,

Mina Padi, Mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Menekan Perubahan Iklim. Seperti Apakah?

Hamparan tanaman padi di pesawahan di Dusun Kabunan, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, terlihat indah dan hijau menyejukkan mata. Tetapi ada yang berbeda dari pesawahan di Dusun Kabunan ini, sawah tidak hanya ditanami padi, tetapi juga ikan nila dan lele dalam satu lokasi yang sama dengan padi.

Ya, inilah model pertanian mina padi yang dilakukan oleh kelompok tani Mina Tunas Baru yang didirikan oleh Toto Wiharto. “Mina padi itu ya bertani sambil beternak ikan di lahan yang sama,” kata Toto, ketika ditemui Mongabay pada Senin (10/02/ 2015) di pinggiran sawah miliknya.

Ia pun bercerita bagaimana sampai kelompok taninya memilih bertani secara mina padi. Berawal dari keputusannya pindah dari  Kendari, Sulawesi Tenggara ke Yogyakarta pada 2009, untuk menjadi petani. Pada 2013, ia dikenalkan sistem mina padi oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Perikanan Ngemplak, Muh Hillal.

Awalnya Toto dan beberapa rekannya tidak yakin mina padi efektif dan memberikan keuntungan bagi petani. Setelah melakukan pertimbangan matang akhirnya mengambil keputusan untuk mencoba menerapkannya.

Enam dari 16 anggota kelompok Mina Tunas Baru menjadi penggarap proyek percontohan dari Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka melakukan mina padi pada lahan 4000 meter persegi, dengan menanam padi jenis Ciherang dan ikan nila merah berukuran 12 gram atau usia 45 hari.

Tidak berbeda dengan proses menanam padi konvensional, proses mina padi dimulai dengan membajak sawah, lalu membuat kolam berukuran 4×1 meter dengan jalur ikan ditengahnya. Kemudian pupuk kompos dan padi ditanam padi. Setelah satu atau dua minggu penanaman padi, sawah diairi dan bibit ikan dimasukkan. “Per 1000 meter perseginya memerlukan 200 kilogram pupuk kompos dan 8 kilogram pupuk urea,” kata Toto.

Ternyata Toto dan lima rekannya merasakan keuntungan sistem mina padi, yaitu padi jadi lebih subur, penggunaan pupuk kimia yang berkurang dan pendapatan petani bertambah dari ternak ikan.

Dengan cara konvensional,  10-15 tunas padi yang ditanam menghasilkan 160-170 bulir padi. Sedangkan dengan sistem mina padi, 40-an tunas padi menghasilkan 215 bulir padi. Tanaman padi juga tidak terserang hama tikus dan wereng (serangga) karena tanaman terendam air. Namun serangan burung masih tetap jadi ancaman bagi petani. Sedangkan ikan tidak memerlukan banyak pakan, namun perlu didukung pengairan yang bersih.

“Setiap 1000 meter dengan mina padi bisa menghasilkan besar sampai 10 kuintal lebih,” kata Toto sembari tersenyum.

Toto Wiharto di sawahnya yang menggunakan sistem mina padi. Foto : Tommy Apriando
Toto Wiharto di sawahnya yang menggunakan sistem mina padi. Foto : Tommy Apriando
Ia pernah mengikuti pelatihan teknik bertani yang dilakukan Thailand. Ia terpukau akan hasil pertanian yang melimpah disana. Setiap 1000 meter persegi memperoleh hasil 14 hingga 16 kuintal padi, sedangkan di Indonesia rata-rata 6-7 kuintal. Ia yakin bahwa mina padi jika diterapkan, swasembada pangan pada sektor padi dan ikan air tawar bisa tercapai.

Sedangkan dari ikan, bisa diperoleh 9000 ekor dari 4000 meter persegi. Ia bisa memanen ikan ukuran 4 -7 ekor/kilogram setiap 2,5 bulan, dengan harga jual Rp. 18.000,-. Harga ikan nila pun stabil dan cenderung naik, berbeda dengan ikan lele dan gurame. “Ikan hasil panen dipasarkan di daerah Sleman dan Kota Yogyakarta. Pendapatan dari penjualan ikan bisa menutupi biaya pupuk,” katanya.

Pada akhir 2014, dia berhasil memanen 8000 ikan dari 9000 bibit ikan yang ditebar. Setiap tahun, Toto dua kali menggunakan sistem mina padi di musim hujan, tapi tidak dilakukan pada musim kemarau.

Dikenalkan Sejak 2010

Kepala Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Perikanan Kecamatan Ngemplak, Sleman, Muh Hillal mengatakan, ada empat kelompok tani/mina padi yang dijadilan pilot proyek mina padi di wilayahnya dengan hasil yang menggembirakan. Ia mengawali program dari pemerintah pusat tersebut dengan memberikan sosialisasi kepada kelompok tani, termasuk bantuan dana teknis, pakan, bibit dan peralatan penunjang.  “Saat ini dihentikan sementara, namun akan dilanjutkan lagi dimusim tanam berikutnya,” kata HIllal.

Kepala Bidang Perikanan, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Suparmono kepada Mongabay mengatakan, sudah dari tahun 2010 mengenalkan sistem mina padi kepada petani di Sleman. Anggaran diambil dari dana APBD Kabupaten dan Propinsi serta pemerintah pusat.

“Semua kecamatan di Sleman sudah mencoba penerapan mina padi. Dari semua penerapan yang dilakukan memberikan peningkatan pendapatan lebih untuk petani,” kata Suparmono.

Ia menambahkan keuntungan dari mina padi yakni tenaga kerja minim, hasil tani melimpah dan hasil panen ikan sebagai nilai keuntungan lebih. Mina padi  miningkatkan swasembada beras dan ikan di Sleman. Ia optimis sistem ini akan mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia di Yogyakarta, dimana sekitar 45 persen kebutuhan ikan di produksi dari Kabupaten Sleman. “Sekitar 30 ribu ton pertahun produksi ikan di Sleman,” katanya.

Ikan nila dalam sistem pertanian mina padi di sawah milik Toto. Foto : Tommy Apriando
Ikan nila dalam sistem pertanian mina padi di sawah milik Toto. Foto : Tommy Apriando

Ikan nila dipilih dalam sistem mina padi, karena tidak mudah terserang penyakit, harga yang terus naik dan permintaan yang meningkat. Menurutnya, untuk 1500 ekor bibit bisa menghasilkan 3 kuintal ikan. Namun, sistem padi yang menguntunkan bagi petani, padi dan ikan ini memerlukaan lahan pertanian yang banyak air.

“Nenek moyang kita sudah mengajarkan kita sistem ini, tinggal kita mengimplementasikannya,” kata Suparmono.

Menekan Perubahan Anomali Iklim

Dari banyak teknologi yang sudah diuji di lahan pertanian untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup sebagai antisipasi anomali iklim, salah satu teknologi yang baik adalah mina padi. Bahkan mina padi telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad lalu.

Dari penelitian Dirjen Perikanan Budidaya KKP tahun 2011, mina padi sebagai budidaya terpadu yang dapat meningkatkan pendapatan petani berupa peningkatan produksi hingga 10 persen, meningkatkan keragaman hasil pertanian berupa ikan, meningkatkan kesuburan tanah dan air dengan penggunaan pupuk yang berkurang 30% dan mengurangi hama penyakit berupa wereng. Mina padi dinilai sebagai salah satu solusi dalam menangani rendahnya produktivitas akibat cuaca ekstrim.

Dari publikasi Dirjen Perikanan Budidaya berjudul Peran Mina Padi: Mereduksi Emisi Gas Metan (CH4) di Udara sebagai Antisipasi Anomali Iklim disebutkan mina padi dapat menyuburkan lahan dari kotoran ikan yang membantu percepatan perbaikan lingkungan. Pola mina padi juga dapat mengurangi gas metan yang dibuang dari sisa pemupukan.

Laporan tersebut menyebutkan perubahan iklim sebagai fenomena global dipicu oleh kegiatan manusia terutama berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil, proses alami dan kegiatan alih fungsi lahan termasuk aktivitas pertanian dan peternakan.  Pertanian dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8,05% gas rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.

Dampak pemanasan global bagi sektor pertanian dan pertanian yaitu pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan sehingga berdampak pada keterlambatan musim tanam atau panen, kegagalan penanaman atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan.

Budidaya padi menghasilkan gas metan terbanyak yaitu 2,57 ton/tahun. Secara geografis gas metan tersebut 21,2% disumbangkan oleh lahan budidaya padi dari Jawa Barat, 20,9%, dari Jawa Timur dan 15,9% dari Jawa Tengah.

Melalui mina padi kesuburan tanah di sawah dapat ditingkatkan karena kotoran ikan dan sisa makanan yang berfungsi sebagai pupuk. Kotoran ikan mengandung berbagai unsur hara, sehingga mengurangi 30% penggunaan pupuk anorganik.

Ikan juga mengurangi tumbuhnya tanaman lain yang bersifat kompetitor dengan padi dalam pemanfaatan unsur hara, sehingga mengurangi biaya penyiangan tanaman liar. Oleh karena itu, mina padi harus didukung dengan pemilihan varietas padi. Penggunaan varietas unggul dan adaptif terhadap praktik pertanian terpadu akan mengurangi input pupuk kimia. Laporan itu juga menyebutkan sistem mina padi meningkatkan oksigen di air sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ikan.

Pengembangan sistem mina padi dapat mendatangkan beberapa keuntungan yaitu menyelamatkan lingkungan dari emisi gas rumah kaca (GRK) dan proses pemenuhan kebutuhan pupuk organik yang ramah lingkungan serta mendukung pencapaian sasaran produksi perikanan hingga 35,5%.

Oleh karena itu, sistem mina padi perlu dukungan program pemerintah dalam upaya penyelamatan lingkungan khususnya isu pemanasan global.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,