,

Ribuan Pemuda Indonesia Siap Ramaikan Peringatan Hari Harimau Sedunia

Semenjak pertengahan bulan Juli 2015 yang lalu, media sosial diramaikan oleh gambar loreng harimau. Ratusan pemerhati lingkungan beramai-ramai mengganti foto profil, baik facebook, twitter maupun instagram, dengan foto bernuansa harimau. Selain itu, himbauan untuk melawan perburuan dan perdagangan harimau sumatera dan bagian tubuhnya juga gencar disuarakan melalui status-status mereka.

Kegiatan ini, menurut salah satu pegiat kampanye anti perburuan dan perdagangan harimau sumatera, Siska Handayani, merupakan bagian dari peringatan Global Tiger Day yang jatuh pada tanggal 29 Juli setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, sudah direncanakan akan ada kampanye serentak yang akan dilaksanakan di 7 kota di Sumatera dan Jawa pada hari Minggu, 9 Agustus 2015.

“Secara serentak, kami akan melaksanakan kampanye di Padang, Medan, Pekan Baru, Palembang, Jakarta dan juga Purwokerto. Kegiatan kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian publik terhadap nasib harimau terakhir milik Indonesia yang kian terancam akibat perburuan dan deforestasi,” kata Siska, yang juga sebagai koordinator Tiger Heart, jaringan relawan Forum HarimauKita.

Pada kampanye serentak esok hari, berbagai kegiatan seperti face painting, kostum, pentas teaterikal, dan berbagai aksi lainnya siap meramaikan kegiatan. Ribuan pemuda dari berbagai komunitas juga menyatakan siap bergabung seperti pecinta alam, pemerhati lingkungan, blogger, pelukis, pegiat komik, break dance, hingga komunitas skate board

Apakah Global Tiger Day?

Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day merupakan peringatan tahunan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap konservasi harimau sedunia. Peringatan yang jatuh pada tanggal 27 Juli ini mulai ditetapkan pada Pertemuan Tingkat Tinggi untuk Konservasi Harimau atau disebut juga Tiger Summit Meeting di St. Petersburg, Rusia, November 2010 yang lalu.

Diperingatinya Global Tiger day ini bermula dari keprihatinan atas hilangnya 93% habitat alami harimau akibat ekspansi manusia untuk kebutuhan pemukiman dan pertanian. Populasi harimau yang tersisa saat ini terdesak di petak-petak kecil hutan yang berdampak tingginya resiko inbreeding. Kecilnya petak hutan tersebut juga meningkatkan resiko perburuan. Hal ini terjadi di berbagai habitat harimau di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia, terutama di Sumatera yang menjadi habitat harimau terakhir Indonesia.

“Di Sumatera sendiri, dalam periode tahun 2000-2012 sendiri, diperkirakan sebanyak 2,8 juta hektar hutan telah hilang. Bisa dikatakan pula bahwa laju kehilangan hutan di Sumatera setara dengan 900 lapangan sepak bola perharinya, ” jelas Yoan Dinata, Ketua Forum HarimauKita.

Lebih lanjut, Yoan mengatakan bahwa peringatan Global Tiger Day di Indonesia bertujuan untuk mengajak masyarakat dalam mengambil bagian dalam melindungi aset bangsa dengan menjaga dan melestarikan hutan sebagai habitanya.

Kampanye penyelamatan harimau Global Tiger Day pada tahun kemarin di Jakarta, yang juga diselenggarakan serentak di beberapa kota di Indonesia. Foto : Hariyawan A Wahyudi
Kampanye penyelamatan harimau Global Tiger Day pada tahun kemarin di Jakarta, yang juga diselenggarakan serentak di beberapa kota di Indonesia. Foto : Hariyawan A Wahyudi

Kampanye ini juga diharapkan disambut oleh Pemerintah Daerah melalui kebijakan-kebijakan pembangunan, terutama tata ruang daerah yang berbasis ekosistem dan lingkungan. Dengan melestarikan harimau sumatera, besar kemungkinan hutan-hutan di Sumatera terjaga keutuhannya, sebagai kunci dari pembangunan berkelanjutan.

Hanya Tersisa 6 Subspecies Harimau Sedunia

Secara global, harimau dikelompokkan menjadi 9 subspesies yaitu harimau kaspia (Panthera tigris virgata), harimau benggala (Panthera tigris tigris), harimau siberia (Panthera tigris altaica), harimau indocina (Panthera tigris corbetti), harimau cina selatan (Panthera tigris amoyensis), harimau malaya (Panthera tigris jacksoni), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Saat ini, 3 subspecies harimau telah dinyatakan punah, yaitu harimau kaspia, harimau jawa dan harimau bali.

Harimau kaspia dinyatakan punah pada tahun 1950-an, sedangkan harimau bali pada 1940-an dan harimau jawa sekitar 1980-an. Harimau kaspia pernah ditemukan berkeliaran di padang rumput dan hutan hujan di kawasan Afganistan, Iran, Mongolia, Turki dan Kawasan Asia Tengah. Harimau jawa merup akan subspesies harimau yang pernah hidup di Pulau Jawa. Sedangkan harimau bali, merupakan subspesies yang pernah hidup di Pulau Bali. Harimau bali sendiri disinyalir sebagai harimau dengan ukuran paling kecil dibandingkan dengan subspesies lainnya.

Indonesia pernah menjadi negara yang memiliki subspesies harimau terbanyak di dunia. 3 dari 9 subspesies pernah hidup di Indonesia. Uniknya, dari keseluruhan subspesies yang ada, seluruh subspesies harimau yang ada di Indonesia adalah harimau kepulauan. Dengan punahnya harimau jawa dan bali, maka hanya harimau sumatera yang tersisa di Indonesia.

“Kami tidak ingin nasib harimau sumatera seperti harimau jawa dan harimau bali yang telah punah. Mari kita jaga agar selalu lestari di alamnya,” himbau Yoan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,