, ,

Tik…tik…tik… Inilah Pesona Sungai Utik

Ingin merasakan kehidupan orang Iban? Tak perlu repot-repot mikir panjang. Segera ayunkan langkah ke perkampungan Sungai Utik. Sekitar 70 kilometer di utara Kota Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Anda akan merasakan sentuhannya. Budaya lokal yang khas, dan panorama alam yang sempurna.

Tak percaya? Ramadani Torheim sudah membuktikannya. Perempuan yang akrab disapa Menik ini bahkan sudah lebur dalam kehidupan sehari-hari orang Iban. Makan dan minum bersama di rumah panjang (rumah adat), laiknya keluarga sendiri.

Tak hanya itu. Menik turut merasakan bagaimana kisah hidup orang Iban saban hari. Menyusuri hutan dan mandi di sungai adalah kenikmatan tersendiri di tengah kesibukan kerja di perkotaan. “Pokoknya asyik,” katanya kepada Mongabay Indonesia usai mengunjungi hutan adat Iban di hulu Sungai Utik, Kamis (23/4/2015).

Menik adalah wisatawan asal Norwegia. Selama ini dia hanya mengetahui Sungai Utik melalui teman dan informasi lewat internet. Ketika mendapat kesempatan berkunjung, Koordinator Program Asia Tenggara dan Oseania Rainforest Foundation Norway, ini langsung merasakan bahwa dirinya sudah jadi Iban.

“Kita benar-benar seperti Iban. Masyarakatnya juga tak segan berkomunikasi dengan para tamu. Bercerita tentang apa saja soal hidup, dan cara mereka beradaptasi dengan alam secara bijak,’’ jelas Menik.

Hal yang paling mengesankan baginya ketika berkunjung ke hutan adat Sungai Utik. Sebuah sajian alam yang tak lagi pernah ia temukan. Hutan yang lebat dengan ragam pepohonan khas Kalimantan.

Sepanjang perjalanan menuju hutan, tidak sedikit pun terdengar suara knalpot kendaraan bermotor. Pun tak ada deru mesin industri. Hanya desir angin, suara-suara burung, dan gemericik Sungai Utik. “Saya lihat sungainya begitu jernih. Ikan-ikan bermain liar di antara bebatuan,” ucapnya.

Salah satu jenis ikan konsumsi yang ada di Sungai Utik. Foto: Andi Fachrizal
Salah satu jenis ikan konsumsi yang ada di Sungai Utik. Foto: Andi Fachrizal
Ikan bakar dan pansoh, salah satu penganan khas Iban Sungai Utik. Foto: Andi Fachrizal
Ikan bakar dan pansoh, salah satu penganan khas Iban Sungai Utik. Foto: Andi Fachrizal

Pola hidup masyarakat adat Iban terhadap alamnya ini telah membuka pintu kesadaran Menik. Contoh kecil ketika hendak makan. Hampir tak ada perintah dari siapa pun untuk segera menyiapkan bahan bakunya.

Ketika seseorang beranjak mencari ikan di sungai, lainnya spontan bergerak. Ada yang mencari kayu bakar. Ada pula yang memetik dedaunan untuk sayur dan penyedap masakan. Sebagian lagi mengambil jatah di dapur sebagai juru masak.

Makanan yang disajikan pun sudah pasti segar. Sebab, apa yang dimakan saat itu, baik sayuran maupun ikan, semua baru diambil dari alam. Begitu pun cara mengolahnya, khas gaya Iban.

Sebagian ikan yang baru ditangkap di sungai dibakar. Selebihnya dimasak pansoh. Pansoh adalah jenis masakan khas Iban. Ikan hasil tangkapan dimasukkan ke dalam bambu bulat. Racikan bumbunya dari dedaunan khusus yang diambil dari hutan. Bambu itu kemudian dipanggang hingga matang. Hasilnya sungguh lezat.

Hal yang tak kalah menarik dari perjalanan pulang ke perkampungan Sungai Utik melalui jalur air ini adalah keberadaan pohon kensurai yang berdiri perkasa di bantaran sungai. Daun dan tangkainya membentuk kanopi.

Hal lain yang mengundang daya tarik tersendiri adalah kekompakan irama kerja antara motoris sampan dan juru batu. Keduanya dituntut bisa kerja sama dengan baik.

Apalagi jika perjalanan memasuki riam. Biasanya sampan akan menabrak bebatuan dan kandas. Tak jarang, penumpang harus rela basah-basahan, loncat ke sungai dan membantu mendorong sampan agar perjalanan bisa berlanjut. Kondisi ini ternyata dapat memacu adrenalin.

Kenikmatan perjalanan di sepanjang Sungai Utik terasa kian sempurna jika menyaksikan perilaku satwa-satwa liar yang bergelantungan di pohon, kicau burung, dan lengkingan klampiau. Keanekaragaman hayati itulah kekayaan orang Iban yang sebenarnya.

Jalur pendakian di hutan sekunder masyarakat adat Sungai Utik, Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Foto: Andi Fachrizal
Jalur pendakian di hutan sekunder masyarakat adat Sungai Utik, Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Foto: Andi Fachrizal
Menelusuri keindahan alam Sungai Utik yang berliku. Foto: Andi Fachrizal
Menelusuri keindahan alam Sungai Utik yang berliku. Foto: Andi Fachrizal
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,