, , ,

Bicara Soal Lingkungan, Ini Kata Wapres Jusuf Kalla

Pagi itu, Kamis (18/6/15), Wakil Presiden Jusuf Kalla, menghadiri pembukaan Pekan Lingkungan dan Kehutanan 2015 di Jakarta Convention Centre. Di sana, ada beragam kegiatan diusung sebagai rangkaian Hari Lingkungan Hidup 2015. Ada pameran beragam produk hijau, diskusi-diskusi, maupun workshop, bertema lingkungan. Ada juga Eco Driving Fun Rally di Parkir Timur Senayan hingga pelepasan 1.000 Balon Share Your Dreams. Ini sebagai ajakan mewujudkan mimpi menjadi aksi nyata dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Berbagai kegiatan ini berlangsung hingga Minggu (21/6/15).

“Ada tiga hal perlu dijaga demi masa depan, pertama, memanfaatkan tehnologi, kedua, jaga lingkungan buat warisan kedepan dan ketiga, menghormati HAM. Tiga hal ini selalu bersamaan demi kepentingan bersama,” kata Wapres JK, saat itu.

Dia mengatakan, dalam beberapa tahun ini banyak terjadi perubahan dalam melihat masa depan. Dia mencontohkan, pada tahun 70-an, disebut bergensi itu kalau pengusaha, pejabat, maupun orang-orang kaya, yang bisa menebang pohon.

“Orang kaya dengan mencari hutan. Bagaimana hutan mau dibabat. Kala itu (Kementerian) Kehutanan jadi powerfull,” katanya.

Dampak semua itu baru terasa saat ini. Rakyat dan pemerintah mendapat berkah dengan banjir, longsor, kurang air, dan iklim sulit. “Karena hutan tak dijaga dengan baik.”

Dulu, katanya, meningkatkan cetakan sawah dengan membabat hutan, salah satu program satu juta hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah. “Akibatnya kehancuran lingkungan.”

Arang briket organik di pameran produk KLHK. Foto: Sapariah Saturi
Arang briket organik di pameran produk KLHK. Foto: Sapariah Saturi

Ada lagi, kata JK, karena ingin memenuhi gaya konsumsi, bukit-bukit di Dieng ditanami kol, sampai kentang. “Lalu longsor tiap tahun.  Tanaman yang tidak sesuai dengan iklim tropis, dipaksakan. Hancurlah. Semua hal itu, jika tak disesuaikan dengan daya dukung lingkungan jadi hancur,” ucap Wapres.

Jadi, katanya, menjaga ekosistem hutan itu sama dengan menjaga keseimbangan. “Saat air banyak, disimpan. Saat perlu, dikeluarkan.”

Berbicara lingkungan,  katanya, tak hanya itu tetapi lebih luas lagi. Soal lingkungan, katanya,  juga penghematan energi. “Dulu, orang merasa hebat jika memiliki konsesi batubara.”

Padahal, katanya, memakai batubara itu sumber listrik kotor jika diproses tak benar. Dengan menggunakan teknologi, kata JK, sebenarnya, banyak sumber energi terbarukan bisa dikembangkan, seperti tenaga angin, air, surya, sampai panas bumi. Menurut dia, mengelola listrik dengan efesien juga upaya menjaga lingkungan.

Produk hijau juga menjadi tuntutan pasar global saat ini. Dulu, kata JK, orang bangga ekspor dari hasil kayu membabat hutan. “Sekarang, kalau tidak label hijau tak ada yang mau membeli.”

Produk daur ulang sampah plastik menjadi tas, dompet dan souvenir lain di stan Pemerintah Jakarta. Foto: Sapariah Saturi
Produk daur ulang sampah plastik menjadi tas, dompet dan souvenir lain di stan Pemerintah Jakarta. Foto: Sapariah Saturi

Lingkungan,  ucap JK, juga bicara pola konsumsi. “Cara makan. Prinsip makan jangan seperti restoran, makan sedikit, sisa buang. Hingga 25% sisa makan di dunia. Kalau itu tak terjadi, sebenarnya tak perlu impor beras.”

JK menyimpulkan, berbicara lingkungan tak hanya soal produksi juga konsumsi. “Kalau bicara lingkungan itu, bicara tentang cara hidup. Cara ambil kebijakan, memanfaatkan teknologi, cara belanja dan lain-lain.”

Pameran produk hijau

Pada hari itu, JK bersama Menteri Lingkungan dan Kehutanan, Siti Nurbaya, melihat-lihat pameran produk dan praktik-praktik ramah lingkungan, terutama dilakukan masyarakat maupun komunitas di berbagai daerah. Tampak stan-stan pameran pemerintah daerah, maupun perusahaan-perusahaan dengan menampilkan produk mitra binaan mereka.

Beragam produk ada di sana. Ada produk daur ulang dari sampah, berupa tas, patung sampai souvenir-souvenir lain. Ada snack dan minuman, shampo, sabun cuci perabotan sampai batik dari mangrove. Lalu, madu hutan dari berbagai daerah, sampai arang briket organik.

Siti Nurbaya mengatakan, kegiatan ini sebagai salah satu upaya memperkenalkan luas kepada masyarakat mengenai praktik-praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. “Pemahaman publik modal penting dalam menata lingkungan lebih baik. Ini perlu partisipasi semua pihak, masyarakat, pengusaha maupun pemerintah.”

Pelepasan peserta eco driving rally di Parkir Timur Senayan. Foto: Humas KLHK
Pelepasan peserta eco driving rally di Parkir Timur Senayan. Foto: Humas KLHK

Eco driving

Pada Sabtu(20/6/15), Menteri Siti melepas peserta Eco Driving Fun Rally di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Sebanyak 100 peserta workshop dan 60 mobil berbagai tipe dan kategori mengikuti rally ini. Tujuan kegiatan ini guna meningkatkan kesadaran pengendara bermotor untuk menghemat konsumsi bahan bakar dan biaya operasional, keselamatan berlalu-lintas, serta peningkatan kualitas lingkungan.

Siti  mengatakan, eco driving ini bagian kreativitas untuk kampanye perubahan perilaku. “Kampanye publik menjadi sangat penting karena dalam mengatasi persoalan-persoalan lingkungan perlu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan menumbuhkan pemahaman dan niat berbuat lebih ramah pada lingkungan. Eco driving merupakan aksi nyata bersama penghematan bakar.”

Menteri LHK, Siti Nurbaya, kala menyaksikan para ibu-ibu membuat kerajinan tangan dari sampah. Foto: Sapariah Saturi
Menteri LHK, Siti Nurbaya, kala menyaksikan para ibu-ibu membuat kerajinan tangan dari sampah. Foto: Sapariah Saturi
Patung dari sampah kertas. Foto: Sapariah Saturi
Patung dari sampah kertas. Foto: Sapariah Saturi
Sirup dari mangrove. Foto: Sapariah Saturi
Sirup dari mangrove. Foto: Sapariah Saturi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,