, , ,

Panen Nusantara: Inilah Produksi Warga yang Peduli Alam

Kalung dari buah-buah hutan berselang-seling dengan manik tampak bergelantungan. Bagian depan patung-patung kayu Biak. Ada piring lidi, tepung sagu, mie rumput laut, stik rumput laut sampai minyak kelapa murni. Ini sebagai produk di stan Yayasan Anak Dusun Papua (Yadupa), pada Panen Raya Nusantara (Parara), Lapangan Banteng, Jakarta.

Yubelinda Rumbini, dari Yadupa, tampak sibuk melayani pengunjung. “Ya, ini buah-buah hutan yang sudah kering. Ada yang dirangkai bersama manik-manik. Ada juga ditambah hiasan kerang,” katanya.

Produk yang disuguhkan, katanya, semua hasil alam, baik dari hutan maupun laut. “Kalau patung ini dari Kampung Opiare, Distrik Oridek, Biak. Ini dari kayu, tetapi kayu-kayu besi yang sudah tumbang. Jadi tak ada tebang pohon,” kata Yubelinda.

Patung Biak ini dibuat menggunakan kayu-kayu yang sudah roboh (tumbang). Foto: Sapariah Saturi
Patung Biak ini dibuat menggunakan kayu-kayu yang sudah roboh (tumbang). Foto: Sapariah Saturi

Pada pameran 6-7 Juni 2015 ini, Yadupa, mengetengahkan hasil hutan dan laut dari dua daerah, Biak dan Yapen, Papua.

Di Stan Kabupaten Yapen, ada perajin rumput laut yang tergabung dalam Kelompok Rawing Mairori. Mereka terdiri dari para perempuan perajin yang membuat beragam makanan dari rumput laut. Ada mie rumput laut, stik, dodol, cendol dan lain-lain. Produk utama mereka, mei dan stik rumput laut. “Kami yang fasilitasi masyarakat dan hadirkan kerajinan-kerajinan mereka.”

Parara ini diikuti puluhan stan dari berbagai daerah dan berbagai organisasi. Produk pun sangat beragam, dari kain, tenun, makanan, minuman, tanaman, bibit, bumbu, sampai permainan tradisional.

Di stan Jatam dan Komunitas Ciliwung, menghadirkan terminal benih. Beragam bibit dan tanaman lokal, dari seledri, sorgum, koro, mint, dan lain-lain. Semua tanaman dan bibit organik.

Rainbow cake ini debut dari wanna-warna alami, berasal dari buah atau tumbuh-tumbuhan. Bahan pembuatan pun menggunakan tepung singkong. Foto: Sapariah Saturi
Rainbow cake ini dibuat dari warna-warna alami, berasal dari buah atau tumbuh-tumbuhan. Bahan pembuatan pun menggunakan tepung singkong. Foto: Sapariah Saturi

Gerai Nusantara AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) pun ikut meramaikan gawe ini. Beragam produk dari komunitas-komunitas adat ada di sana. Dari kain, tenun, kalung sampai kue khas Kajang. Ada juga tenun Baduy, madu hutan dan lain-lain.  Tenun dan kain ini menggunakan pewarna dari alam.

Walhi tak ketinggalan. Di stan ini menyajikan beragam pangan sagu dari Riau. Ada mie sagu, cendol sagu sampai sagu basah ada di sana. Sagu-sagu ini hasil dari kebun-kebun warga.

Stan WWF Indonesia juga ada beragam produk hasil hutan, seperti madu, patung Asmat, gula aren sampai minyak kayu putih.

DI stan WWF menyuguhkan antara lain, patung-patung Asmat dari Papua, tak akar pohon hutan dan lain-lain. Foto: Sapariah Saturi
Di stan WWF menyuguhkan antara lain, patung-patung Asmat dari Papua, tas akar pohon hutan dan lain-lain. Foto: Sapariah Saturi

Di Teras Mitra, juga beragam produk. Dari bibit tumbuh-tumbuhan, teh herbal, gula aren, sampai minyak kelapa murni dari Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Garut. Ada juga madu alam, wedang jahe bubuk, manisan kolang-kaling, sampai garam dengan beragam rasa. Semua organik. Tenun Timor, tas sampai sepatu  juga ada.

