,

Masihkah Ada Jenis Burung Ini di Sekitar Kita?

Burung merupakan hidupan liar yang dapat dengan mudahnya kita jumpai. Mulai dari pegunungan hingga lautan, dari hutan belantara hingga permukiman, burung selalu datang menceriakan alam.

Satu hal yang pasti, hadirnya burung-burung liar di lingkungan kita menunjukkan bahwa kualitas udara di permukiman kita masih asri. “Burung merupakan indikator alami kualitas lingkungan, selain memiliki fungsi ekologis sebagai penebar biji hingga pengendali ulat,” tutur Johan Iskandar, Guru Besar Etnobiologi Universitas Padjadjaran (Unpad).

Hadi Susilo Arifin, Guru Besar Landscape Management Departemen Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB), menuturkan sejatinya kehadiran burung dapat diundang ke pekarangan. Caranya? Desain pekarangan yang dibuat tidak semata untuk keindahan dan keperluan manusia saja, namun juga ditanami pohon bunga atau buah yang bermanfaat bagi burung. Dengan begitu, nantinya pekarangan akan dipergunakan burung tidak sekadar mencari makan tetapi juga untuk bermain, kawin, dan bersarang.

Masihkah jenis-jenis burung ini terlihat di sekitar kita?

Burung-madu Sriganti

Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) tersebar luas di Tiongkok, Asia bagian tenggara, Filipina, Semenanjung Malaysia, Indonesia, hingga pulau Irian dan Australia. Burung yang “ribut” ini bergabung dalam kelompok kecil dan selalu berpindah dari satu pohon ke pohon lain. Sang jantan terkadang terlihat lebih galak saat berkejaran.

Burung-madu jantan dan betina memiliki perbedaan. Jantan memiliki warna dagu dan dada hitam-ungu metalik dengan punggung hijau-zaitun. Sementara betina warna perutnya hijau-zaitun dengan bagian punggung kuning dengan alis kuning-muda.

Wilayah yang paling sering dikunjungi adalah semak pantai, hutan mangrove, dan pekarangan. Biasanya, ia akan mendatangi bunga morinda atau pohon pepaya.

Cucak Kutilang 

Cucak kutilang. Foto: Asep Ayat
Cucak kutilang. Foto: Asep Ayat

Kala pagi datang, burung bersuara nyaring nan merdu ini selalu bernyanyi di atas pucuk pohon tinggi. Tak mengherankan bila namanya diabadikan dalam lagu anak-anak yang hingga kini masih melekat. Meski nama lengkapnya cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung ini lebih dikenal dengan nama kutilang. Burung yang berkerabat dengan bulbul ini dianggap sebagai burung cerdas dan bijaksana. Tak mengherankan namanya sering muncul dalam cerita dongeng internasional.

Hingga kini, kutilang masih dengan mudah dijumpai di kota-kota besar. Pohon kesukaannya adalah mangga, rambutan, sukun, nangka dan pohon buah lainnya yang cukup rindang. Tak ketinggalan pohon kersen, belimbing, jambu biji serta pohon buah lain yang menyerupai semak.

Burung-gereja Erasia 

Burung-gereja erasia. Foto: Asep Ayat

Burung-gereja erasia (Passer montanus) merupakan jenis burung yang familiar di masyarakat. Dalam kelompok jumlahnya bisa mencapai hingga 50 individu. Ciri utamanya, bulu berwarna coklat dengan bercak pipi dan strip mata hitam. Jenis ini sangat mudah dijumpai di permukaan tanah saat mencari makan terutama biji-bijian rumput termasuk padi. Namun, akan segera terbang jika terusik.

Bagi sebagian orang, burung ini mungkin dianggap biasa karena mudah dilihat dan bergerombol. Akan tetapi, ia memiliki keistimewaan berupa kemampuannya berkoloni dan tidak takut dengan manusia. Populasinya secara global diperkirakan mencapai 20 juta individu.

 

Bondol Haji 

Bondol haji. Foto: Asep Ayat

Burung ini mudah dikenali karena di kepalanya ada warna putih, sebagaimana pak haji yang memakai topi putih. Burung berukuran agak mungil ini akan mengeluarkan suara seperti seruling saat terbang berkelompok.

Bondol haji (Lonchura maja) merupakan burung pemakan biji yang memiliki gaya lucu saat terbang yaitu naik-turun dengan kecepatan rendah. Ia kerap mengunjungi padang rumput terbuka, lahan pertanian, maupun persawahan. Bila di pekarangan, pohon favorit yang ia kunjungi adalah palem merah yang tinggi yang digunakannya sebagai pohon tidur. Selain itu, pohon buah seperti mangga atau rambutan tak luput digunakan sebagai tempat persinggahannya.

Cabai Jawa

Cabai jawa. Foto: Asep Ayat
Cabai jawa. Foto: Asep Ayat

Burung cantik nan lincah ini mudah dikenali dari warna kepala, dada, dan tungirnya yang merah padam sedangkan sayap dan ujung ekornya hitam. Suara khasnya sering terdengar saat bertengger atau terbang, “t’rrr-t’rrratau nada tinggi “hw’itserta cicitan khas “ci-t’t, ci-t’t ci-t’t”.

Cabai jawa (Dicaeum trochileum) cukup umum dan mudah dijumpai di sekitar pekarangan rumah atau kebun. Buah benalu yang lengket, yang tumbuh di pohon rambutan atau jambu air sangat disukai cabai jawa. Serangga yang berada di dahan pohon jambu biji dan delima menjadi menu santapan andalannya. Salah satu pohon yang paling diminati burung ini saat berbuah adalah pohon kersen.

Tekukur Biasa 

Tekukur biasa. Foto: Asep Ayat
Tekukur biasa. Foto: Asep Ayat

Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) merupakan burung yang sering kita lihat di halaman. Biasanya berada di atas permukaan tanah sembari mencari makan. Ciri khas burung berukuran sedang ini adalah memiliki warna coklat kemerahjambuan dengan bulu sayap yang lebih tebal ketimbang bulu tubuhnya. Nama tekukur diambil dari suara merdunya “te-kuk-kurr” yang diulang dengan nada terakhir memanjang.

Burung yang sering bertengger berpasangan ini sering dipelihara sebagai burung hias. Bila terganggu akan terbang rendah di atas tanah, dengan kepakan sayap pelan yang khas. Keberadaannya tersebar luas mulai dari Asia Tenggara hingga Nusa Tenggara dan diintroduksi ke tempat lain sampai Australia dan Los Angeles (AS). Di Indonesia, umumnya ditemukan di seluruh kawasan Sunda Besar, terutama di daerah terbuka dan perkampungan.

Raja-udang Meninting

Raja-udang meninting. Foto: Asep Ayat

Raja-udang meninting (Alcedo meninting) merupakan burung kecil berukuran 15 cm yang paling suka mengunjungi sungai, danau, dan juga pepohonan. Sarangnya biasa terlihat di pinggiran sungai.

Burung berkaki merah ini sangat tidak menyukai daerah perairan dan lahan basah yang tercemar. Karena, di wilayah inilah ia mencari pakan kesukaannya berupa ikan dan udang kecil. Inilah alasan kuat mengapa kehadiran raja-udang meninting dapat kita jadikan indikator alami kualitas air sungai yang ada di wilayah kita.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,