, ,

Heboh Kabar Harimau Muncul di Pegunungan Kendeng Grobogan, Ini Kata Peneliti

Kabar kemunculan tiga harimau loreng/Jawa (Panthera tigris sondaica) menggegerkan warga Desa Bandungsari, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat ( 24/7/15).

Heriyanto, Kepala Desa Bandungsari mengatakan, berdasarkan pengakuan dan penelusuran warga di sekitar sungai maupun ladang ditemukan sisa jejak kaki yang diduga bekas injakan harimau.

“Kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Perhutani dan Kepolisian,” katanya, dihubungi Mongabay.

Dia mengatakan, dari jejak seperti harimau dan beberapa warga berulang kali memergoki ketiga harimau loreng tengah meminum air sungai di perbatasan hutan dengan desa. Lantaran takut, warga hanya menyaksikan ketiga harimau secara bersembunyi. “Saat ini kami berjaga 24 jam di perbatasan dengan hutan dan perkampungan.”

Imam, saksi mata seperti dikutip dari Tribunnews.com mengatakan, berulang kali melihat ketiga harimau loreng minum di sungai yang sudah menyusut. “Bahkan, kami juga melihat harimau itu bermain di ladang perkampungan. Karena takut kami hanya membiarkan. Yang satu berukuran besar, yang dua lebih kecil,” kata Imam.

Di Hutan Larangan Pegunungan Kendeng di Pati, petugas hutan Perhutani juga pernah melihat langsung dan memfoto jejak harimau loreng. Bambang warga Desa Wukirsari, Pati mengatakan, penjaga hutan perhutani pernah memfoto jejak. “Seharusnya foto masih disimpan. Kemungkinan ada harimau Jawa, hutan larangan masih ada macan tutul, burung merak dan spesies lain,” kata Bambang.

Habitat harimau Jawa

Didik Raharyono, peneliti harimau Jawa punya pendapat menguatkan kemungkinan itu. Kabar kemunculan harimau Jawa, katanya,  sangat mungkin di Hutan Grobogan. Sejarahnya, Pegunungan Kendeng Utara, memang bagian dari habitat harimau. “Sekitar 1975, kakek saya masih melihat langsung, karena tetangga ada yang mengambil anakan harimau loreng dari Hutan Larangan di Peguungan Kendeng. Pada 1999, terjadi penjarahan hutan jati besar-besaran di sana menyebabkan kemungkinan gradasi habitat.”

Tak jauh beda dengan ancaman yang menimpa harimau Sumatera, satu-satunya jenis harimau yang tersisa di Indonesia, harimau Jawa, mengalami perburuan sampai habitat hancur. Hasilnya, satwa inipun kini dinyatakan punah. Kasus ini semestinya, menjadi pengalaman dan pembelajaran bersama, terutama pemerintah, agar menjaga alam (hutan) dengan baik, bukan hanya berpikir urusan eksploitasi. Foto: Profauna.
Tak jauh beda dengan ancaman yang menimpa harimau Sumatera, satu-satunya jenis harimau yang tersisa di Indonesia, harimau Jawa, mengalami perburuan sampai habitat hancur. Hasilnya, satwa inipun kini dinyatakan punah. Kasus ini semestinya, menjadi pengalaman dan pembelajaran bersama, terutama pemerintah, agar menjaga alam (hutan) dengan baik, bukan hanya berpikir urusan eksploitasi. Foto: Profauna.

Saat ini, katanya, perlu kajian ulang kesaksian yang melihat harimau loreng. “Siapa, kapan, dimana dan apa profesinya?” Pemangku kebijakan,  harus mengluarkan maklumat kepada siapapun baik polisi dan TNI  untuk tidak mengeksekusi macan (loreng/tutul),  diimbau penghalauan saja.

“Yang penting pelarangan perburuan satwa dan pelarangan penutupan sumber mata air dengan cor semen agar satwa bisa ikut minum saat kemarau,” katanya.

Menurut dia, hutan jati di Pegunungan Kendeng, sangat luas. Dari Kudus, Grobogan, Pati dan menyambung ke Blora (Randublatung). Untuk itu, kabar kemunculan harimau Jawa secara ilmiah butuh pembuktian spesifik, kamera trap, misal atau material biologis agar sahih. Juga perlu pengumpulan bukti kesaksian warga di Pegunungan Kendeng atau hutan Jati yang pernah melihat harimau Jawa.

Perhutani, katanya  pernah mengaku berjumpa harimau loreng, namun takut publikasi sebab khawatir hutan jati tidak bisa ditebang. “Jika mungkin, seperti pakan ada, air ada, topografi baik, tutupan pohon dan semak baik, bisa dipasangi kamera trap.”

Terkait ancaman pertambangan kapur di kawasan hutan Pegunungan Kendeng Utara yang berada di Grobogan, Pati, Rembang dan Blora, kata Didik, seharusnya pemerintah  dapat mencegah. Sebab, masih kuat kemungkinan keberadaan harimau ini.  “Harus cek dokumen Amdal, untuk memasukkan data biota kompeten.”

Dia mengatakan, belajar terjadi di Jawa Timur, dulu Taman Nasional Meru Betiri juga target tambang emas. Harimau Jawa sengaja diklaim punah hingga hutan Meru Betiri bisa beralihfungsi untuk pertambangan. Ada penyatuan kementerian kala itu, Kementerian Perkebunan dn Kehutanan. “Padahal dua lokasi habitat potensial bagi harimau. Ketakutan saya akan terjadi di Pegunungan Kendeng.”

Didik mengatakan, mungkin saja pihak yang ingin menambang akan penembak jitu untuk mengeksekusi harimau diam-diam. Hingga keberadaan mereka tidak bisa dibuktikan seperti kasus 2002, harimau loreng ditembak TNI di seputaran RanduBlatung.

“Memang harus cepat-cepatan bergerak. Berat memang, sebab pemerintah sendiri pro tambang yang dianggap sebagai penghasilan besar.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , , , , ,