,

Wow! Tulang Ikan Ini Bisa jadi Obat dan Keripik

Guna menstimulasi penyembuhan dan mengisi defek tulang ternyata bisa menggunakan tulang tuna. Kini, limbah ikan inipun bisa dimanfaatkan. Temuan ini dilakukan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Mereka adalah Ananda Mutiara Wening, Firda Arifatul F., Dian Az Zahra, Safira Putri Latifa, Putri Ramelia Y. Kelimanya mencoba meneliti tulang tuna sirip kuning (Thunnus albacares) sebagai bahan alternatif bonegraft (cangkok tulang).

Safira Putri mengatakan, tulang tuna kuning banyak dijumpai di Indonesia. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan 2014 menyebutkan, produksi tuna Indonesia rata-rata 613.575 ton per tahun atau Rp6,3 triliun. Konsumsi masyarakat tinggi menghasilkan limbah jumlah besar.

Selama ini, tulang tak banyak bermanfaat. Kebanyakan hanya sebagai pakan ternak, belum untuk hal lain seperti pengobatan. “Dalam tulang tuna ini memiliki kandungan mineral tinggi.”

Kandungan kalsium terutama bagian tulang ikan, membentuk kompleks dengan fosfor dalam bentuk apatit atau trikalsiumfosfat yang mudah diserap tubuh hingga 60-70%.

Dia berharap, temuan ini dapat meningkatkan nilai ekonomis tulang tuna sekaligus mengatasi permasalahan lingkungan. Tulang sebagai alternatif bonegraft juga murah.

“Jadi tulang tuna berpotensi menjadi sumber alami  hidroksiapatit murah dan memiliki potensi besar di masa depan,” ucap Putri.

Ananda, rekan satu tim menambahkan, dari percobaan secara in vivo menggunakan hewan coba tikus wistar menunjukkan ada perubahan signifikan dari jumlah yang berperan dalam pembentukan tulang. Terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan material bonegraft tulang tuna dibandingkan kelompok kontrol positif menggunakan sintesis dari bahan lain dan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan.

“Dengan penambahan bonegraft tulang tuna memperlihatkan peningkatan jumlah sel osteoblas dan kolagen secara signifikan.”

Meskipun  tulang tuna sirip kuning telah teruji, katanya, kedepan perlu uji klinis lanjutan mengetahui reaksi pada tubuh manusia.

Kasus kerusakan tulang dewasa ini banyak terjadi di Indonesia. Penanganan akibat kerusakan tulang biasa dengan memberikan material sintetis untuk mempercepat pembentukan tulang. Pemenuhan material ini masih impor hingga harga relatif mahal.

“Kedepan masih perlu uji klinis lebih lanjut mengetahui reaksi terhadap tubuh manusia.”

Obat untuk bonegraft dari  tulang  tuna karya mahasiswa UGM. Foto: Humas UGM
Obat untuk bonegraft dari tulang tuna karya mahasiswa UGM. Foto: Humas UGM

Keripik tulang tuna

Selain itu, limbah tuna juga bisa menjadi kripik. Dua mahasiswa Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian UGM, Sari Asrini dan Dwi Retno Wulandari mengolah limbah tuna menjadi makanan ringan berbentuk chips (keripik) diberi label Fish Bone Calcium Chips atau sering disebut FB Calchips.

“Kami mencoba berinovasi memanfaatkan tulang tuna yang belum dimanfaatkan, padahal memiliki kalsium tinggi,” kata Sari.

Inovasi produk ini,  katanya, diharapkan mampu membantu memenuhi kebutuhan kalsium masyarakat yang masih cukup rendah, berkisar antara 270-300 mg per hari. Padahal, asupan kalsium dianjurkan menurut standar internasional 1.000-1.200 mg per hari.

Rendahnya asupan kalsium, katanya,  menjadikan masyarakat rawan penyakit defisiensi kalsium yang menyebabkan gangguan tulang. Dalam satu gram keripik atau setara satu keping keripik mengandung 16,8 mg kalsium.

“Jadi, hanya menyantap 60-70 keping Calchips per hari dapat memenuhi asupan konsumsi kalsium tubuh.”

Tuna memiliki kandungan kalsium tertinggi dibanding ikan lain yaitu berkisar antara 12,9%-39,24%. Tulang diperoleh dari sentra produksi steak di Sonosewu, Bantul. Tulang tuna dijadikan tepung dengan mempresto terlebih dahulu dan ditumbuk lalu dikeringkan. “Dari satu kg tulang tuna biasa dihasilkan 400 gram tepung,”  kata Sari.

Untuk menghasilkan keripik, selain menambahkan tepung tulang, juga pakai tepung kentang dan sagu. Bahan-bahan ini dicampur dengan margarin, bumbu seperti bawang putih dan bawang merah, garam dan air.

“Camilan ini menyehatkan karena tidak mengandung MSG. Kami tidak menambahkan penyedap rasa buatan dalam keripik ini.”  Mereka belum produksi massal. Saat ini fokus penyempurnaan dan modifikasi produk.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,