Gubernur Sesalkan Kerusakan Parah di Hutan Desa Pertama Sumsel

Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin merasa prihatin dengan kondisi Hutan Desa Muara Merang, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dia meminta semua pihak bekerja lebih keras menjaga Hutan Desa Muara Merang. Gubernur berharap nantinya lokasi ini dapat dijadikan contoh internasional dalam menata wilayah lahan gambut.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya oleh Mongabay Indonesia, tanggapan tentang kerusakan Hutan Desa pertama di Sumatera Selatan datang dari Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin. Hutan Desa Muara Merang yang awalnya ditargetkan menjadi penghadang adanya perambahan hutan, justru saat ini rusak parah dan menjadi wilayah pemukiman para perambah.

“Apa yang terjadi pada Hutan Desa Muara Merang sangat disesalkan Gubernur Sumsel Alex Noerdin. Dia pun meminta semua pihak, termasuk pemerintahan di Kabupaten Musi Banyuasin, dan pihak terkait untuk serius memantau jalannya Hutan Desa Muara Merang,” kata Staf Khusus Perubahan Iklim Gubernur Sumsel Najib Asmani kepada Mongabay Indonesia, Senin (04/05/2015).

Hutan yang semula digadang-gadang untuk menjadi model pengelolaan hutan bersama masyarakat itu, saat ini kondisinya mengenaskan, bahkan menjadi kawasan mukim bagi para perambah Taman Nasional Sembilang, tempat habitat satwa langka terancam punah, diantaranya harimau sumatera, gajah sumatera, tapir, kucing emas dan berbagai jenis spesies endemik lainnya.

Menurut Asmani, upaya mengatasi perambahan hutan di lahan gambut di wilayah pesisir timur Musi Banyuasin, sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Berbagai upaya dilakukan, termasuk membuat program Hutan Desa Muara Merang.

“Sebenarnya kondisi saat ini jauh lebih baik. Perambahan sudah berkurang. Tapi [perlu dicek lagi apakah] perambahan ini berkurang karena hutan sudah habis, atau memang sudah memiliki kesadaran. Ini yang harus kita buktikan. Kita harus fokus dalam menatanya. Semua pihak harus bertanggungjawab. Sehingga para perambah ini, termasuk para perambah lahan, tidak menghabisi Taman Nasional Sembilang yang saya dapatkan kabar sudah mulai dirambah,” kata Asmani yang juga staf pengajar Universitas Sriwijaya ini.

Batang pohon terakhir di tengah kebun sawit. Foto: Taufik Wijaya

Apa yang diinginkan Alex Noerdin terhadap Hutan Desa Muara Merang, merupakan bagian kecil dari keinginan pemerintah Sumatera Selatan dalam mengatasi kebakaran dan kerusakan hutan dan lahan gambut.

Komitmen Gubernur menurutnya, telah disampaikan pada forum High Level Roundtable Bonn Challenge 2 yang digelar di Bonn, Jerman, pada 20-21 Maret 2015 lalu. Dalam paparannya berjudul “The Partnerships In The Management of Ecoregion Landscape”, Alex Noerdin menjelaskan upaya Sumatera Selatan dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan gambut, dengan hasil hutan dan lahan gambut terjaga, dan masyarakat sekitarnya hidup sejahtera.

Dalam paparan ini, Noerdin menyebutkan terdapat sembilan wilayah yang menjadi sasaran atau target perbaikan. Yakni Kerinci Seblat di wilayah Sumsel, Taman Nasional Sembilang, SM Padang Sugihan, koridor harimau Dangku, Hutan Desa Muara Merang, Hutan Harapan, Ulu Musi, perencanaan Hutan Tanaman Industri, dan agroforestry.

Alex Noerdin dalam paparannya menargetkan pengelolaan Hutan Desa Muara Merang dapat dijadikan contoh bagi dunia internasional dalam menata wilayah lahan gambut.

“Hutan Desa Muara Merang harus berhasil, dan menjadi contoh bagi dunia internasional dalam mengelola lahan gambut. Ini memang tidak mudah, sebab harus mengubah budaya merambah yang sudah terbangun selama ratusan tahun pada masyarakat pesisir di Sumatera Selatan,” ujarnya. “Ini bagian dari komitmen Sumatera Selatan untuk dunia internasional.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,