,

Jokowi Meninjau Sistem Pertanian Terpadu di Areal Hutan. Seperti Apa?

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan dan meninjau lahan pertanian terpadu (integrated farming) yang dikelola antara Perhutani dan Universitas Gadjah Mada (UGM) di lokasi petak 18 Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Semanggi, Jepon, Blora, Jawa Tengah, pada Sabtu (07/03/2015).

Presiden juga berkesempatan memanen jagung bimo super yang ditanam di sela-sela tanaman hutan Jati. Dia mengapresiasi model sistem pertanian terpadu yang ditanam di lahan hutan milik Perhutani. Menurutnya konsep ini bisa diterapkan di perusahaan perkebunan nasional lainnya di seluruh Indonesia.

”Kita punya hutan jati, lahan perkebunan kelapa sawit, bisa dikombinasi dengan tanaman pertanian seperti yang ada disini, jati dengan jagung,” kata Jokowi, seperti dikutip dari rilis UGM, yang diterima Mongabay, pada Minggu, (08/03/2015).

Presiden datang didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Rektor UGM Dwikorita Karnawati, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Jokowi menuturkan, ia  sudah meninjau lahan hutan jati di Ponorogo dengan konsep yang sama dimana di sela-sela tanaman kayu putih ditanami jagung. ”Saya kira nanti kebun sawit juga bisa ditanam dengan jagung,” terangnya.

Rata-rata produksi jagung per satu hektar di KPH Randublatung mencapai 7,6 ton per ha. Hasil panen jagung itu apabila dijual dengan harga per kilo Rp 2.800, ujarnya, petani bisa dapat puluhan juta rupiah setiap kali panen. Namun di Perhutani, setiap hektar digarap 3-4 petani, setelah dibagi rata, per kepala keluarga mendapatkan penghasilan sekitar Rp1,3 juta per bulan. “’Pendapatan segitu didapat dari petani yang tinggal di sekitar sekitar hutan lho,” imbuhnya.

Presiden menegaskan dirinya sudah meminta Menhut dan Mentan agar konsep pertanian terpadu dipertahankan dan dilanjutkan dengan perluasan lahan ditambah. “Diberikan benih gratis, (lahan) diperluas. Supaya ada peningkatan (produksi),” paparnya.

Soal minimnya lahan pertanian yang digarap petani, Jokowi mengatakan ia akan segera merealisaisikan pembagian lahan satu juta hektar untuk pertanian dan perkebunan. “Bisa di lahan hutan,” katanya.

Sehubungan persoalan harga jagung dan harga komoditas produk pertanian lain yang sering merugikan petani di saat musim panen tiba, Jokowi mengatakan perlu dilakukan penataan siklus panen antar daerah agar tidak serentak.

“Siklus panen diatur antar pulau dan provinsi, jangan sampai saat panen bareng harga jatuh, begitu tidak panen, harga naik. Manajemen perlu diatur,” kata Jokowi.

Peneliti Kehutanan UGM Prof. Dr. Ir. Moh Naiem mengatakan konsep sistem pertanian terpadu yang dikembangkan kluster Agro UGM di lahan hutan milik Perhutani ini yakni klon jati unggul ditanam dengan masa panen 20 tahun. Saat panen, setiap pohonnya bisa menghasilkan satu kubik kayu. Namun sambil menunggu panen, pada tahun ke-3 disela jati ditanam padi dan jagung.

Sistem pertanian-terpadu di areal hutan Perhutani, Blora, Jateng berupa jati dan jagung. Foto : Dok Humas UGM
Sistem pertanian-terpadu di areal hutan Perhutani, Blora, Jateng berupa jati dan jagung. Foto : Dok Humas UGM

Selanjutnya tahun ke 4 hingga 6 ditanam jahe dan garut. Kemudian di tahun ke 7 hingga 10 ditanam garut, diselingi porang dan gembili. Sedangkan pada tahun ke 15 sampai tahun ke 20 ditanam kapulaga.

Menurut Naiem, jenis tanaman yang berbeda ditaman selama 20 tahun ini dilakukan untuk menurunkan tingkat erosi. “Sekaligus meningkatkan penghasilan petani dan kesehatan hutan,” kata Naiem.

Panen Bersama di Lahan Hutan Desa, Banyumas

Sebelumnya pada Kamis (05/03/2015), UGM, Pemprov Jateng dan Perum Perhutani melakukan panen padi bersama di lahan hutan Desa Pakuncen, Banyumas Jateng,  Secara simboli, panen bersama dilakukan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo dan Dirut Perum Perhutani, Mustoha Iskandar.

“Dengan lahan tadah hujan begini saja, luar biasa hasilnya. Karena padi Inpago 5 adalah varietas tahan wereng, maka hasilnya bisa mencapai 5 – 6 ton per hektar. Padahal sebelumnya paling hanya 3 ton,” kata Ganjar Pranowo.

Menurut Ganjar, bila semua bisa diintegrasikan maka banyak lahan bisa fungsikan. Pemprov mensosialisasikan, perguruan tinggi siap mendampingi dengan ilmu pengetahuan dan Perhutani siap dengan lahannya.“Maka tinggal, siapa yang akan mengerjakan. Jika simbiosa mutualis seperti ini berjalan, maka semua lahan milik Perhutani bisa dimanfaatkan,” katanya.

“Tapi kayu-kayu yang ditanam Perhutani jangan dicuri. Inilah manfaat yang bisa diberikan pada masyarakat dengan cara-cara seperti ini. Dengan demikian target untuk peningkatan produksi, bisa kita dorong dengan intesifkan lahan-lahan yang dimiliki oleh Perhutani. Soal masyarakat ingin mengembangkan ditempatnya tinggal dibantu saja,” imbuhnya.

Wawan Triwibowo, Administratur/KKPH Banyumas Timur menyatakan luas lahan yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk bertani di Pakuncen sebanyak 44 hektar. Jenis padi yang ditanam adalah Inpago 5 dan Situbagendit.

“Ini merupakan program integrated farming system yang diinisiasi UGM, Pemprov Jateng dan Perum Perhutani dalam mendukung ketahanan pangan dan mewujudkan kedaulatan pangan di Provinsi Jawa Tengah,” kata Wawan.

Wawan mengungkapkan, petani hutan selama ini adalah masyarakat yang terpinggirkan. Dengan memperoleh perhatian, lahan dan juga benih serta pupuk, mereka bisa menghasilkan padi gogo yang luar biasa.

Produktivitas Inpago 5 bisa mencapai 5,4 ton per hektar, sementara untuk situbagendit bisa 5,6 ton per hektar,” katanya.

Bagi Wawan, panen padi gogo kali ini sebuah capaian yang luar biasa. Sebab di tahun sebelumnya gagal total, karena terserang hama wereng.

“Melalui pendampingan semua hama sudah tidak ada. Selain itu masyarakat pun kini melakukan upaya-upaya pemanfaatan di bawah tanaman tegakan, seperti menanam jahe seluas 5 hektar bantuan dari Dinas Kehutanan Provinsi, termasuk juga penanaman HMP (Hijauan Makanan Ternak) yaitu dengan menanam rumput gajah,” tambah Wawan.

Sedangkan Jamhari, Dekan Fakultas Pertanian UGM menyatakan peran nyata UGM adalah dalam pendampingan petani. Sebab dari sisi anggaran sudah dilakukan Pemerintah Provinsi Jateng dan lahan dari Perum Perhutani. “Jadi kegiatan ini diawali oleh MoU antara Perhutani dengan UGM dan Pemprov Jawa Tengah. Secara nyata, kita hanya memilihkan saja benih yang cocok. Varietas-varietas yang di keluarkan pemerintah sudah banyak, kita cuma memilihkan saja yang cocok, nah yang cocok untuk lahan kering ini, ya padi gogo,” katanya.

Pendampingan dimulai dengan menyiapkan benih dan secara rutin dua kali sebulan turun ke lapangan. UGM dalam hal ini menerjunkan tim tim teknis, yang merupakan kombinasi fakultas agro komplek, yaitu Kehutanan, Pertanian, Teknologi Pertanian, Peternakan, dan Kedokteran Hewan.

“Saat ada hama, ada ahli hama yang datang kesini. Tapi terus terang yang memicu adalah adanya MoU itu. Jadi ketika ekstensifikasi, perluasan lahan sawah tidak mungkin, maka kita memanfaatkan lahan dibawah tegakan hutan, dan potensinya luar biasa,” kata Dekan Faperta UGM.

Sementara Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Satyawan Pudyatmoko mengatakan dengan program integrated farming sistem, komunitas hutan masih bisa memanfaatkan kayu-kayunya dan lingkungan terjaga.

Sedangkan dari sisi pengelolaan hutan secara umum, Perum Perhutani yang menguasai hutan-hutan di Jawa kurang lebih 2 juta hektar diharapkan memperluaskan akses lahan ke masyarakat. Karena itu dengan payung hukum yang jelas dan integrated farming sistem (IFS), petani di Perum Pehutani diharapkan tidak hanya menggarap lahan hanya selama  satu atau dua tahun, namun kontinyu.

“Dengan IFS dan payung hukum yang jelas, kita semua berharap petani bisa mendapatkan lahan secara semi permanen. Artinya dia mendapatkan penghasilan yang relatif kontinyu, tidak hanya setahun lantas berhenti,” tutup Satyawan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,