,

Inilah Gerakan Generasi Muda Surabaya Peduli Sungai. Seperti Apakah?

Kepedulian masyarakat di Surabaya terhadap lingkungan, terutama pengelolaan sumberdaya air masih rendah, terbukti dengan masih tingginya aktivitas pencemaran sungai di sekitar Surabaya.

Hal tersebut mengilhami Kelompok Social Entrepreneurship Universitas Ciputra Surabaya, Jawa Timur untuk terlibat dalam upaya menjaga air dan sungai di Surabaya dan sekitarnya. Dengan mengambil momentum Hari Air Sedunia 22 Maret, mereka membuat kegiatan bernama  “Klinik Sungai 2020” dengan tujuan membangun kesadaran generasi muda setingkat SMA/ SMK di sekitar Kali Brantas, untuk peduli terhadap sungai melalui tulisan.

Klinik Sungai 2020 memberikan pelatihan teknik menulis kepada pelajar, agar mau menyuarakan kondisi sungai yang rusak dan tercemar di tempat tinggalnya melalui tulisan.

“Klinik Sungai 2020 ini mengajak anak muda, pelajar SMA/SMK untuk peduli dengan sungai, dengan cara menulis fakta-fakta kerusakan air dan pencemaran sungai yang ditemui disekitar mereka. Surat itu nantinya akan disampaikan kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur, yang bertanggung jawab atas pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air Kali Surabaya,” ujar Diego Haffi Yasser Rastasenna, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ciputra.

Selama bulan Februari hingga Maret 2015, Klinik Sungai 2020 akan melatih sekitar 500 pelajar dari 8 Sekolah yaitu SMAN 1 Driyorejo, SMKN 1 Driyorejo, SMAN 1 Wringinanom, SMPN 1 Wringinanom, SMPN 1 Kedamean, MA Panglungan Wonosalam, serta SMPN 16 dan SMAN 18 Surabaya.

“Kami berharap tulisan pelajar tentang kondisi sungai yang sakit dapat diterima oleh pemerintah dan direspon dengan melakukan upaya perbaikan sungai,” kata Rezky Firmansyah, Mahasiswa International Bussiness Management Universitas Ciputra.

Kali Brantas bagian hilir merupakan wilayah terpenting bagi masyarakat di Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, serta Kota Surabaya, karena perusahaan daerah air minum di tiga daerah itu mengambil hampir 100 persen bahan baku air minum dari Kali Surabaya, yang merupakan bagian dari Kali Brantas.

Namun Kali Brantas sepanjang 400 kilometer ini juga digunakan untuk tempat pembuangan limbah dari ribuan industri besar dan kecil yang berada di 14 kabupaten/kota yang dilalui Kali Brantas. Selain itu Kali Brantas juga menjadi tempat buangan limbah pestisida dari areal pertanian, serta tempat pembuangan limbah domestik dan sampah warga.

“Industri-industri yang berada di sepanjang sungai di Gresik dan Sidoarjo melakukan aktivitas pembuangan limbah dengan melakukan pengolahan, namun ada kekhawatiran mereka tidak melakukan pengolahan pada malam hari dan membuang limbahnya tanpa diolah,” imbuh Diego.

Seorang peserta susur sungai mengambil sample air pada  perusahaan yang membuang limbahnya ke Kali Brantas. Foto : Petrus Riski
Seorang peserta susur sungai mengambil sample air pada perusahaan yang membuang limbahnya ke Kali Brantas. Foto : Petrus Riski

Klinik Sungai 2020 diharapkan menjadi jembatan untuk menyampaikan segala sesuatu yang dirasa perlu untuk menyelamatkan lingkungan kepada pemerintah, yang seharusnya melaksanakan amanat Undang-Undang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan 32/2009 Pasal 65 (2) yang menyebutkan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses pertisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Melalui tulisan para pelajar atau generasi muda, perubahan sungai menjadi lebih baik diharapkan dapat terwujud melalui partisipasi masyarakat.

“Pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, butuh kepedulian dan pengawasan masyarakat. Selama ini yang terjadi ada jurang antara pemerintah dan masyarakat,” lanjut Setyo Ruci Dewaningrum, mahasiswa Universitas Ciputra.

Selain Klinik Sungai 2020, mahasiswa Universitas Ciputra ini juga membentuk River Rangers, yakni sebuah permainan petualangan yang diciptakan bagi anak usia 12-15 Tahun atau setingkat pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP). River Rangers merupakan kegiatan yang mengajak peserta menyusuri bantaran sungai menggunakan sepeda, serta melakukan observasi dan mengamati aktivitas sosial di sekitar sungai. Peserta dapat melihat dan menginventarisasi flora dan fauna menarik yang ditemukan sepanjang perjalanan di bantaran sungai.

River Rangers ini adalah permainan petualangan dengan objek lingkungan sungai, tujuannya untuk menumbuhkan empati, kepekaan sosial dan merangsang lahirnya critical thinking berupa kepedulian, yang pada gilirannya membuahkan aksi-aksi sosial untuk membuat perubahan,” jelas Setyo.

Kegiatan River Ranger mengajak pelajar melihat beragam tumbuhan semak di bantaran sungai yang ternyata berkhasiat. Foto : Petrus Riski
Kegiatan River Ranger mengajak pelajar melihat beragam tumbuhan semak di bantaran sungai yang ternyata berkhasiat. Foto : Petrus Riski

Permainan petualangan pada Minggu (01/03/2015) ini mengajak peserta yang berjumlah 12 remaja untuk mengenal lingkungan sekitar dan berinteraksi dengan masyarakat yang tinggal ditepi sungai. Peserta River Rangers diwajibkan mendokumentasikan hasil temuannya dengan media foto, di sepanjang sungai Surabaya yang melintasi 5 desa sejauh 4 kilometer.

“Senang ikut kegiatan ini karena kami jadi tahu manfaat tanaman yang ada di tepi sungai, padahal setiap hari kita bertemu dengan tumbuhan-tumbuhan ini tapi tidak tahu manfaatnya, sehingga kita sering mengacuhkan bahkan menganggapnya tanaman tidak berguna,” tutur Feni Anggraeni, Pelajar SMPN 1 Wringinanom, yang rumahnya berjarak 200 meter dari hilir Kali Brantas.

Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi mengapresiasi kepedulian generasi muda terhadap sungai, sebagai urat nadi kehidupan manusia yang harus dijaga. “Kami berharap semakin banyak anak muda atau pelajar yang mau terlibat dalam upaya menjaga sungai.  Sekarang ini keterlibatan masyarakat sangat diperlukan untuk mendorong pemerintah melaksanakan amanat undang-undang dalam menjaga dan melestarikan sungai,” tegas Prigi Arisandi.

Selain itu pembatalan Undang-undang No.7/2004 mengenai Sumberdaya Air oleh Mahkamah Konstitusi, menjadi kesempatan bagi masyarakat dan aktivis pemerhati air untuk  memberikan masukan dan usulan demi pengelolaan sumberdaya air yang baik. “Kami mengajak semua pihak mengawal ini, dan bersama-sama merumuskan formula untuk melindungi air kita,” tandas Prigi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,