,

Merpati Batu, Burung Dara yang Mendunia

Di Indonesia, kita menyebutnya burung dara, sedang di Perancis dijuluki Pigeon Biset, dan orang Spanyol memanggilnya Paloma Bravia.

Merpati batu (Columba livia) merupakan jenis burung yang dekat dengan manusia. Mudah ditemukan, baik di sekitar lingkungan, wilayah publik, atau pusat keramaian. Keberadaannya pun terlihat di kota-kota besar dunia. Sifat khasnya yang tidak sulit dikenali adalah hidupnya yang berkelompok, suka bertengger pada bangunan atau atap rumah, serta dari cara terbangnya yang berputar.

Merpati batu atau disebut juga Rock Dove, merupakan anggota keluarga Columbidae. Dalam keseharian masyarakat lebih mengenalnya sebagai merpati, meski merpati sendiri merupakan satu kelompok burung dengan banyak jenis. Terhitung ada 318 jenis Columbidae di dunia yang hampir setengahnya adalah jenis-jenis merpati.

Kelompok merpati ini pun beragam. Ada yang hanya dijumpai di pegunungan, hutan nan lebat, atau juga perkotaan. Warna bulunya juga bervariasi. Dari yang kombinasi hitam-putih, hijau, coklat, hingga metalik. Namun begitu, secara keseluruhan panggilannya tetaplah merpati.

Hal unik dari Columba livia ini adalah dapat hidup berdampingan dengan manusia dan tersebar di penjuru dunia. Sumber: Wikipedia

Mendunia

Menurut Gmelin (1789), nama genus Columba merupakan nama latin yang berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu kolombos yang berarti penyelam. Kata kolombos sendiri berasal dari kolumbao yang bermakna ”terjun ke bawah.” Sedangkan Aristophanes (Birds, 304) menggunakan kata kolumbis yang bermakna penyelam, sebagai nama burung, dikarenakan gaya terbangnya di udara seperti penyelam.

Namun begitu, secara spesifik, julukan tersebut mengacu pada bahasa latin yaitu livor yang bermakna kebiruan. Sebagaimana yang kita ketahui, burung berukuran 32 cm ini berciri abu-abu kebiruan. Ada garis-garis hitam pada sayap dan ujung ekor serta kilapan ungu kehijauan pada kepala dan dadanya.

Secara geografis, merpati batu merupakan jenis yang berada di kawasan Palearktik. Kawasan zoobiogeografi terluas yang mencakup Eropa, bagian utara Gurun Sahara di Afrika dan Asia di bagian utara. Tebing dan batu cadas merupakan tempat bersarangnya yang sekaligus berfungsi sebagai tempat berkembang biak di alam liar. Faktor introduksi, menyebabkan burung ini menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia.

Fosil merpati batu yang ditemukan di Asia bagian selatan dan Israel menjelaskan pada kita bahwa keberadaannya diperkirakan sudah berlangsung sejak tiga ratus ribu tahun lalu. Tulisan Mesopotamia kuno dan hieroglif Mesir juga memperkirakan bahwa merpati batu telah dipelihara lebih dari lima ribu tahun lalu. Sedangkan keberadaan merpati di Amerika Utara, disebut berasal dari Eropa sekitar tahun 1600-an. Adalah orang-orang Perancis yang kala itu berada di Port Royal, Acadia yang sekarang dikenal dengan nama Nova Scotia, Kanada yang membawanya.

Populasi burung bertubuh padat gemuk dengan paruh pendek nan kuat di seluruh dunia ini diperkirakan mencapai 260 juta individu dewasa. Persebarannya terbentang sejauh 17.400.000 kilometer persegi.

Tebing merupakan rumah alaminya di alam bebas. Sumber: Wikipedia

Merpati pos

Merpati batu merupakan burung dengan kemampuan luar biasa. Ia dapat menemukan jalan pulang sekalipun dilepas dari lokasi yang jauh dengan kondisi mata tertutup. Hal ini dikarenakan ia memiliki kemampuan navigasi melalui medan magnet bumi, posisi matahari, suara, atau bau sebagai pembimbing arah tujuannya.

Kemampuan merpati untuk kembali ke kandangnya ini telah dimanfaatkan untuk mengirimkan berita penting, seperti informasi pertempuran atau perkembangan pertahanan kota yang sedang dikepung oleh musuh. Ditemukan catatan bahwa pada 2.000 tahun yang lalu bangsa Romawi telah memanfaatkan kelebihan burung ini.

Dinasti Mamluk Mesir (1250 M-1517 M) telah pula menggunakan merpati sebagai pengirim pesan rahasia ketika berperang melawan bangsa Mongol. Kala itu, menara pengawas yang didirikan Mamluk berhasil ditembus tentara Mongol sehingga pengiriman pesan melalui jalan darat terhalang. Akhirnya, merpati diserahkan tugas sebagai pembawa pesan karena dianggap paling aman sekaligus sebagai sistem komunikasi tercepat saat itu.

Merpati juga berjasa dalam berbagai pertempuran di dunia. Pada pengepungan kota Paris dalam Revolusi Perancis 1871, merpati dipergunakan sebagai pembawa berita keadaan kota yang telah dikepung. Pengiriman berita melalui merpati juga digunakan selama Perang Dunia I dan II, serta dalam Perang Korea. Sekitar 500.000 merpati digunakan sebagai kurir selama Perang Dunia. Bahkan, angkatan bersenjata Swiss masih menggunakan merpati sebagai kurir hingga 1995.

Peran merpati tidak hanya efisien dalam membawakan pesan selama perang, tetapi juga sangat berjasa menyelamatkan nyawa manusia. Merpati bernama Cher Ami telah menyelamatkan batalion Amerika yang hilang dalam Perang Dunia I. Untuk jasanya tersebut, sang merpati mendapat penghargaan Distinguished Service Cross dan Croix de Guerre!

Merpati lainnya yang dinamai GI Joe menerima medali atas jasanya mencegah pengeboman yang fatal. Pada Oktober 1943, pasukan Amerika telah merencanakan untuk membombardir kota Colvi Vecchia, Italia yang diduduki Jerman. Namun, jelang pemboman dilakukan, kota tersebut berhasil dikuasai Brigade Infanteri ke-56 Inggris.

Berita kemenangan ini tentu saja harus segera disampaikan karena pasukan Amerika belum mengetahui bila kota tersebut telah dikuasai Inggris. Diluar perkiraan, penyampaian informasi melalui transmisi radio gagal dilakukan akibat kendala teknis. Akhirnya, merpati bernama GI Joe diutus untuk menyampaikan pesan tersebut. Kedatangan GI Joe telah menyelamatkan sekitar 150 pasukan Inggris. Karena jasanya itu, ia dianugerahi The Dickin Medal for Gallantry.

Cher Ami, merpati yang begitu berjasa saat perang dunia pertama. Tubuhnya saat ini berada di Smithsonian Institution. Sumber:  Listverse.com
Cher Ami, merpati yang begitu berjasa saat perang dunia pertama. Tubuhnya saat ini berada di Smithsonian Institution. Sumber: Listverse.com

Feral

Merpati batu merupakan burung yang dapat beradaptasi dengan baik karena dapat hidup di kawasan perkotaan dekat manusia. Makanannya tidak hanya bergantung pada biji-bijian atau invertebrata akan tetapi juga pada makanan yang diberikan oleh manusia seperti remahan roti, jagung, kacang, hingga serpihan kue.

Burung yang memiliki rentang hidup di alam liar 3 – 5 tahun dan di penangkaran hingga 15 tahun ini, kala takut biasanya akan terbang melingkar di udara beberapa putaran untuk selanjutnya turun kembali ke tanah. Musuh utamanya adalah kucing, yang tidak hanya mengincar tubuhnya tetapi juga telurnya.

Salah satu hal unik dari merpati batu adalah sifat feralnya yang dapat ditemukan di kawasan perkotaan. Populasi feral ini awalnya terbentuk akibat terlepasnya merpati batu yang statusnya sebagai peliharaan ke alam bebas. Selanjutnya, ia berkembang dengan baik di tempat barunya dengan membentuk populasi lagi di luar wilayah persebaran alaminya.

Meski begitu, populasi feral sering diabaikan karena dianggap bukan dari jenis asli dan keberadaan jenis ini, ada unsur campur tangan manusia pula.

Di Indonesia, merpati batu yang sering kita temui memang bukan jenis asli Indonesia. Keberadaannya yang disebut juga sebagai populasi feral sudah ada di lingkungan kita sejak lama. Namun, akan sulit dipungkiri bila populasi feral ini bukanlah jenis yang berkembang biak secara alami. Untuk itu, penelitian mendalam perlu dilakukan guna menyibak kehadiran burung yang dekat di hati manusia ini.

Jumlah merpati batu di seluruh dunia diperkirakan mencapai 260 juta individu dewasa. Sumber: Wikipedia
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,