,

Kabut Asap di Riau Memburuk, Warga Mulai Terserang Penyakit Saluran Pernafasan

Kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Riau, makin memburuk. Ratusan titik panas kembali terpantau di Riau setelah beberapa hari dilaporkan nihil. Sejumlah warga dilaporkan mulai menderita infeksi saluran pernafasan.

Pantauan satelit Terra Aqua oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Kamis (9/7/15) sore mendeteksi 176 titik panas di Sumatera, sebanyak 154 di Riau. Dengan tingkat keyakinan lebih 70% atau besar kemungkinan di lokasi ada titik api, 106 titik. Kabupaten Rokan Hilir paling banyak 39 titik, disusul Pelalawan (32), Bengkalis (11), Indragiri Hulu (10), Dumai (6) dan Kampar serta Pekanbaru masing-masing (2), Siak (1), dan Indragiri Hilir (1).

Pada Jumat (10/7/15) pagi titik panas di Sumatera makin banyak 215 titik, 192 di Riau. Empat kabupaten di Riau paling banyak titik panas yakni Rokan Hilir (63), Pelalawan (53), Indragiri Hulu (20) dan Bengkalis (17).

Indeks standard pencemaran udara (ISPU) di Pekanbaru pagi menunjukkan level tidak sehat. Level ini tidak bergerak sejak Kamis malam. Pantauan Mongabay di sejumlah ruas jalan, warga tampak mulai memakai masker.

Ida, warga Pekanbaru baru turun dari Bus Trans Pekanbaru mengatakan, udara sudah tidak sehat lagi. “Apalagi yang punya bayi. Sudah ada mulai sakit-sakit. Saya sudah batuk-batuk maka pakai masker,” katanya.

Kualitas udara memburuk memaksa Kepala Sekolah SDN 151 Pekanbaru di Kecamatan Marpoyan Damai membatalkan pengajian mingguan siswa yang biasa digelar setiap Jumat pagi di lapangan sekolah.

“Baru hari ini asap parah. Kita suruh ngaji di dalam kelas. Memang belum ada yang pakai masker tetapi mereka itu rumah jauh-jauh jadi kasihan kalau banyak kegiatan di luar ruangan dengan asap seperti ini,” kata Elidawati Simatupang, guru sekolah.

Warga lain, Deni, wiraswasta Pekanbaru mengatakan, meskipun kabut asap menyesak pernafasan, dia justru berolahraga di lapangan Mesjid Agung Annur Pekanbaru. Dia tampak berjalan mengitari lapangan bersama rekannya. Pagi itu, sekitar 10 orang berolahraga. “Mau gimana lagi. Ini kita paksakan sekadar memanfaatkan waktu kosong.”

Slamet Riyadi, dari BMKG Pekanbaru  mengatakan, secara umum kondisi cuaca Riau cerah berawan. Peluang hujan dengan intensitas ringan tidak merata pada malam atau malam dini hari terjadi di Riau bagian tengah dan pesisir Timur.

Sebelumnya,  BMKG memperkirakan musim panas dan kering akan berlangsung cukup lama hingga Oktober, berarti besar kemungkinan Lebaran kali ini akan diselimuti kabut asap. “Cuaca kemungkinan hampir sama kering pada beberapa hari ke depan. Potensi hujan mulai ada minggu-minggu akhir Juli. Jadi masih kering pas Lebaran.”

Mulai terserang penyakit

Sementara itu, sejumlah warga mulai terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) karena menghirup asap sejak satu pekan terakhir. Di Puskesmas Langsat, Kecamatan Sukajadi Pekanbaru, setidaknya ada 56 pasien ISPA sejak 29 Juni lalu.

 Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan pada level tidak sehat pada Jumat pagi. Sebagian warga sudah menggunakan masker. Warga juga mulai terserang penyakit saluran pernafasan. Foto: Zamzami
Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan pada level tidak sehat pada Jumat pagi. Sebagian warga sudah menggunakan masker. Warga juga mulai terserang penyakit saluran pernafasan. Foto: Zamzami

Refni Erwanis, bidan puskesmas itu mengatakan sejak akhir Juni, Dinas Kesehatan kota telah meminta seluruh Puskesmas dan layanan kesehatan lain mendata dan melaporkan warga terkena ISPA setiap har.

Musim kabut asap kali ini terjadi menjelang hari cuti bersama Idul Fitri, di mana hampir semua orang memanfaatkan waktu berlibur dan beraktivitas di luar ruangan seperti berekreasi di tempat-tempat hiburan.

Terkait itu Refni mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memaksakan diri berkegiatan di luar ruangan selama kebakaran hutan dan lahan guna mengurangi dampak kesehatan.

“Yang paling rentan itu anak-anak. Mungkin bisa saja rekreasi tapi pakai mobil. Jangan lama-lama di ruang terbuka dan perbanyak minum air putih. Kalau ada keluhan silakan datang ke Puskesmas karena ada petugas piket selama liburan.”

Masyarakat kecewa

Pada November 2014, Presiden Joko Widodo, blusukan asap ke lahan gambut terbakar di Desa Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Di desa itu Jokowi menyatakan akan berusaha keras menghentikan kebakaran hutan Riau yang terjadi sejak 17 tahun lalu. Di hadapan masyarakat dan media, Jokowi berjanji meninjau izin konsesi perusahaan perkebunan yang terbukti merusak hutan.

Namun kunjungan itu belum berdampak nyata. Kabut asap masih juga terulang. Menurut Deni, wiraswasta Pekanbaru, tidak ada perubahan dari bencana asap ini. “Sama buruk.” Keseriusan penegak hukum, katanya,  dalam memutuskan perkara kebakaran hutan tidak ada. Jika ada, yang ditangkap hanya pesuruh, bukan pemilik perusahaan atau pemilik modal. “Kalau pun ada bos yang ditangkap hanya sesaat, setelah itu bebas. Jadi tidak ada efek jera,” katanya.

Senada dengan Deni, Direktur Wahli Riau, Riko Kurniawan mengatakan, era Jokowi kasus hukum kebakaran hutan perusahaan di Riau justru divonis bebas. Pemerintah,  saat ini lebih fokus upaya pemadaman api daripada memulihkan lahan gambut dan menyelamatkan dari eksploitasi perkebunan.

“Padahal, persoalan mendasar kebakarannya itu rusaknya lahan gambut dan eksploitasi lahan gambut. Jadi sekarang ini belum pada akar persoalan. Seharusnya, yang harus didorong pemerintah memulihkan lahan gambut.”

Riko mengatakan, janji-janji pemerintah tidak disertai keberanian bertindak. Seperti janji mengaudit dan revisi perizinan hingga sekarang tidak terjadi. Pemerintah, tidak berhasil memanfaatkan momentum kebakaran untuk mengatasi masalah dasarnya. Dia menilai, pemerintah hanya membuang-buang uang jika fokus penanggulangan kebakaran hutan hanya pada pemadaman.

“Jokowi mandeg. Seperti kasus PT LUM yang akan diberikan kepada masyarakat sampai sekarang lambat sekali. Janji mengaudit revisi perizinan dan penegakan hukum lemah.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,