Tim gabungan Polisi Aceh dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menangkap tiga warga lokal yang kedapatan menebang kayu di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh, Kamis (6/8/15). Operasi penegakan hukum ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan kehancuran Rawa Singkil yang makin parah dalam tiga tahun terakhir.
Kepala Sub Direktorat IV Tindak Pidana Tertentu Polda Aceh, Ajun Komisaris Besar Polisi Mirwazi yang dikonfirmasi Sabtu (8/8/15) mengatakan, operasi penangkapan dilakukan setelah tim melakukan pengintaian di lokasi selama dua malam. Saat ditangkap, para pelaku sedang menebang kayu. Ada lima meter kubik kayu beserta chainsaw dan parang yang didapat sebagai barang bukti. Karena medan yang berat sebagian kayu dimusnah di lokasi. “Sebagian saja yang kami amankan untuk barang bukti.”
Para pelaku yang berinisial Ir, H, dan RS, merupakan penduduk Desa Teupin Tinggi, Kecamatan Trumon. Saat ini sudah ditahan di Polres Aceh Selatan untuk penyelidikan. “Kami masih melakukan pengembangan. Baru tiga pelaku yang ditangkap.”
Lokasi penangkapan dekat jalur Jalan Trumon – Bulohseuma yang dibuka pemerintah lima tahun lalu yang mengakibatkan Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil terbelah. Bahkan, belum lama dibuka, perambahan di suaka margasatwa yang merupakan hutan rawa gambut terluas di pesisir selatan Aceh telah meluas.
Menurut Ketua Forum Masyarakat Peduli Rawa Singkil, Sarbunis, kerusakan SM Rawa Singkil saat ini sudah mengkhawatirkan. “Kondisinya sudah hancur-hancuran, terutama akibat pembukaan perkebunan sawit dan jagung. Masyarakat beralasan mereka tidak tahu kawasan tersebut dilindungi.”
Perambahan terparah mulai di Ie Meudamah – Teupin Tinggi – Bulohseuma yang mencapai 250 hektar. “Kerusakannya lebih mengerikan ketimbang penebangan liar. Sebagian pelakunya orang lokal. Ada juga perusahaan daerah.”
Rusaknya SM Rawa Singkil menyebab kawasan ini mengalami kekeringan dan mudah terbakar saat musim kemarau. Sedang di musim hujan banjir akan sulit surut. Ini dikarenakan, Rawa Gambut Singkil merupakan daerah resapan air yang menerima kiriman air dari hulu Taman Nasional Gunung Leuser.
Dulu, jalan Trumon ke Bulohseuma sempat diprotes pegiat lingkungan karena dikawatirkan berdampak buruk terhadap kehancuran kawasan. Kini, menurut Sarbunis, satu kilometer ke dalam dari jalan hutan telah dirambah. “Kami melihat tidak ada pengawasan dari Pemerintah Aceh Selatan yang sebelumnya berjanji akan melakukan pemantauan di sepanjang jalan yang dibangun. Harusnya, antara pemerintah daerah dan BKSDA bekerja sama menjaga SM Rawa Singkil,” ujarnya.
SM Singkil terkenal akan hutan rawanya yang selalu terendam air berwarna hitam sepanjang tahun. Karena gambutnya yang sangat tebal dan adanya pepohonan hutan hujan raksasa seperti damar mata kucing, damar putih, dan meranti maka julukannya adalah paru-paru Leuser yang menyerap karbon dioksida. Daerah ini pula merupakan habitatnya orangutan sumatera dan tempat hidup buaya muara yang ganas.