, ,

Inilah Aksi Laskar Bocah Menjaga Kebersihan Sungai Deli

Seratusan anak-anak berjalan di sepanjang bantaran Sungai Deli, Medan, Sumatera Utara, Minggu (22/3/15). Mereka menamakan diri Labosude, berarti Laskar Bocah Sungai Deli.

Hari itu, seperti biasa,  anak-anak yang duduk di SD dan SMP ini, membersihkan Sungai Deli, dari limbah rumah tangga dan plastik. Mereka sudah lakukan sejak tiga tahun terakhir, beranjak banjir setiap hujan yang menggenangi rumah mereka.

Bertepatan dengan Hari Air Sedunia itu, anak-anak ini sebagian turun ke jalan. Ada juga kampanye di sungai sambil memungut sampah.

Anak-anak ini, berjalan kaki mengelilingi Kota Medan. Mereka berharap, manusia menjaga air Sungai Deli, yang sudah tercemar. Padahal puluhan ribu manusia hidup di sepanjang bantaran sungai itu. Setiap hari, warga memanfaatkan air buat mencuci, mandi, dan kebutuhan lain.

Mereka mengajak siapa saja tak membuang sampah dan limbah ke sungai. Mereka juga protes pemerintah karena tidak bertindak tegas dengan pabrik yang membuang limbah cair ke sungai.

Adalah Irfan, dedek, Baron, dan Edi. Mereka dari sekian anak-anak yang peduli Sungai Deli. Tak jarang,  mereka berhadapan arus deras, dan terminum air tercemar. Bahkan, tidak sedikit kaki atau tangan, terkena kaca.

“Biasa kami turun sungai saat libur sekolah atau Minggu. Kami bagi tugas, sepulang sekolah sempatkan turun memungut sampah ke sungai, ” kata Irfan. Matanya begitu tajam mengawasi aliran sungai. Jika terlihat sampah, goni plastik siap menampung limbah itu.

Dedek mengatakan,  ada sedikit kesedihan ketika memungut sampah, tiba-tiba dari atas orang membuang sampah kembali.

“Kami gak mau air sungai makin buruk. Disini kami tumbuh besar. Biar semangat tetap ada, sampai orang dewasa sadar mereka salah besar.”

Budi Bahar, Ketua Labosude mengatakan, dari pemantauan mereka, limbah cair di Sungai Deli, terbanyak dari rumah sakit, pabrik sawit, pabrik minuman, pabrik karet, dan pabrik alumunium. Selebihnya, limbah hotel dan rumah tangga.

Anak-anak yang tinggal di bantaran Sungai Deli ini menolak pembuangan limbah ke  sungai. Foto:  Ayat S Karokaro
Anak-anak yang tinggal di bantaran Sungai Deli ini menolak pembuangan limbah ke sungai. Foto: Ayat S Karokaro

Mereka protes, baik ke perusahaan maupun Pemerintah Deli Serdang, Karo, Medan, dan Sumut. Namun diacuhkan begitu saja. Limbah cair perusahaan masih ke Sungai Deli.

“Ini membuat kami emosi. Pemerintah hanya memikirkan bagaimana mendapatkan pendapatan, tanpa memikirkan dampak buruk yang,”  kata pemuda yang biasa jadi tim SAR dadakan kala evakuasi korban banjir.

Sungai Deli dulu dan sekarang

Amir Faisal, tokoh masyarakat Deli, mengatakan, dibandingkan 20 tahun lalu, Sungai Deli jauh berbeda. Dulu, air Deli cukup jernih dan bersih. Sekarang, tak lagi. Kualitas air buruk, katanya,  sejak 2001. Terlebih ada izin usaha di dekat sungai.

“Saya sebenarnya malu, setiap sore anak-anak ini turun ke sungai memungut sampah sambil berteriak jangan buang sampah. Kami yang tua ini belum sadar. Semua harus lihat dan mencontoh anak-anak ini,” katanya.

Djulmi Eldin, Walikota Medan mengatakan, pemerintah sudah mengeruk sungai. Cara ini, diharapkan mengurangi pendangkalan karena sampah banyak mengendap.

Dia juga terus komunikasi dengan Pemerintah Karo dan Deli Serdang, agar menanggulangi perbaikan Sungai Deli bersama-sama. Salah satu, menanam pohon di sepanjang bantaran sungai.

Sayangnya, Eldin, belum berani bertindak tegas, terhadap pembuang limbah. Dia menyatakan, Badan Lingkungan Hidup Medan, terus memantau kualitas air agar terjaga. “Kita kampanye megajak masyarakat menjaga Sungai Deli dengan tidak membuang sampah.”

Laskar Bocah Sungai Deli ini,  aksi memungut   sampah di  sungai. Foto: Ayat S Karokaro
Laskar Bocah Sungai Deli ini, aksi memungut sampah di sungai. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,