Peneliti Berhasil Temukan Jawaban Kenapa Jamur Bisa Bersinar

Tahukan anda, memang ada jamur yang benar-benar bersinar? Aristoteles menyadari fakta menarik ini lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Ia juga adalah orang pertama yang mengajukan pertanyaan sederhana : mengapa?

Sekarang, para peneliti telah menemukan jawabannya. Dalam Jurnal Current Biology edisi 19 Maret 2015 yang dikutip dari science daily, peneliti memiliki jawaban bahwa jamur berpendar bertujuan untuk menarik serangga, termasuk kumbang, lalat, tawon, dan semut. Serangga-serangga itu membantu menyebarkan spora jamur di sekitarnya.

Penelitian itu juga menunjukkan bahwa bioluminescence jamur dipengaruhi  jam sirkadian. Peneliti menduga berpendarnya jamur mempunyai beberapa tujuan tertentu.

“Pengaturan (bioluminescence jamur dipengaruhi jam sirkadian)  menyiratkan fungsi adaptif untuk bioluminescence,” jelas Jay Dunlap dari Dartmouth Geisel School of Medicine.

“Tampaknya jamur membuat cahaya sehingga mereka diperhatikan oleh serangga yang dapat membantu jamur menjajah habitat baru,” kata Cassius Stevani dari Brazil Instituto de Química-Universidade de São Paulo. Kontrol sirkadian membuat berpendarnya jamur menjadi proses yang efisien.

Ada banyak contoh makhluk yang menghasilkan cahaya dengan berbagai cara. Dan diantara makhluk bercahaya tersebut, jamur yang paling jarang dan paling kurang dipahami. Tercatat  hanya 71 dari lebih dari 100.000 spesies jamur yang menghasilkan cahaya hijau dalam proses biokimia yang membutuhkan oksigen dan energi. Para peneliti percaya dalam banyak kasus bahwa jamur menghasilkan cahaya terkait dengan waktu. Hal itu menunjukkan bahwa bioluminescence mungkin merupakan hal yang sederhana, dan produk sampingan dari metabolisme.

Penelitian yang dipimpin oleh Dunlap dan Stevani menunjukkan berpendarnya jamur ternyata tidak sesederhana itu, paling tidak dalam kasus jamur Neonothopanus gardneri, salah satu jamur berpendar yang terbesar dan paling terang.

N. gardneri juga disebut flor de coco yang berarti bunga kelapa, oleh penduduk setempat di Brazil, karena jamur itu dapat ditemukan menempel pada daun di dasar pohon-pohon palem muda hutan kelapa.

Para peneliti menemukan bahwa cahaya jamur itu dipengaruhi oleh kendali jam sirkadian terkompensasi suhu. Mereka berpendapat bahwa kontrol cahaya tersebut mungkin membantu jamur menghemat energi dengan menyalakan cahayanya hanya agar mudah dilihat.

Untuk mengetahui fungsi pendar hijau untuk jamur, para peneliti membuat jamur palsu dari resin akrilik yang lengket dan bercahaya dengan lampu LED hijau didalamnya. Jamur itu ditempatkan di hutan dimana jamur bioluminescent yang sebenarnya ditemukan. Ternyata jamur palsu itu menarik banyak kumbang staphilinid pengembara, lalat, tawon dan semut yang terjebak dalam jamur itu.

Dunlap mengatakan mereka tertarik untuk mengetahui gen yang yang bertanggung jawab dalam pendarnya jamur dan pengaruh jam sirkadian terhadapnya. Mereka juga menggunakan kamera inframerah untuk melihat lebih dekat interaksi antara jamur N. gardneri dan arthropoda.

Hasil temuan ini tidak hanya keren, etapi juga bakal memahami bagaimana jamur bisa tersebar dalam hutan, karena jamur seperti N. Gardneri punya peran ekologis penting.

“Tanpa mereka, selulosa akan terjebak dalam bentuk, yang akan berdampak pada siklus seluruh karbon di bumi. Saya berani mengatakan bahwa kehidupan di Bumi tergantung pada organisme seperti ini,” kata Stevani.

Beberapa jamur dalam kelompok Basidiomycetes, termasuk dua jamur bioluminescent, yang merupakan jamur parasit pohon kopi dan pinus. “Sangat penting untuk mengetahui bagaimana Basidiomycetes tumbuh dan bagaimana akibar dari penyebaran sporanya,” tambah Stevani.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,