, ,

Bima Arya: Tri Karsa Bogor, Tekad Bulat Kepala Daerah Untuk Turunkan Emisi GRK

Populasi manusia yang akan tinggal di perkotaan pada 2050, diperkirakan akan mencapai angka 6 miliar jiwa dari jumlah penduduk dunia sekitar 9,6 miliar jiwa. Indonesia, pada tahun tersebut, diprediski sebanyak 68 persen penduduknya akan tinggal di perkotaan. Pada kondisi tersebut, wilayah perkotaan secara global akan menjadi pusat kegiatan sosial ekonomi yang akan menyumbang total emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 70 persen.

Penelitian yang dilakukan ICLEI – Local Governance for Sustainability pada 2014 menunjukkan bahwa pemerintah daerah di Indonesia telah memiliki langkah nyata dalam menurunkan emisi GRK mulai dari mengeluarkan kebijakan efisiensi bahan kendaraan rendah emisi hingga membuat peta jalan rendah karbon untuk mencapai pengurangan emisi jangka panjang.

Kepala daerah tersebut tidak hanya memiliki dukungan dari masyarakat, tetapi juga memiliki ide inovatif, kreatif, dan segar dalam mencapai komitmen global Indonesia pada pengurangan emisi dan adapatasi perubahan iklim sebagaimana terungkap sejak KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil, 1992.

Bogor, merupakan tuan rumah sekaligus satu dari 12 kota di Indonesia yang berkomitmen mendorong pembangunan daerah berkelanjutan berbasis penurunan emisi gas rumah kaca, adaptasi, dan ketahanan terhadap perubahan iklim.

Tekad yang diwujudkan dalam pernyataan bersama kepala daerah pada Senin, 15 Juni 2015 ini, dideklarasikan dengan nama Tri Karsa Bogor. Komitmen ini diharapkan dapat mewujudkan pembangunan daerah yang rendah emisi, meminimalisir dampak negatif pembangunan, dan mereduksi kontribusi kota terhadap peningkatan emisi GRK yang menyebabkan perubahan iklim.

Berikut petikan wawancara Mongabay Indonesia dengan Bima Arya, Wali Kota Bogor, terkait deklarasi Tri Karsa Bogor dan komitmen Bogor menurunkan emisi GRK.

Bima Arya, Wali Kota Bogor, yang bertekad mendorong pembangunan berkelanjutan yang berbasis penurunan emisi gas rumah kaca. Foto: Rahmadi Rahmad
Bima Arya, Wali Kota Bogor, yang bertekad mendorong pembangunan berkelanjutan berbasis penurunan emisi gas rumah kaca. Foto: Rahmadi Rahmad

Mongabay: Bisa dijelaskan mengenai Tri Karsa Bogor?

Bima Arya: Tri Karsa Bogor merupakan tekad bersama kepala daerah di Indonesia guna menjalankan tugas konstitusional membangun kota dan kabupaten dalam skema tata kelola pemerintahan yang baik, maju dan berdaya saing global. Namun, tetap mempertimbangkan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup di semua aspek pembangunan.

Sebagaimana namanya Tri Karsa Bogor, maka tekad ini terdiri Visi, Komitmen, dan Aksi Nyata. Secara garis besar, kami para pemimpin daerah akan membangun daerah dengan menyelaraskan antara target pertumbuhan ekonomi dengan kepentingan sosial masyarakat serta aspek ekologis kawasan.

Kami sepenuhnya menyadari bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kerap menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan kehidupan sosial masyarakat seperti pencemaran, meningkatnya emisi gas rumah kaca, hingga bencana seperti banjir, longsor, atau kekeringan. Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan solusi yang kami yakini dapat mensinergikan hal ini.

Mongabay:  Terkait aksi nyata Tri Karsa Bogor, apa yang nantinya akan dilakukan para kepala daerah?

Bima Arya: Melalui kemitraan dengan ICLEI – Local Governance for Sustainability yang merupakan asosiasi pemerintahan lokal di seluruh dunia yang berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan, ada empat hal yang tertuang dalam Tri Karsa Bogor.

Intinya adalah meningkatkan kerja sama antara kepala daerah guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan, memperluas jaringan dengan kepala daerah di seluruh dunia dengan visi yang sama, menyusun rencana aksi transformatif pembangunan daerah rendah emisi dan berketahanan iklim, dan secara sukarela melaporkan rencana aksi dan capaiannya melalui Carbon Climate Registry yang dikembangkan oleh ICLEI – Local Governance for Sustainability.

 

Mongabay: Bagaimana komitmen Bogor dan kota lainnya terhadap penurunan emisi gas rumah kaca?

Bima Arya: Kita melihat, mengarusutamakan pembangunan berkelanjutan merupakan pekerjaan besar, berat, dan tidak mudah. Kita harus melakukan aksi kolektif guna melakukan pembangunan berkelanjutan ini.

Pastinya, urbanisasi tidak dapat dihindari. Kawasan perkotaan baik di wilayah kota maupun kabupaten nantinya akan menjadi daerah penting yang tidak hanya sebagai sentra ekonomi daerah yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional tetapi juga memastikan terpenuhinya kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. Ini adalah tanggung jawab kami selaku pimpinan daerah.

