,

Dari Bantar Gebang, Karya Menawan Ini Terbang ke Belanda

Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Jakarta, sejak Mei hingga akhir Juli 2015 tengah memamerkan kerajinan cantik dengan desain unik seperti tempat lilin, gelas, vas bunga, botol cuka, kursi, jam dinding, bantal, dan tas. Barang-barang tersebut terlihat elegan alias tidak murahan.

Namun, siapa sangka, produk itu justru sebagian besar berasal dari sampah restoran dan tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi. Karya menawan dari Ffrash ini, nyatanya begitu digandrungi para ekspatriat dan pernah pula dipajang pada pameran Dutch Design Week 2013, Eindhoven, Belanda.

Ffrash merupakan lembaga nonprofit yang didirikan oleh Gina Provo-Kluit pada 2012, namun sejak Maret 2015 dikelola oleh Karin dan Renate Joossink. Meski dirikan oleh warga asing, tapi para pembuat produk tersebut adalah mantan anak-anak jalanan di Bekasi. Brand Ffrash ini merupakan kombinasi kata trash dan fresh. “Ini jalan positif untuk membuat sesuatu yang baru dari sampah, produk yang cantik,” ujar Renate.

Renate menuturkan, awalnya Ffrash bekerja sama dengan Kampus Diakonia Modern (KDM), yayasan lokal yang menawarkan tempat singgah untuk mantan anak jalanan di Indonesia. Merekalah yang kemudian menyediakan fasilitas dan selanjutnya anak-anak tersebut mendapat pelatihan dari desainer Indonesia dan Belanda. “Melalui KDM,  kami memberi mereka kesempatan kedua, sekaligus menolong masa depannya,” ujarnya melalui surat elektronik, Selasa (7/7/15).

Sejumlah produk menawan yang berasal dari barang bekas. Sumber: Ffrash
Sejumlah produk menawan yang berasal dari barang bekas. Sumber: Ffrash

Bekas anak jalanan ini sudah 1,5 tahun bergabung dengan Ffrash. Mereka diajarkan bekerja dengan segala jenis peralatan sekaligus mengembangkan kemampuannya. Sedangkan para desainer mengajari mereka bagaimana membuat produknya.

Setiap tahun, kata Renate, mereka bekerja sama dengan para desainer berbeda. Tahun pertama dengan Studio OOMS, lalu dengan Karin van Lieshout. Tahun ini Ffrash berkolaborasi dengan desainer Indonesia, Karsa, yang  terdiri dari Joshua Simandjuntak, Irma Febriani, Diaz Adisastomo, dan Frachril Fathiansyah. “Mereka menciptakan brand baru untuk koleksi produk Ffrash yang dinamai Trashure.”

Urusan bahan baku, saking melimpahnya sampah, Ffrash tidak kesulitan mendapatkannya. Ada TPA Bantar Gebang. Bahan yang dicari biasanya tutup botol minuman, lampu pancing, atau botol anggur dari restoran.

Dari ribuan tutup botol yang terkumpul, mereka membuat jam dinding dan kursi yang harganya berkisar Rp300 – 600 ribu. Botol anggur yang telah didesain dibandrol Rp 150 – 300 ribu. Sedangkan lampu nelayan dijual dengan kisaran Rp 450 – 700 ribu. Sementara sisa jeans dan botol plastik yang dibuat bantal, dijual seharga Rp 700 ribu.

Jam dinding yang berasal dari tutup botol bekas. Setelah didesain tampilannya sungguh mengagumkan. Sumber: Ffrash
Jam dinding yang berasal dari tutup botol bekas. Setelah didesain tampilannya sungguh mengagumkan. Sumber: Ffrash
Vas bunga yang terlihat indah setelah didesain menarik. Sumber: Ffrash
Vas bunga yang terlihat indah setelah didesain menarik. Sumber: Ffrash

Setiap rupiah yang terkumpul diberikan kepada bekas anak jalanan yang membuat karya tersebut. Sementara Renate dan rekannya bekerja 100 persen sebagai relawan. “Kami tak hanya mengajarkan mereka bekerja dengan alat dan membuat barang, tetapi juga melatih mereka bertanggung jawab, bagaimana mengelola aspek sosial dan emosi,” ujar Renata.

Renate mengatakan, produk Ffrash ini disambut antusias oleh pembeli atau pengunjung pameran. Mereka tidak menyadari produk cantik yang mereka lihat berasal dari sampah. Umumnya, pembelinya para ekspatriat, tapi juga ada orang Indonesia.

Ffrash memang mengekspor produk tersebut ke Belanda tapi tak begitu banyak. Sementara, untuk penjualan di Indonesia, perempuan ini mengaku masih sulit. Menurutnya, yang terpenting adalah masyarakat tahu tentang Ffrash dan membeli produknya lengkap dengan alasannya. “Ini penting untuk menyebarkan filosofi kami,”ujarnya.

Ffrash merupakan lembaga nonprofit. Mereka mengajarkan mantan anak-anak jalanan agar memiliki keahlian. Sumber: Ffrash
Ffrash merupakan lembaga nonprofit. Mereka mengajarkan mantan anak-anak jalanan agar memiliki keahlian. Sumber: Ffrash
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,