,

Strategi Jitu Perbaikan Rumah Si Pongo di DAS Labian-Leboyan. Seperti Apa?

Lima kepala desa, sejumlah tokoh adat, dan para pemangku kepentingan bertatap muka. Mereka menggagas sebuah strategi dan rencana aksi bagi perbaikan habitat orangutan di Daerah Aliran Sungai Labian-Leboyan.

Hal itu bermula pada April 2014. Kala itu, Forum Orangutan Indonesia (Forina) bersama Forum Konservasi Orangutan Kalimantan Barat (Fokkab) melakukan survei keanekaragaman hayati di lima desa di Koridor Taman Nasional Betung Kerihun-Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Desa Labian Ira’ang, Mensiau, Labian, Sungai Ajung, dan Desa Melemba jadi target sasaran survei. Secara geografis, kelima desa ini berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Labian-Leboyan.

Survei yang berlangsung hingga April 2015 ini mencoba menganalisis tutupan lahan, termasuk calon lokasi pelepasliaran orangutan. ”Hasil survei itu kita sampaikan kepada para pihak terkait hari ini. Harapannya, kita dapat menyusun strategi perbaikan habitat orangutan berbasis masyarakat, dan bersinergi dengan rencana tata ruang Kabupaten Kapuas Hulu,” kata Ketua Forina Herry Djoko Susilo di Putussibau, Rabu (13/5/2015).

Herry juga menyampaikan serangkaian rencana dalam Lokakarya Keanekaragaman Hayati dan Perbaikan Habitat Orangutan di Koridor TNBK – TNDS pada 12-13 Mei 2015 di Putussibau itu. Di antaranya, aksi kampanye konservasi orangutan, restorasi calon habitat seluas 150 hektar, monitoring perburuan dan perdagangan orangutan, serta identifikasi kearifan lokal terkait konservasi orangutan.

Menurutnya, sebagian besar wilayah koridor, masih merupakan wilayah berhutan yang menjadi habitat bagi biodiversitas dari kelompok fauna dan flora, termasuk orangutan dan beberapa satwa liar lainnya.

“Kita berharap semua ini bermanfaat sebagai referensi untuk strategi perbaikan habitat orangutan berbasis masyarakat. Sekaligus penyadaran konservasi orangutan bagi para pihak yang memiliki kepentingan dan dampak langsung atau pun tidak langsung dari keberadaan hutan, dan biodiversitas lainnya,” ucapnya.

Peta Sebaran OU di Kalbar: Inilah peta sebaran habitat orangutan di Kalimantan Barat. Dok WWF-Indonesia Program Kalbar.
Peta Sebaran OU di Kalbar: Inilah peta sebaran habitat orangutan di Kalimantan Barat. Dok WWF-Indonesia Program Kalbar.

Sokongan Pemkab Kapuas Hulu

Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu, menyokong penuh rencana aksi perbaikan habitat orangutan di Koridor TNBK-TNDS. Bupati Kapuas Hulu mendelegasikan Sekretaris Daerah H Muhammad Sukri untuk hadir dalam lokakarya itu.

Dia bahkan mengajak seluruh elemen masyarakat di sepanjang DAS Labian-Leboyan untuk tetap menjaga keanekaragaman hayati di sekitar desa.

“Saya mengajak para kepala desa di koridor TNBK-TNDS untuk menjaga dan memanfaatkan limpahan anugerah Tuhan ini secara bijak. Jika ada bekas aktivitas penebangan liar, silakan ditanam kembali dengan pohon-pohon yang sudah tumbuh sebelumnya,” kata Sukri.

Pada kesempatan itu juga, dia mengajak semua pihak untuk merenung. “Bagaimana rasanya ketika kita dianugerahi satu harta yang unik dan langka seperti orangutan. Bagaimana kita menjaganya?,” ucap Sukri dengan suara bergetar.

Selanjutnya, dia juga bertanya, kenapa sebagian dari kita memiliki hubungan spiritual dengan hutan dan beberapa jenis satwa? Apa yang sebenarnya Tuhan sedang titipkan kepada kita?.

Sukri menitip pesan kepada aparat desa yang hadir dalam kegiatan itu agar betul-betul menjaga kekayaan alam yang diransumkan Tuhan buat manusia. “Kalau ada bekas tebangan, secepatnya ditanami kembali,” pintanya.

Dia juga menyampaikan bahwa Kapuas Hulu sebagai Kabupaten Konservasi dengan sebagian wilayahnya adalah taman nasional adalah surga bagi keanekaragaman hayati dan manusia yang hidup di sekitarnya.

Pongo pygmaeus pygmaeus: Jenis orangutan sub-spesies Pongo pygmaeus-pygmaeus. Foto: Andi Fachrizal
Pongo pygmaeus pygmaeus: Jenis orangutan sub-spesies Pongo pygmaeus-pygmaeus. Foto: Andi Fachrizal
Forina saat melakukan survei keanekaragaman hayati di Koridor TNBK-TNDS di Kapuas Hulu. Foto: Dok Forina
Forina saat melakukan survei keanekaragaman hayati di Koridor TNBK-TNDS di Kapuas Hulu. Foto: Dok Forina

Manusia yang sudah hidup bertahun-tahun, bahkan berabad-abad dengan memanfaatkan hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari, menciptakan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya. Hutan lestari, karena manusia menjadikannya sebagai sehabat yang ramah.

Bahkan, sambungnya, ketika ada pertanyaan, kenapa lebih mementingkan orangutan daripada orang? Kita harus berani menjawab bahwa salah satu tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi, adalah untuk rahmat bagi seluruh isi alam. Termasuk manusia, satwa, bahkan dengan benda mati sekalipun.

Dia kembali mengajak para pihak untuk maksimalkan lokakarya ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. “Saya berharap pengelolaan habitat orangutan ini dapat bersinergi dengan rencana pembangunan di Kabupaten Kapuas Hulu,” ucapnya.

Dari situlah, kata Sukri, kita akan melihat manfaatnya. Apa yang dilakukan hari ini bukan semata untuk orangutan, hutan, dan satwa-satwa tertentu saja. Muaranya adalah manusia sebagai penerima manfaat utama yang berkelanjutan. Tidak hanya sekarang, namun juga untuk masa mendatang.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,