, ,

Hamdani, Penemu Teknik Sambung Pala Hutan Asal Aceh Selatan

Hamdani tersenyum bahagia. Lelaki 47 tahun ini tidak menyangka bila penemuannya mengenai teknik sambung pala hutan yang “tidak sengaja” itu sangat bermanfaat bagi produktivitas pala di Aceh Selatan.

Mengapa disebut tidak sengaja? Lantaran teknik tersebut didapatkan saat sarjana teknik listrik itu mulai putus asa akibat kebun palanya seluas dua hektar musnah diserang hama yang merusak akar hingga batang.

“Ketika itu, sekitar tahun 2007, saya duduk di kebun yang berbatasan dengan hutan. Saat bersandar di batang kayu besar sambil melihat kebun pala yang musnah karena diserang hama, tanpa sengaja saya memegang dan mencabut benih pala hutan,” ungkap Hamdani saat ditemui di Tapak Tuan, Aceh Selatan, akhir pekan ini.

Saat melihat bibit pala hutan tersebut, Hamdani berpikir keras, kenapa pala hutan tidak diserang hama. Bahkan, batangnya tumbuh subur. Sementara, pala budi dayanya habis disikat hama. Penasaran, ia membawa pulang beberapa bibit pala hutan itu ke rumahnya.

“Sampai di rumah, saya masih penasaran. Lalu, saya mencoba sambung pala hutan itu dengan pala budi daya. Akarnya saya pakai pala hutan sementara bagian atas saya sambung dengan pala budi daya,” ujar pria yang telah memiliki empat buah hati itu.

Setelah batang pala sambungan itu tumbuh dan membesar, ternyata tidak diserang sedikit jua. Akhirnya, ia mengambil kesimpulan bahwa pala hutan memiliki kemampuan bertahan lebih kuat dari penyakit ketimbang pala budi daya.

Tanpa ragu, Hamdani mengembangkan pala sambung tersebut di kebunnya sendiri. Selain menyambung dengan pala hutan, di batang pala juga ia tempatkan sarang semut sebagai predator hama. Kebun yang sebelumnya 100 persen ditanami pala diubahnya menjadi kebun tumpang sari. “Di kebun, saya tanam 70 persen pala sementara 30 persen lagi saya tanaman durian dan lainnya. Ini untuk membantu agar pala tidak diserang hama.”

Hasilnya cukup memuaskan. Bila dalam setiap bibit pala budi daya yang ditanam lebih 10 persen batangnya jantan, namun dengan pala sambung ini jantannya lebih sedikit. “Keuntungan lain, pala cepat berbuah. Jika pala budi daya berbuah saat berumur di atas empat tahun, dengan pala sambung ini hanya 2,5 tahun saja.”

Terhadap temuannya itu, sejak tahun 2009, Hamdani pun mulai membagikan ilmunya. Dia juga membuka sekolah lapang untuk berbagi ilmu dengan petani pala di seluruh Aceh Selatan.

Pengetahuan yang dimilikinya semakin menyebar setelah USAID-IFACS (Indonesia Forest an Climate Support) membantu sejak 2012 lalu dan berhasil menyumbang 55 ribu batang pala untuk masyarakat di 11 kecamatan, Aceh Selatan.

“Dulu saya kulian di bagian sambung kabel listrik. Ternyata, kehidupan saya sekarang menyambung tanaman pala hutan yang hasilnya cukup memuaskan semua orang. Teknik ini saya namakan Sambutan alias sambungan pala hutan,” gelak Hamdani.

Pala hutan yang disambung dengan pala budi daya. Foto: Junaidi Hanafiah
Pala hutan yang disambung dengan pala budi daya. Foto: Junaidi Hanafiah

Produktivitas

Pala merupakan salah satu komuditas andalan masyarakat di sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh, terlebih Kabupaten Aceh Selatan. Di wilayah ini, luas kebun pala mencapai 14 ribu hektar dan pernah menjadi andalan masyarakat hingga tahun 2000.

Data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Selatan menyebutkan bahwa di tahun 2001 Aceh Selatan masih mampu menghasilkan 4.937 ton pala per tahun. Namun, setelah itu, hasil produksi buah pala menurun dan hanya menghasilkan 320 ton dalam setahun.

Penurunan produktivitas tersebut disebabkan serangan hama yang serentak mulai 2001 dengan pola yang sama yaitu menyerang akar dan batang. Penyebabnya, hama penggerek batang (Batocera sp) dan penyakit jamur akar putih (Rigidoporus microporus).

Sebagaimana penuturan Suhaimi, petani pala asal Sawang, Aceh Selatan, berbagai cara telah dilakukan untuk menyelamatkan tanaman pala tersebut. “Kami telah melakukan apapun untuk menyelamatkan pala, termasuk menanam kembali batang pala yang telah ditebang. Hasilnya nihil, karena saat batang pala membesar, hama kembali menyerang.”

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Selatan, T Masrul, menuturkan banyak penelitian yang dilakukan perguruan tinggi di Indonesia untuk mencari solusi agar hama tidak lagi menyerang tanaman pala. Namun, hasilnya belum bisa dijadikan solusi jangka panjang petani.

Ternyata, cara agar hama tidak lagi menyerang tanaman pala, ditemukan oleh petani pala itu, sendiri. Hamdani, petani tersebut menyambung pala hutan dengan pala budi daya yang hasilnya cukup maksimal. “Bahkan, Kabupaten Aceh Selatan mendapat penghargaan sebagai 25 top inovasi seluruh Indonesia, karena mendukung rehabilitasi kebun pala rakyat yang berfokus pada pala sambung,” jelas Masrul.

Kue lezat ini dibuat dari buah pala. Foto: Junaidi Hanafiah
Kue lezat ini dibuat dari buah pala. Foto: Junaidi Hanafiah
Artikel yang diterbitkan oleh
, ,