengajak menulis lagu bertemakan lingkungan hidup. Seperti yang dilakukan Hutan Tropis Band dan Mongabay Indonesia di SMA Negeri 17 Palembang, Sabtu (24/01/2015).
Pembicara dalam pelatihan tersebut Jemmi Delvian, Vokalis Hutan Tropis dan Taufik Wijaya dari Mongabay Indonesia.
Workshop yang dibuka Kepala Sekolah SMAN 17 Palembang Syaiful Bahri, diiikuti 43 siswa kelas 10 dan 11. “Saya berharap dengan workshop ini, para siswa yang ikut tidak hanya memahami persoalan lingkungan hidup, tapi juga berperan dalam mengkampanyekan persoalan lingkungan hidup melalui musik atau lagu,” kata Syaiful.
“Saya percaya, pelajar di SMAN 17 ini akan menjadi penjaga Bumi. Menjaga lingkungan hidup selain memperpanjang usia Bumi, juga menambah pahala kita,” ujar Syaiful yang prihatin dengan kondisi Sumsel yang mengalami banjir dan kebakaran hutan.
Amelia Friza, guru SMA Negeri 17 Palembang, mengatakan sekolahnya memang sangat peduli dengan persoalan lingkungan hidup. “Apa pun kegiatan terkait lingkungan hidup kami dukung. Apalagi, SMA Negeri 17 telah menerima penghargaan sekolah Adiwiyata Mandiri. Kita menjadi model sekolah lain,” ujar guru yang juga menjadi pembina teater ini.
Reni Siska Hartati, pembina ekstra kulikuler akustis, mengatakan sangat bersyukur dengan diadakannya workshop musik lingkungan tersebut. Menurutnya, pelatihan ini dapat membuat siswa lebih percaya diri mengekspresikan bakatnya di bidang seni musik, sekaligus mengasah kepekaan mereka terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
“Kita menyambut baik kegiatan ini, kalau bisa Mongabay terus mengadakan program-program seperti ini di setiap kesempatan,” ujar guru bidang studi kimia ini.
Reni yang ikut menyaksikan penampilan siswa-siswinya bangga dan takjub terhadap kemampuan menulis lirik lagu dan bermusik yang dimiliki siswa-siswanya.
“Tidak menyangka juga, kalau mereka menulis lagu dan tampil menghibur seperti tadi. Luar biasa. Saya jadi berpikir, kenapa tidak menampilkan mereka saja nanti kalau ada tamu-tamu dari luar. Mereka anak-anak yang kreatif, penampilannya pasti bisa lebih baik lagi kalau terus diasah,” ujar Reni yang didukung Amelia.
Workshop musik lingkungan dimulai pukul 09:00 – 14:00 WIB. Peserta mendapat pemahaman mengenai lingkungan hidup di Indonesia. Mereka diajak menggali persoalan lingkungan yang ada dan kemudian menuangkannya dalam lagu.
Peserta dibagi dalam empat kelompok. Selama dua jam, mereka berdiskusi dan berkarya hingga melahirkan sebuah lagu yang kemudian ditampilkan oleh masing-masing kelompok.
Wildan Dwi Putra Widodo, siswa kelas X 2 MIA (Matematika Ilmu Alam) mengaku senang dengan kegiatan tersebut. Menurutnya, pelatihan ini menambah ilmunya dalam musik dan wawasan lingkungan.
“Kita bisa belajar membuat lagu bertema lingkungan dan menyampaikannya lewat alunan musik,” ujar siswa berkacamata ini yang kelompoknya berhasil menyelesaikan lagu berjudul ‘Kebun-Kebun yang Hilang’.
Shofiyatuzzahra Rizqiputri M. Siregar, siswi kelas XI 2 MIA, bersama teman kelompoknya berhasil menulis lagu ‘Masa Lalu, Kini, dan Nanti.’ Lagu tersebut bercerita mengenai kondisi ikan belida yang kini polulasinya kian berkurang. “Kami senang dengan workshop ini. Dapat mengekspresikan apa yang terjadi di lingkungan melalui seni musik,” ujarnya.
Jemi Delvian, mengatakan workshop musik lingkungan ini akan digelar di sepuluh sekolah di Sumatera Selatan. Rencananya, di setiap sekolah akan dipilih satu lagu terbaik untuk nantinya dibuatkan album dan dinyanyikan oleh Hutan Tropis band.
“Siswa-siswa sekolah ini luar biasa. Mereka memiliki bakat yang kalau diasah nantinya akan melahirkan banyak musisi peduli lingkungan,” ujar Jemi.
Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio