,

Suara Nahdliyin: Ketua NU Terpilih Harus Pro Lingkungan

Kaum Nahdliyin atau Nahdlatul Ulama (NU) pada 1-5 Agustus 2015 menggelar Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur, untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Front Nahdliyyin dan Gusdurian punya pandangan dan harapan penuh terhadap pemimpin NU peduli lingkungan dan memperhatikan persoalan konflik agraria dan sumber daya alam yang banyak terjadi di kantong-kantong warga Nahdliyin.

Alissa Wahid, kordinator nasional Gusdurian berharap, ketua NU terpilih memperhatikan persoalan sumber daya alam dan lingkungan.

Setiap kebijakan pemimpin NU, katanya. harus mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan umat. Hingga ketua NU terpilih perlu membuat panduan dan pemahaman kepada kiai-kiai NU di daerah untuk mengetahui seluk-beluk masyarakatnya. Jadi, ketika datang industri, pertimbangan harus matang, tidak hanya kesejahteraan umat juga kelestarian lingkungan.

“Pengurus PBNU harus berikan panduan dan komitmen menjaga lingkungan terutama sumber daya alam untuk kepentingan umat, bukan segelintir golongan,” katanya, kepada Mongabay, akhir Juli.

Roy Murtahdo dari Front Nahdliyin Untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam  (FNKSDA) mengatakan, agar NU menilik kembali makna kedaulatan yang selama ini dipahami hanya sebatas perkara tapal batas. Sembari bersikap terbuka terhadap perusahaan-perusahaan yang merusak dan mengeruk SDA Indonesia.

“Kami mengajak angkatan muda NU lebih peduIi dan terlibat terhadap problem-problem rakyat seperti konflik agraria.”

FNKSDA berharap, siapapun ketua umum PBNU akan peduli dengan problem-problem konflik agraria yang menimpa rakyat Indonesia. Terlibih, saat ini banyak menimpa Nahdliyin yang sebagian besar di desa-desa, seperti kasus Urutsewu di Kebumen, Wongsorejo Banyuwangi dan masih banyak kasus lain.

Dia mengatakan, dari beberapa calon, semua tidak mempunyai rekam jejak peduli lingkungan.

“Muktamirin bisa memilih calon ketua PBNU yang punya rekam jejak memperjuangkan lingkungan. Ketua PBNU yang harus bersikap tegas terhadap kiai-kiai yang terbukti terlibat perusakan lingkungan,” kata Roy.

Muhnur Satyaprabu dari Walhi Nasional mengatakan, fakta konflik SDA dan lingkungan meningkat, dan banyak daerah-daerah konflik merupakan kantong-kantong Nadhliyin. 

Untuk itu, NU harus bergerak  bersama-sama dengan  warga merebut haknya. “Kami berharap NU mampu terlibat aktif mendampingi warga, jangan malah jadi bagian personal korporasi perusak lingkungan.” Menurut dia,  perlu kebijakan NU secara lembaga menyikapi persoalan lingkungan dan konflik-konflik SDA yang terjadi.

Eko Cahyono dari Sajogyo Institute mengatakan, melek agraria penting dimulai dari awal. Sebab, hubungan manusia dengan tanah tak hanya hubungan ekonomi namun hubungan berlapis, seperti hubungan sosial, budaya sampai religi.

Data Konsorsium Pembaruan Agraria, dalam 2014, sedikitnya terjadi 472 konflik dengan luas mencapai 2.860.977 hektar. Konflik ini melibatkan sekitar 105.887 keluarga. Dari jumlah itu, konflik agraria menyangkut infrastruktur terkait MP3EI sekitar 1.215 (45,55%). Disusul perkebunan 185 kasus (39,19%), sektor kehutanan 27 kasus (5,72%), pertanian 20 (4,24%), pertambangan 12 (2,97%), perairan dan kelautan empat kasus (0,85%, dan lain-lain tuh konflik (1,48%).  Jika dibandingkan dengan 2013, terjadi peningkatan sebanyak 103 kasus (27,95). Catatan KPA, periode 2004-2014, terjadi 1.520 konflik, dengan luasan 6.541.951 hektar, melibatkan 977.103 keluarga.

Dari luasan konflik, perikanan dan kelautan mencapai 1.548.150 hektar (54,1%), perkebunan 924,740 ribu hektar (32,32%), dan kehutanan 271,544 ribu hektar (9,49%). Lalu, infrastruktur 74,405 ribu hektar (2,6%), pertanian 23.942 hektar (0,8%), lain-lain 11.242 hektar (0,39%) dan pertambangan 6.963 hektar (0,2%).  Dibanding 2013, terjadi peningkatan 123% atau sebesar 1.579.316 hektar.

Sedangkan, korban konflik agraria juga masih tinggi. Pada 2014, korban tewas 19 orang, luka-luka dianiaya 110 orang, dan ditahan 156 orang. Selama 10 tahun, terekam tewas 85 orang, 110 tertembak, 633 luka-luka aniaya dan 1.395 ditangkap. Pelaku kekerasan, polisi, tentara dan pam swaskarsa perusahaan.

Jumpa pers Front Nahdliyin Untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam  (FNKSDA), yang mendesak aga ketua NU terpilih pesuli lingkungan dan konflik-konflik SDA yang terjadi. Foto: FNKSDA
Jumpa pers Front Nahdliyin Untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), yang mendesak aga ketua NU terpilih peduli lingkungan dan konflik-konflik SDA yang terjadi. Foto: FNKSDA
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , ,