Musim kemarau kekurangan pasokan air bersih? Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan pulau-pulau kekurangan air bersih atau air layak konsumsi? Ke depan, hal-hal semacam ini tak perlu terjadi.
Lima Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, yakni, Giga Verian Pratama, Suwastika Wijayanti, Shabrina Hayu Adhani dari jurusan Fisika, Tri Dian Dhaneswara dan Rahmat Juliansyah, jurusan Teknik Mesin punya solusi cerdas mengatasi krisis air lewat Ocean Windmill Desalinator (Omitor).
Ketua Tim Giga Verian Pratama mengatakan, kebutuhan air bersih makin hari makin meningkat. Selama ini, banyak cara mengatasi krisis air, seperti mengubah air banjir menjadi air bersih, air tercemar jadi air bersih dan lain-lain. Namun, ada sumber besar yang belum tergarap, yakni menjadikan air bersih dari air laut. Omitor menjadi jawaban. Alat ini bisa mengubah air laut menjadi air bersih.
“Omitor sebagai alat mengubah air laut menjadi air bersih siap pakai, sumber air stabil, dan mengurangi penggunaan air tanah,” katanya, Senin (6/7/15).
Omitor menggunakan cahaya matahari sebagai pemanas, lalu angin sebagai penggerak pompa. Untuk desalinasi menggunakan metode evaporasi. Metode desalinasi air laut tidak hanya mendapatkan air bersih, juga memanfaatkan endapan garam yang berguna bagi masyarakat.
Bagaimana cara kerjanya? Langkah awal desalinasi, air laut dipompa lalu menuju tangki menggunakan pompa bertenaga kincir angin. Air dipanaskan dengan sinar matahari. Perlahan air dalam tangki menguap dan uap akan menempel pada atap Omitor. Perlahan uap turun karena atap Omitor dibuat miring lalu uap mengalir menuju penampungan. Endapan garam tersisa pada tangkipun dapat diangkat.
Alat ini, katanya, bisa berguna mengatasi masalah krisis air bersih di berbagai daerah. Setelah Omitor layak konsumsi, katanya, mereka akan survei pendapat masyarakat dari berbagai kalangan tentang Omitor.
“Kalau dirasa memenuhi kualitas dan kelayakan konsumsi, Omitor siap diperkenalkan kepada masyarakat hingga dapat membantu krisis air bersih.”
