Melanie Subono Buat Petisi Untuk Gubernur Jateng dan Menteri Siti Nurbaya. Soal Apa?

Artis sekaligus aktivis peduli lingkungan Melanie Subono membuat petisi dukungan yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pada Selasa kemarin (03/03/2015).

Petisi berjudul #Demi Rembang dan dimuat dalam laman change.org ini  ternyata berisi tentang perjuangan warga Kabupaten Rembang, Jateng yang menolak pembangunan pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia.

Dalam akun twitternya, Melanie pada awalnya tidak mengerti kenapa ia menerima banyak pesan di berbagai sosial media untuk membantu warga Rembang. Untuk mengantisipasi serangan balik di media sosial, ia menolak menanggapi tanpa melihat langsung ke lapangan.

“Setelah gue melihat sendiri (perjuangan warga Rembang di tenda). Entah mana yang lebih besar, rasa ingin nangis atau rasa marah,” katanya.

Ketika ia datang ke Rembang, terasa sangat kuat ketakutan mafia-mafia semen. Mulai dari hotelnya tempatnya menginap didatangi polisi, sampai ia didatangi banyak pihak saat mencoba mengunjungi ibu-ibu yang ada di tenda.

Ia merasa daerah itu sudah dibisniskan para mafia rakus negara ini, sampai ribuan manusia berjuang dari 2006. Bahkan ibu-ibu dipukuli dan sekarang bertahan dalam satu tenda.

“Apa yang gue lihat disana sangat mengagetkan, yang hidup di tempat yang katanya tanah air. Setahu gue tanah air dan isinya bukan milik segelintir kepentingan orang saja,” kata Melanie.

Menurutnya, Jateng adalah lumbung padi yang telah menjadi daerah penyumbang bencana terbesar di Indonesia,  karena pembangunan yang tidak diperhitungkan. Ia mencontohkan, dahulu Boyolali adalah daerah resapan, namun sekarang air saja beli. Semarang dulu aman, namun sekarang banjir rob. Banjarnegara dulu indah, sekarang longsor. Dan dulu Jateng sehat, indah dan kaya tapi sekarang dua juta orang kekurangan air.

“Tahukah bahwa BNPB sudah menyatakan provinsi Jateng  89% rentan bencana karena pembangunan? Hai Semen Indonesia dan pemerintah bisakah terbuka tentang kebutuhan semen bangsa? Konon pabrik semen bikin rakyat hidup. Contoh di Kabupaten Maros, Sulawesi selatan sekarang mereka kekurangan air,” kata anak produser pertunjukan musik, Adrie Subono.

Sejarah masyarakat Jateng adalah bertani, bukan dari semen. Dia mencontohkan masyarakat di sekitar pabrik PT. Semen Padang yang harus mengganti genteng rumahnya karena debu pabrik semen itu. Dan Jepang yang sudah menggunakan pengganti semen dan tidak mematikan rakyat.

“Teknologinya ada, penelitian ada. Kalau tidak ada, apa fungsinya LIPI? Kalau katanya disana kering dan gersang, saya akan naikkin foto dan video hasil yang saya lihat sendiri. Hijau dan subur,” tulis Melanie.

Melanie Subono ikut mengkampanyekan Save Turtle. Foto : Bali Sea Turtle Society
Melanie Subono ikut mengkampanyekan Save Turtle. Foto : Bali Sea Turtle Society

Ia membandingkan area tambang hanya menyumbang Rp1 miliar ke APBD, sedangkan pada umumnya pemda yang mengembangkan sektor pariwisata akan menyumbang Rp5 miliar per tahun ke APBD. Kalau PT. Semen Indonesia melanjutkan pertambangan maka 607.000 orang akan makin miskin dan 131.5 hektar area produktif akan mati.

Menurutnya, putusan Mahkamah Konstitusi 32/2010 mewajibkan penempatan wilayah tambang melibatkan masyarakat. Kalau memang rakyat non-bayaran yang dilibatkan,mana mungkin mereka menggugat. Setiap sidang Semen Indonesia menyebut akan “menanggulangi” bukankah itu idem atau sudah mengakui sudah merusak. Undang-undang nomor 32  tahun 2010 tentang pemerintahan daerah ditetapkan bahwa kementerian bisa intervensi dan mengirimkan surat ke Gubernur dan hentikan pertambangan.

“Haruskah setiap partai politik seperti PDIP menggantungkan dana mereka dari  sumber daya alam? Mau bangun pabrik? Jangan di pulau kecil, jangan di hutan produktif. Kalau ini diteruskan, menurut PBB, tahun 2050 Demak, Pati, Jepara akan hilang dari peta,” kata Melanie.

“Apakah semua mau dibuat seperti pulau-pulau yang sudah dijual atau bencana tiap beberapa minggu? Perlukah  mem-bom area 10 menit dari rumah warga tiap jam 12 siang demi pembangunan? Perlukah ada preman dan aparat memukuli ibu-ibu yang mempertahankan tanahnya?” tanyanya. Menurut Melanie ujung pembangunan serakah hanya indah sementara untuk pihak sebagian saja.

Ia pun bakal membeberkan semua data yang dia peroleh di Rembang, apapun resikonya. Menurutnya, setiap jengkal tanah adalah harga diri.

Isi Petisi

Dalam isi petisinya, Melanie bercerita pada 14 Februari 2015, jam 16.17 waktu setempat, tepat dihari ke-244 di tenda perlawanan warga yang melawan pembangunan pabrik Semen Indonesia. Ia bersama para ibu yang telah dihina disiksa dan dipukuli secara rutin oleh mafia rakus yang ingin mengambil tanah mereka.

Saat yang kaya makin jadi kaya, begitu pula si miskin. Sama antara pejabat dan rakyat. Tidak puas “menjual” lahan lahan bagus tanah air, sekarang pegunungan Kendeng Jawa Tengah , Rembang sudah “dilacur” pejabat untuk Semen Indonesia. Menyusul daerah-daerah lain.

Di Lumbung Padi Indonesia, yang sudah berubah menjadi penyumbang bencana terbesar Indonesia. Tanah cantik para petani yang sudah diduduki puluhan pabrik semen yang orientasinya adalah ekspor.

“Kali ini masih ada satu kesempatan untuk kita menghentikan. Karena seorang menteri bisa mengeluarkan surat dan begitu juga seorang gubernur. Karena suara rakyat harus didengar, karena kalau tidak, mafia akan terus merajalela di area lain Indonesia. Karena kita adalah manusia dan pejabat kita konon adalah manusia punya hati yang bisa membaca dan merasakan,” ajak Melanie.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,