,

Selamatkan Terumbu Karang, Biorock Besar Akan Dipasang Di Perairan Wakatobi

Perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, sudah lama dikenal sebagai destinasi wisata bahari utama di Indonesia, dengan panorama bawah air seperti terumbu karang yang indah dan menawan, serta ikan-ikan yang eksotis. Wakatobi memliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi karena termasuk dalam segitiga terumbu karang dunia.

Akan tetapi, ternyata sebagai destinasi wisata bahari, tidak menjadikan kelestarian terumbu karang terjamin. Penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti menggunakan bom sempat menjadi permasalahan yang terjadi di perairan Wakatobi, membuat terumbu karang menjadi rusak dan kritis.

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Wakatobi berinisiatif menjadi tuan rumah peringatan Coral Day 2015. Coral Day merupakan sebuah gerakan bersama untuk menyelamatkan terumbu karang Indonesia yang diinisiasi oleh beberapa organisasi lingkungan sejak tahun 2010.

Puncak peringatan Coral Day 2015 di Wakatobi akan diselenggarakan pada 5 September 2015, bertepatan dengan konferensi internasional pertemuan kepala bupati Local Government Voices toward HABITAT III on a New Urban Agenda.

Salah satu kegiatan Coral Day yaitu transplantasi karang. Ada yang berbeda pada transplantasi karang Coral Day Wakatobi mendatang yaitu, bakal ditenggelamkannya ‘rumah ikan raksasa’, berupa instalasi karya seni terbuat dari besi berukuran 6 x 8 meter.

Instalasi karya Teguh Ostenrik diberi nama Domus Lungus yang berarti rumah panjang dan dilengkapi dengan replika longnose butterfly fish yang merupakan  maskot Taman Nasional Wakatobi.

Asrul Hanif Arifin, Ketua Yayasan Terumbu Rupa mengatakan instalasi tersebut telah dikirim ke Wakatobi dari Jakarta, dan siap dirakit pada akhir Agustus ini. “Pada tanggal 1 – 2 September nanti, akan dibawa ke laut. Dan akan ditempatkan di laguna di sekitar Pantai Waha,” kata Asrul yang dihubungi Mongabay pada Minggu (15/08/2015).

Instalasi itu menggunakan teknologi biorock, yang dapat mempercepat pertumbuhan terumbu karang delapan kali lebih cepat. Yayasan Terumbu Rupa menamakan instalasi tersebut sebagai ARTificial Reef, karya seni sekaligus transplantasi terumbu karang.

“Teknologi biorock menggunakan listrik yang didapat dari solar panel. Listrik ini bisa mempercepat 8x pertumbuhan karang. Spora akan disebarkan oleh arus dan ombak, dan kemudian menempel di karang lain,” kata Asrul. Sedangkan sumber listrik berasal dari panel surya yang dipasang diatas instalasi, mengapung dipermukaan laut mengikuti instalasi tersebut.

Pemasangan Domus Lungus tersebut dimaksudkan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat untuk ikut menyelamatkan terumbu karang. “Domus Lungus dipasang sebagai simbol bahwa kami peduli dengan terumbu karang dan pengingat bagi penduduk setempat agar turut menjaga terumbu karangnya,” jelasnya.

Karena keberadaan terumbu karang sangat penting bagi ekosistem perairan dan satwa laut termasuk ikan di dalamnya. Bila terumbu karang rusak, maka ikan pun hilang, dan wisatawan juga tidak akan datang. Maka pariwisata di Wakatobi bisa terancam.

“Kami tergerak melihat kondisi terumbu karang yang semakin kritis. Kami menggabungkan seni dan teknologi sebagai upaya konservasi terumbu karang. Kami berharap kontribusi kami dapat menginspirasi pihak lain untuk ikut serta menyelamatkan terumbu karang Indonesia,” kata Asrul.

Dia mengatakan pihaknya telah memasang instalasi biorock ini di Perairan Sengigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2014. “Kami berencana memasang ini di Pulau Weh dan Pulau Batam,” jelasnya.

Sedangkan Bupati Wakatobi, Hugua mendukung dan antusias adanya perayaan Colar Day di wilayahnya.  “Kami sangat antusias menjadi tuan rumah perayaan Coral Day tahun ini. Gerakan melestarikan terumbu karang harus ditumbuhkan mulai dari warga Wakatobi sendiri dan juga wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi. Kami berharap Wakatobi bisa menjadi contoh bagaimana wisata bahari dikelola dengan ramah lingkungan dan tidak merusak terumbu karang,” katanya.

Koordinator Coral Day Indonesia, Ery Damayanti menambahkan, “Kami sangat senang berbagai pihak mau bergabung dengan gerakan penyelamatan terumbu karang ini. Semoga Coral Day bisa menjadi  pengingat bahwa selain menikmati keindahan bawah laut, kita juga harus ikut melestarikan terumbu karang Indonesia yang terancam dan kondisinya semakin kritis.”

Salah satu keindahan laut Wakatobi. Foto diberikan oleh The Nature Conservancy Indonesia
Salah satu keindahan laut Wakatobi. Foto diberikan oleh The Nature Conservancy Indonesia

Pada kesempatan sebelumnya, Askal Sumera, Panitia Kegiatan Coral Day 2015 di Wakatobi mengatakan ada berbagai acara yang dilakukan pada September 2015, seperti bakti karang, penanaman terumbu karang, seminar, pendidikan lingkungan untuk pelajar, lomba melukis, festival layang-layang bertema biota laut, dan pagelaran seni budaya wakatobi.

“Acara puncak pada 5 September 2015, bersamaan dengan pertemuan para bupati dan walikota se-Asia Pasifik, dengan bakti karang, atau pembersihan karang dari sampah. Ada 5 spot bakti karang di daerah Wangi-wangi, “ kata Askal.

Sedangkan pendidikan lingkungan ke pelajar sekolah di Wakatobi dilakukan mulai dari Mei 2015. Materi yang diberikan tentang pengelolaan lingkungan, budaya dan pengembangan ekonomi di kawasan Wakatobi karena daerah tersebut telah ditetapkan oleh Unesco sebagai satu dari delapan cagar biosfer di dunia.

Rangkaian Coral Day 2015

Untuk 2015, ada enam tempat pelaksanaan Coral Day yaitu (1) Pulau Bangka Sulawesi Utara dengan puncak perayaan pada 9 Mei 2015; (2) Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, Jakarta pada 14 – 17 Mei 2015; (3) Pulau Belitung, propinsi Bangka Belitung pada Juni 2015; (4) Pulau Bokori, Sulawesi Tenggara pada 8 Agustus 2015; (5) Pulau Maratua, Kalimantan Timur pada 12 September 2015 dan di (6) Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada 5 September 2015.

Tanggal 8 Mei didaulat sebagai tanggal Coral Day sebagai penghargaan inisiatif rehabilitasi terumbu karang di seluruh Indonesia yang dilakukan oleh masyarakat lokal serta organisasi atau LSM terkait. Tanggal 8 Mei dipilih karena sejarah restorasi terumbu karang yang dimulai oleh nelayan Desa Les, Buleleng, Bali, pada tahun 2005, ketika diturunkan blok beton bertuliskan LES yang menandakan bersihnya desa Les dari penggunaan potassium sianida dan mulainya restorasi terumbu karang. Tanggal bersejarah ini menjadi inspirasi bagi dibuatnya Coral Day, sebagai pengingat terus-menerus pentingnya terumbu karang bagi kehidupan manusia.

Coral Day adalah sebuah gerakan yang diinisiasi oleh beberapa organisasi lingkungan dan pertama kali diselenggarakan pada 2010 di Bali. Coral Day merupakan peringatan satu hari untuk terumbu karang yang mengajak masyarakat untuk mengenal terumbu karang lebih dekat dan berpartisipasi untuk menyelamatkan terumbu karang.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , ,