, ,

Satwa Endemik Kalimantan Ini Unjuk Kebolehan di Alam Liar

Menyaksikan bekantan di alam liar, mungkin hal biasa. Tapi tak semua orang dapat melihat secara langsung bagaimana perilaku hidup satwa dengan nama Latin Nasalis larvatus itu.

Kisahnya berawal dari perjalanan PandaClick WWF-Indonesia Program Kalimantan Tengah ke Desa Tumbang Bulan, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan, akhir Mei 2015 lalu.

Kala itu, suasana di Sungai Bulan masih sepi dari aktivitas nelayan. Tiba-tiba saja, serombongan monyet Belanda ini menceburkan diri ke air. Mereka berusaha sekuat tenaga menyeberangi sungai. Beberapa di antaranya terpantau masih berusia relatif muda. Namun, ketangkasannya menjinakkan arus sungai sungguh mengagumkan.

Berhasil menyeberangi sungai, sang induk jantan pun mengambil-alih tongkat komando. Dia seperti mempertontonkan kemampuan terbaiknya. Memanjat pohon setinggi mungkin, dan mengamati keadaan sekitar.

Sejurus kemudian, satwa itu mengeluarkan lengkingan suara yang sangat keras. Sekonyong-konyong memberi kabar kepada anggota keluarganya bahwa ada ancaman yang sedang mengintai.

Tidak berselang lama, sang induk jantan itu meloncat dari ketinggian dan hinggap di antara ranting pohon yang lebih rendah. Selanjutnya, bekantan itu menghilang ditelan rimba. “Luar biasa,” kata Victor Fidelis Sentosa, salah seorang fotografer WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat yang berhasil mengabadikan momentum langka itu.

Si hidung panjang ini ternyata memiliki kemampuan luar biasa di alam liar. Dia bisa survive di mana saja. Menceburkan diri ke sungai, berenang, memanjat, hingga meloncat dari pohon ke pohon. Adegan demi adegan terekam jelas dalam lensa kamera.

Salah satu kawanan bekantan (Nasalis larvatus) sedang unjuk kebolehan dengan cara berenang menyeberangi Sungai Bulan, di Desa Tumbang Bulan, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Foto: Andi Fachrizal
Salah satu kawanan bekantan (Nasalis larvatus) sedang unjuk kebolehan dengan cara berenang menyeberangi Sungai Bulan, di Desa Tumbang Bulan, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Foto: Andi Fachrizal
Seekor induk jantan bekantan berusaha memanjat pohon setinggi-tingginya untuk memantau kondisi di sekitar habitatnya dari berbagai ancaman. Foto: Andi Fachrizal
Seekor induk jantan bekantan berusaha memanjat pohon setinggi-tingginya untuk memantau kondisi di sekitar habitatnya dari berbagai ancaman. Foto: Andi Fachrizal

Pendekatan komunikasi partisipatif

PandaClick hadir di wilayah Taman Nasional Sebangau untuk mengulang sukses program komunikasi partisipatif ini di Kalimantan Barat. “Kita tertarik melakukan pendekatan visual untuk mengungkap potensi serta berbagai persoalan di tingkat masyarakat yang bermukim di remote area,” kata Nina Nuraisyiah, Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Program Kalteng.

Menurutnya, ada banyak persoalan di sekitar dan di dalam kawasan Taman Nasional Sebangau yang belum terungkap. Pihaknya coba membantu pemerintah melalui Program PandaClick dengan harapan persoalan itu menemukan solusi yang cocok.

“Misalnya, tidak semua orang tahu dan paham apa saja potensi yang ada di kawasan Taman Nasional Sebangau. Begitu pula persoalan yang dihadapi masyarakat nelayan. Bagaimana hasil tangkapannya. Jenis satwa apa saja yang ada, dan sebagainya,” urai Nina.

Melalui pendekatan komunikasi partisipatif seperti ini, jelasnya, masyarakat dari berbagai latar belakang ekonomi dan usia, bisa bersuara melalui foto. “Biarkan saja masyarakat yang menyuarakan dirinya sendiri, budayanya, lingkungannya, dengan foto hasil jepretan mereka sendiri.”

Sementara Koordinator Pengembangan Sosial Ekonomi WWF-Indonesia Program Kalimantan Tengah, Didiek Surdjanto mengatakan Taman Nasional Sebangau sejatinya memberikan nilai tambah ekonomi buat masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan. Namun hingga saat ini, nelayan mengaku penghasilan mereka cenderung turun.

“Ini yang perlu kita cari tahu penyebabnya. Tentu lewat foto. Semoga PandaClick bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat nelayan. Setidaknya mampu meretas kebuntuan persoalan yang dihadapi masyarakat nelayan, baik di Kereng Bengkirai maupun di Tumbang Bulan,” ucapnya.

Seorang peserta Program PandaClick WWF-Indonesia Program Kalteng sedang berusaha memotret sebuah objek di bantaran Sungai Sebangau, Kelurahan Kereng Bengkirai, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Foto: Andi Fachrizal
Seorang peserta Program PandaClick WWF-Indonesia Program Kalteng sedang berusaha memotret sebuah objek di bantaran Sungai Sebangau, Kelurahan Kereng Bengkirai, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Foto: Andi Fachrizal

Koordinator Komunikasi Program Kalimantan Barat WWF-Indonesia sekaligus inisiator PandaClick, Jimmy Syahirsyah mengatakan sejauh ini kita hanya mendengar ragam informasi di Taman Nasional Sebangau. Tapi kita nyaris tak pernah tahu wujud nyata informasi itu, selain sebatas cerita.

“Nah, program ini mengajak masyarakat setempat untuk berkontribusi menyuarakan ragam persoalan dan potensi sebuah kawasan melalui foto. Biarkan foto yang bercerita. Biarkan foto yang memberi kabar. Itulah semangat nyata PandaClick,” kuncinya.

Perilaku bekantan, urai Jimmy, menjadi contoh nyata yang bisa dijadikan indikator kepada publik bahwa satwa ini tak sekadar bisa memanjat pohon, tapi juga bisa berenang dan meloncat. “Saya kira ini bukan hanya cerita, tapi fakta yang disuarakan lewat foto,” ucapnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,