,

Nasib Bondol Hari Ini…

Bondol merupakan salah satu jenis burung yang paling senang mengunjungi pekarangan atau lingkungan tempat tingal kita. Hadirnya burung ini, selain meramaikan pagi tentunya memberikan nuansa alami yang saat ini mulai sulit kita dapatkan di sekitar permukiman.

Bondol haji (Lonchura maja) misalnya, bila bertandang ke pekarangan akan paling segera bertengger di pohon palem merah yang sekaligus akan digunakannya sebagai sarang. Sementara di alam, ia kerap mengunjungi padang rumput terbuka dan areal persawahan. Burung berkepala putih ini memiliki gaya menggemaskan saat terbang. Yaitu, naik dan turun dalam kecepatan rendah.

Sementara bondol peking (Lunchura punctuala) menyukai kebun dan semak belukar. Burung dengan bagian bawah tubuh putih dan bersisik coklat pada dada ini memiliki goyangan maut pada ekornya saat mendarat. Tingkah lakunya juga lincah dan tidak mau diam.

Bondol peking. Foto: Asep Ayat
Bondol peking. Foto: Asep Ayat

Johan Iskandar, Guru Besar Etnobiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) menjelaskan, kita patut bersyukur bila burung liar masih rajin bertandang ke lingkungan kita. Pasalnya, burung tidak hanya berfungsi sebagai indikator alami kualitas lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekologis.

Secara ekologi, burung membantu penyerbukan tanamam, menebarkan biji, hingga berperan sebagai pengendali ulat. “Sebagai indikator alami keasrian lingkungan artinya adalah hadirnya burung tersebut menunjukkan kualitas udara di lingkungan kita masih sejuk dan sehat,” jelas Johan, Sabtu (7/3/2015).

Sayang, keberadaan bondol di alam mulai terdesak. Beradasarkan penelitian Johan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, sungai terpanjang di Jawa Barat, sebelum era 1970-an, populasi jenis bondol seperti bondol haji, bondol oto-hitam (Lonchura ferruginosa), dan bondol jawa (Lonchura leucogastroides) sangat melimpah jumlahnya. Mereka hidup dalam kelompok besar hingga ratusan ekor.

Bondol haji. Foto: Asep Ayat
Bondol haji. Foto: Asep Ayat

Namun, saat ini, terutama bondol haji dan bondol oto-hitam terus berkurang. Bahkan, pada beberapa tempat di DAS Citarum, jenis ini mulai sulit ditemukan. Menurut Johan, ada dua faktor penyebabnya.

Pertama, keracunan pestisida. Pasalnya, bondol merupakan burung pemakan biji-bijian, yang lazim mencari makan dan bersarang di sawah. Kedua, diburu dengan cara dijaring untuk diperdagangkan di pasar burung. “Berdasarkan pengalaman saya, jenis-jenis bondol dengan jumlah banyak, disimpan berjejal di sangkar untuk diperdagangkan di pasar burung. Kasihan sekali,” ujarnya.  

Padahal, menurut Johan, rumahnya para burung liar itu ya alam. Bukan sangkar. “Memelihara burung yang baik itu adalah dengan cara merawat lingkungan dan menjaga habitatnya dari kerusakan. Keliru besar bila ditangkap.”  

Selain bondol haji, peking, jawa, dan oto-hitam, jenis bondol lain yang biasa kita lihat adalah rawa, taruk, tunggir-putih, kalimantan, dan perut putih. Secara keseluruhan ukuran mereka sekitar 11 cm. Ciri khasnya adalah hidup berkelompok besar maupun kecil, serta sangat menyukai daerah persawahan dan pinggiran sungai.

Bondol jawa ini masih bisa kita lihat di Kebun Raya Bogor. Foto: Asep Ayat
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,