Tak kalah menarik stan dolanan nusantara. Ia menampilkan beragam mainan tradisional dari berbagai daerah. Ada congklak, gasing, gundu, karet dan banyak lagi. Paling banyak terlihat beragam gasing dari masing-masing daerah.

Satu bagian lagi yang menjadi pusat perhatian. Ialah dapur umum. Di dapur umum ini beragam makanan dan minuman nusantara bisa dibeli. Ada cendol sagu dan cincau. Mie ayam, mie sagu, dan beragam jenis nasi-nasian serta kue-kue.

Kegiatan yang diusung puluhan organisasi ini tak hanya pameran. Juga menyuguhkan beragam workshop, diskusi, panggung musik sampai lomba lari. Ayooo, buruan datang…

Walhi memapilkan beragam makanan, seperti mie sagu dari Riau, cendok sagu. Foto: Sapariah Saturi
Walhi menampilkan beragam makanan, seperti mie sagu dari Riau, cendol sagu. Foto: Sapariah Saturi

Selebriti  Ajak Beli Produk Ramah Lingkungan

Sementara itu WWF Indonesia juga menggagas #BeliYangBaik. Gerakan agar pembeli memilih produk ramah lingkungan. Sepenggal lagu “Mulailah dari diri sendiri” karya musisi ternama, Nugie dibawakan grup akapela, Jamaica Cafe, di Taman Sriwedari, Hotel Sultan Jakarta, Jumat (5/6/15).

Mulailah dari diri sendiri

Hemat listrik ,mendaur ulang sampah

Hemat BBM, hemat air,
Hindari plastik, dan guna ulang kertas
Mengkonsumsi makanan organik, tanam pohon dan berkebun..hey..hey hey…

Kampanye #BeliYangBaik mengajak masyarakat bijak dalam mengkonsumsi harian mereka. Memilih produk yang benar-benar ramah lingkungan. Kampanye ini mendorong pelaku bisnis memproduksi lebih bertanggungjawab terhadap lingkungan hidup.

Bibit-bibit tanaman yang dihasilkan dari proses penanaman organik. Foto: Sapariah Saturi
Bibit-bibit tanaman yang dihasilkan dari proses penanaman organik. Foto: Sapariah Saturi

“Membeli yang baik bagi gue akhirnya menjadi salah satu trend yang mau diangkat untuk mengompori orang berperilaku ramah lingkungan. Sekarang orang diajak bersepeda, gak mau. Disuruh tas belanja dan botol minum sendiri juga tak mau. Masih mikir-mikir terus,” kata Nugie.

Sampai saat ini, dia jarang melihat orang bawa tas belanjaan dan botol minuman sendiri.”Okelah kalau menurut lu yang kebanyakan manusia perkotaan semua itu merepotkan, kita kasih solusi dengan membeli yang baik. Ternyata,  sudah ada dari beberapa tahun lalu barang-barang yang apabila kita beli, bisa sekaligus berkontribusi nyata untuk pelestarian alam di Indonesia dan dunia,” kata pria bernama lengkap Agustinus Gusti Nugroho ini.

Dia berharap, masyarakat Indonesia bisa meminta sekaligus mendesak semua vendor dan outlet agar menjual produk ramah lingkungan.

Gerakan #beliyangbaik seharusnya diikuti dengan hal lain, seperti diet kantong plastik dengan bawa kantong belanja atau botol minum sendiri. Dengan perpaduan ini, Nugie meyakini gerakan akan makin sinkron.

Dari Nusa Tenggara Timur di stan Kemitraan  ini menampilkan tenun-tenun dari bahan dan pewarnaan alami. Foto: Sapariah Saturi
Dari Nusa Tenggara Timur di stan Kemitraan ini menampilkan tenun-tenun dari bahan dan pewarnaan alami. Foto: Sapariah Saturi

Personil Jamaica Cafe Enriko “Iko” Simangunsong juga berkomentar. Menurut dia, saat ini banyak perusahaan mengeluarkan produk ramah lingkungan. Tinggal masyarakat terus mendorong itu.