Kota Bogor bersama kota lainnya yaitu Banda Aceh, Padang, Tangerang, Tangerang Selatan, Pekalongan, Makasar, Balikpapan, Manado, Kupang, dan Bontang, akan menguatkan aksi transpormatif ini dengan pembangunan berkelanjutan dan rendah emisi.

Kami juga menghendaki agar pemerintah pusat mendelegasikan kewenangan dengan memberikan ruang bagi diskresi pemerintah daerah dan perlindungan hukum kepada wali kota atau bupati dan aparatur pemerintah daerah lainnya yang mampu mencapai target adaptasi dan mitigasi perubahan iklim ini.

Tri Karsa Bogor, deklarasi  para kepala daerah di Indonesia sebagai bentuk komitmen penurunan emisi gas rumah kaca. Foto: Rahmadi Rahmad
Tri Karsa Bogor, deklarasi para kepala daerah di Indonesia sebagai bentuk komitmen penurunan emisi gas rumah kaca. Foto: Rahmadi Rahmad

Mongabay: Kegiatan apa  yang telah dilakukan Bogor guna pengurangan emisi gas rumah kaca?

Bima Arya: Kita telah menambah ruang terbuka hijau dengan memperbanyak taman kota. Juga telah menambah lubang resapan biopori dan tengah melakukan kebijakan terhadap kendaraan angkutan kota (angkot) yang bila selama ini operasinya berdasarkan kepemilikan, mulai September 2015 nanti harus berbadan hukum. Termasuk penggunaan bahan bakar gas untuk angkot dan sedang mendesain transportasi ramah lingkungan.

Setiap Senin, pastinya diberlakukan satu hari tanpa kendaraan pribadi. Semua ini merupakan contoh nyata yang telah dilakukan Bogor guna mendukung penurunan emisi.

Mongabay: Termasuk penambahan luasan ruang terbuka hijau yang gencar dilakukan?

Bima Arya: Benar, kita jadikan Bogor sebagai kota hijau yang dikelilingi taman.

Mongabay: Bagaimana cara mengatur angkutan kota yang saat ini penuh sesak dan tentunya berdampak pada polusi?

Bima Arya: Kita telah mengantisipasinya dengan mengurangi angkutan kota (angkot) dan menggantinya dengan Bis Transpakuan. Perbandingannya, tiga angkot akan menjadi satu Transpakuan. Angkot ini nantinya akan disebar ke wilayah pinggiran dan secara perlahan perannya akan digantikan Transpakuan.

Namun, semua ini membutuhkan pendanaan yang kuat, karenanya akan dilakukan bertahap.

Mongabay: Di Bogor, jumlah kendaraan sudah terlalu padat. Dalam seminggu, ada 1.000 unit kendaraan baru, yaitu 800 unit sepeda motor dan 200 unit mobil. Bagaimana mengatasinya?

Bima Arya: Pemerintah Bogor tidak bisa menghentikannya, karena ini merupakan kebijakan pemerintah pusat. Kita tidak bisa melarang orang membeli mobil. Sehingga, kebijakannya lebih pada pemberlakuan tarif parkir. Dengan begitu, orang akan lebih suka menggunakan kendaraan umum.

Dengan kata lain, bukan melarang membeli mobil tapi lebih pada memperbaiki layanan transportasi publik sehingga masyarakat nantinya akan menggunakan transportasi publik.

Kebun Raya Bogor, saksi hijau dideklarasikannya Tri Karsa Bogor. Foto: Rahmadi Rahmad
Kebun Raya Bogor, saksi hijau dideklarasikannya Tri Karsa Bogor. Foto: Rahmadi Rahmad

Mongabay: Sejauh ini, apakah ada kerja sama dengan universitas atau lembaga penelitian guna mengurangi emisi gas rumah kaca di Bogor?

Bima Arya: Kita telah melakukan kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) guna melakukan kajian tingkat emisi atau polusi. Kita juga tengah menggagas kerja sama untuk melakukan pendataan pohon-pohon di Kota Bogor.

Ada juga lembaga dari Perancis yang melakukan pengukuran emisi di permukiman masyarakat.

Mongabay: Terkait Tri Karsa Bogor, alasan utama dipilihnya Bogor?

Bima Arya: Saya selalu menyatakan bahwa Bogor siap memfasilitasi pertemuan daerah untuk memperkuat komitmen penurunan emisi gas rumah kaca. Bogor juga akan mendapatkan banyak manfaat dari inisiasi ini mulai dari pengalaman hingga jaringan kerja.

Mongabay: Menuju konferensi perubahan iklim COP Paris nanti, apakah ada langkah strategis yang telah dipersiapkan?

Bima Arya: Kita telah meminta ICLEI untuk membimbing apa saja kesepakatan yang nantinya dapat diturunkan dalam kebijakan konkrit. Desember nanti, pastinya akan ada hal yang kami sampaikan dalam forum. Saat ini sedang disusun.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , ,