Alat Ini Mampu Hasilkan Listrik Ramah Lingkungan Untuk Gedung Tinggi. Seperti Apakah?

 Indonesia masih bergantung dengan bahan bakar minyak (BBM) dalam memenuhi kebutuhan energi, termasuk kebutuhan listrik sehari-hari. Penggunaan BBM untuk memproduksi listrik, membuat subsidi BBM dan pencemaran lingkungan menjadi tinggi.

Hal tersebut memprihatinkan tersebut, menginspirasi William Alex Ginardy Lie, mahasiswa tingkat akhir Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur untuk membuat alat yang ramah lingkungan untuk pembangkit listrik.

Melihat kebutuhan listrik yang besar dari bangunan tinggi di Surabaya termasuk gedung bertingkat di kampusnya, William memanfaatkan potensi angin yang cukup kuat diantara bangunan tinggi untuk menjadi energi penggerak air yang dapat menghasilkan energi listrik.

Aplikasi Pembangkit Listrik Mikrohidro pada gedung bertingkat karya William, memanfaatkan potensi energi angin yang sangat besar untuk memompa air dari bawah ke atas gedung. Air yang tersimpan di bagian atas gedung akan dialirkan dan menggerakkan baling-baling yang terhubung dengan dinamo, dan pada akhirnya dikonversikan menjadi energi listrik oleh sistem mikrohidro.

“Inspirasinya adalah, saya melihat kebutuhan listrik di gedung bertingkat itu sangat tinggi, dan juga di gedung UK Petra sendiri itu memiliki potensi energi angin yang besar,” katanya.

William menegaskan bahwa kebutuhan energi listrik yang cukup besar pada gedung bertingkat, akan dapat dipenuhi hanya dengan memanfaatkan energi angin yang ada di sekitar gedung.

“Sistem pembangkitan mikrohidro ini sangat menjanjikan. Jadi saya mengkombinasikan antara sistem pembangkitan listrik mikrohidro yang menggunakan air, dengan sistem pembangkitan listrik dari angin,” imbuhnya.

Dari prototipe mikrohidro miliknya, mampu menghasilkan 5 kilowatt listrik untuk 8 jam, atau mampu menyalakan lampu pada satu lantai gedung termasuk alat pendingin udara.

Kemampuan mikrohidro itu bisa ditingkatkan dengan meningkatkan pula kapasitas tempat penampungan air, serta dinamo atau turbin penggerak penghasil listrik. Energi yang dihasilkan dari aplikasi rancangannya ini menurut William murni dari alam, sehingga tidak membutuhkan biaya tinggi untuk membangkitkan mesin penghasil listrik untuk menaikkan air ke atas gedung.

“Sistem ini murni untuk penggunaan energi dari alam, jadi semua energi yang digunakan di sistem ini adalah berasal dari alam, yakni energi angin. Energi angin yang diubah menjadi energi air untuk menghasilkan listrik,” ujar mahasiswa asal Tarakan, Kalimantan Utara.

William menunjukkan prototipe pembangkit listrik  mikrohidro pada gedung bertingkat rancangannya. Foto : Petrus Riski
William menunjukkan prototipe pembangkit listrik mikrohidro pada gedung bertingkat rancangannya. Foto : Petrus Riski

William juga berharap bahwa konsep pemanfaatan energi angin dan mikrohidro pada gedung bertingkat, dapat menjadi jawaban akan kebutuhan listrik masyarakat khususnya pada gedung bertingkat.

“Saya harap alat ini dapat digunakan untuk mengurangi kebutuhan listrik di perkotaan khususnya di gedung tinggi, dan saya harap juga konsep yang saya buat ini dapat menjadi bahan penelitian lanjutan untuk aplikasi penghematan listrik pada masa depan,” tegasnya.

Pemanfaatan energi terbarukan melalui inovasi anak bangsa, katanya, harus mulai diterapkan dalam kehidupan masyarakat maupun instansi pemerintahan, sehingga ketergantungan akan bahan bakar minyak yang semakin mahal dan jumlahnya menipis dapat mulai ditinggalkan.

“Jadi saya harap gedung-gedung dapat menggunakan energi terbarukan secara lebih baik, sehingga dapat mengurangi emisi penggunaan listrik dari pembakaran energi fosil,” pungkasnya.

Kepala Hubungan Masyarakat, Universitas Kristen Petra, Jandik Luik mengatakan, temuan dan inovasi mahasiswa berkaitan dengan energi ramah lingkungan ini dipastikan akan menjadi daya dukung positif bagi kampus, yang telah mencanangkan diri memiliki visi lingkungan.

“Saya pikir ini salah satu terobosan atau inovasi yang baik dari mahasiswa, mengingat salah satu gedung baru yang sedang kami bangun itu memakai konsep penghematan energi, sehingga saya pikir apa pun inovasi dari civitas akademika yang berpotensi mendukung visi green building atau hemat energi, pasti akan kita tampung dan akan kita seleksi sesuai dengan keandalan dari karya tersebut, artinya ini membuka peluang untuk diterapkan,” tandas Jandik.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,