“Tidak semua produk itu kita beli.

Kita harus mulai aware, memilih produk itu efek apa. Karena saya percaya manusia itu seperti bakteri. Kalau merugikan, feed back dari bumi akan membersihkan yang jahat. Bakteri baik akan terus dipelihara. Kita jangan jadi bakteri jahat. Supaya bumi ini akan ramah dan memberikan hasil baik juga bisa berkesinambungan,” katanya.

Iko mengatakan, perusahaan jangan takut dengan anggapan produk ramah lingkungan tidak laku di pasaran. Dia mencontohkan,  grup Jamaica Cafe sudah mengenalkan musik ramah lingkungan sejak 1991.

“Tak takut gak diundang. Buktinya sampai saat ini tetap banyak undangan manggung.”

Aktris sekaligus model Davina Veronica mengatakan, masyarakat harus mengontrol pola konsumsi. Karena lingkungan alam harus terus terjaga dari apa yang dikonsumsi.

“Aktivitas kita mempengaruhi bumi. Apa yang terjadi kalau kita tidak peduli,  itu pasti kerusakan akan makin cepat.”

Ini garam alami dari Brebes di stan Teras Mitra. Garam ini sudah diberi aroma, ada yang bercampur bawang putih, bawang merah sampai rosela. Siap menjadi garam meja. Ada juga sirup-sirup alami dalam botol-botol kecil dalam beragam rasa tanaman lokal.  Foto: Sapariah Saturi
Ini garam alami dari Brebes di stan Teras Mitra. Garam ini sudah diberi aroma, ada yang bercampur bawang putih, bawang merah sampai rosela. Siap menjadi garam meja. Ada juga sirup-sirup alami dalam botol-botol kecil dalam beragam rasa tanaman lokal. Foto: Sapariah Saturi

Retno Utaira Pantouw, Direktur Keuangan WWF Indonesia mengatakan, membeli yang baik bisa dimulai dengan tiga langkah sederhana. Pertama, cari tahu latar belakang produk sebelum membeli. Kedua, meminta penjual hadirkan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ketiga, mengajak lebih banyak lagi orang ikut menerapkan gaya hidup hijau.

Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia mengatakan, ingin membangun kesadaran masyarakat sebagai konsumen untuk mempengaruhi perilaku produsen.

Beragam kerajinan di Gerai Nusantara AMAN. Foto: Sapariah Saturi
Beragam kerajinan di Gerai Nusantara AMAN. Foto: Sapariah Saturi
Beragam tanaman organik ada di Terminal Benih. Foto: Sapariah Saturi
Beragam tanaman organik ada di Terminal Benih. Foto: Sapariah Saturi
Kelompok perajin perempuan dari Yapen, Papua, yang memproduksi mie rumput laut. Foto: Sapariah Saturi
Kelompok perajin perempuan dari Yapen, Papua, yang memproduksi mie rumput laut. Foto: Sapariah Saturi
Beragam produk dari aren. Ada bandrek, gula aren dan jahe merah, ada gula semut sampai gula aren di stan dari banten. Foto: Sapariah Saturi
Beragam produk dari aren. Ada bandrek, gula aren dan jahe merah dan madu, ada gula semut sampai gula aren di stan dari  Banten. Foto: Sapariah Saturi
Kaung dari Biak, Papua, yang dibuat dari biji-biji tanaman hutan diselingi manik-manik. Foto: Sapariah Saturi
Kalung dari Biak, Papua, yang dibuat dari biji-biji tanaman hutan diselingi manik-manik. Foto: Sapariah Saturi
Gasing dari berbagai daerah merupakan salah satu tampilan di stan Dolanan Kampung Nusantara. Ada banyak permainan-permainan tradisional di sana. Foto: Sapariah Saturi
Gasing dari berbagai daerah merupakan salah satu tampilan di stan Dolanan Kampung Nusantara. Ada banyak permainan-permainan tradisional di sana. Foto: Sapariah Saturi
TIm khusus, buat memastikan kawasan tetap bersih. Foto: Sapariah Saturi
Tim khusus, buat memastikan kawasan tetap bersih. Foto: Sapariah Saturi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,