,

Kala Abrasi Ancam Keberadaan Kampung Matara

Namanya Kampung Matara. Ia terletak di Pesisir Kali Maro, persis di tepi laut Arafura, masuk Distrik Semangga, Merauke. Di kampung ini, mata pencarian penduduk sebagai nelayan dan petani.

Di sana, ada dua dusun,  Matara dan Anasai. Kala sore tiba, tampak kaki langit begitu indah. Sayangnya, tempat ini tidak mendapatkan perhatian Pemerintah Merauke,  padahal bisa menjadi obyek wisata menarik. Hasil ikan dan udang juga berlimpah terutama Dusun Anasai.

Namun, mereka menghadapi masalah karena abrasi pantai menggila. Kini, jalan penghubung Matara dan Anasai, nyaris putus diterjang abrasi. Kendaraanpun harus berputar melalui Distrik Kurik. Badan jalan Dusun Anasai tinggal dua meteran. Di tepi jalan, rawa luas. Sabau, namanya. Pemecah ombak (talud) beton tinggal puing tergeletak di pasir. Tampak mobil pengangkut pasir malah parkir di sana.

Pengalian pasir laut sangat tinggi di sekitar pantai ini. Per sekali angkut Rp100.000. “Abrasi terus meluas ,” kata Stefanus Gebze, Kepala Kampung Matara.

Dia mengatakan, abrasi meluas selain faktor alam juga penggalian pasir untuk pembangunan di Merauke. Kalau pantai hilang, katanya, mereka harus pindah jauh dari pantai. “Bagaimana penduduk bisa mencari ikan yang jauh dari tempat tinggal?”

Stefanus mengatakan, sulit membangun talud kala musim angin kencang.  Pernah, pemerintah provinsi membangun talud 2008 tetapi tersapu ombak.

Jalan rusak itu jalan provinsi karena menghubungkan Kabupaten Mappi serta Distrik Okaba (Kabupaten Merauke) dan Kota Merauke. Pemerintah provinsi,  kata Stefanus, hanya menanam beton untuk membangun talud namun diperkirakan tak bertahan lama. “Akan mubazir karena dibangun di atas pasir, tak bertahan lama.”

Saat dia berbicara dengan kontraktor proyek agar patok awal ditanam dahulu dengan rancangan khusus patok beton. Patok ini semacam tulang besi membentuk tungku api agar kokoh.

Kepala Kampung Matara Stefanus Gebze. Foto: Agapitus Batbual
Kepala Kampung Matara Stefanus Gebze. Foto: Agapitus Batbual

Meskipun begitu, katanya, pembangunan talud beton, tak efektif. Selain dipasang di pasir, ombak terus menghajar bibir pantai hingga talud mudah rusak.  Menurut dia, ada cara, dengan kearifan lokal yakni, pantai harus ditanami mangrove. Deburan ombak di Pantai Laut Arafura,  katanya, tak bisa dipandang enteng. Bukan hanya Dusun Anasai yang terancam,  tetapi perkampungan sepanjang pantai kalau tidak diselamatkan bisa berbahaya.

Pemerintah, katanya,  harus mencipatakan lubang pasir agak dalam. Lalu, taruh lumpur di ujung Dusun Anasai dan ditanami mangrove. Warga harus memelihara tanaman ini hingga besar.

Dia mengusulkan, menghambat kerusakan lingkungan dengan memulihkan pantai sepanjang Pesisir Merauke. Soalnya,  tanah makin habis karena alam dan manusia turut merusak. “Mungkin alam tidak bersahabat dengan manusia.”

Christian Ari Gebze, Direktur Perkumpulan Silva Papua Lestari, menilai, penyebab abrasi karena dataran Merauke berupa pasir dan bertanah lembut. Lagipula,  pemicu abrasi juga sirkulasi air laut tak searah selain penggalian pasir. “Tak jelas soal aturan penggalian pasir. Pemda tidak mampu mengatur. Kalau ditegakkan, pengusaha dan pemda juga mengambil pasir,” katanya.

Dia tak menyalahkan siapapun, tetapi semua pihak harus mengawasi. Kelestarian alam pesisir harus terjaga. “Solusi harus menanam mangrove. Sebenarnya, Merauke sudah ada bentangan alam sejak dulu. Tinggal konsiten menjaga bentangan alam karena mangrove ada alami. Bentang alam ini mulai dari Kali Maro hingga Dusun Payum, Kampung Buti,  Kampung Ndalir. Ini untuk menghadapi gempuran ombak.”

Sayangnya, dia tak melihat upaya serius pemerintah mengatasi abrasi. Penanaman mangrove, sudah uji coba dan berhasil di beberapa daerah di Merauke. “studi lingkungan penting untuk ini. Daripada membuang banyak uang, lebih  baik membangun untuk jangka panjang,” katanya.

Menurut dia, talud hanya solusi jangka pendek menahan abrasi. Jangka panjang, katanya, dengan penanaman manggove di tepian laut sebelum terlambat. “Jangan tanam mangrove di laut, tetapi wilayah berpotensi tumbuh habitat jenis ini dikembangkan terus. Pemerintah harus membuat perda supaya jangan menggangu tumbuhan ini dan menciptakan kanal-kanal mengatur siklus lair laut keluar masuk.”

Jalan penghubung dusun pun nyaris terputus karena abrasi. Foto: Agapitus Batbual
Jalan penghubung dusun pun nyaris terputus karena abrasi. Foto: Agapitus Batbual
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,